Berjuang Melalui Tulisan - Tinta Media

Minggu, 08 Mei 2022

Berjuang Melalui Tulisan


Tinta Media  - "Dek, ayo bangun sahur. Udah mau azan tuh dek." Ucap Kakak ku.

"Iya kak, aku segera ke ruang makan untuk sahur." Jawabku setengah berteriak.

"Dek, kata bunda sama ayah kita masih nunggu keputusan tentang hilal dulu. Jadi kita sahur aja dulu." Ujar kak Fahmi sesampainya aku di ruang makan. 

"Oh iya kak. Tapi kalau misalnya kita lebarannya hari ini, kita salat dimana?" Ujar ku menanggapi perkataan Kak Fahmi. 

"Gak tahu lagi dek." Jawabnya singkat.
"Nah, sekarang lebih baik kita sahur dulu. Ntar keburu habis waktunya." Ujar Ayah menengahi. 

Pagi itu kuawali dengan perasaan yang membuncah. Rasa bahagia itu mendadak menyusup dalam diri ini meski kabar itu belum aku terima kenyataannya. Hari itu tepat tanggal 30 Ramadan sebelum semua kabar mengkandaskannya. Tepat saat azan shubuh berkumandang, Ayah menerima informasi yang mengatakan bahwa hari itu ditetapkan sebagai tanggal 01 Syawal. Seketika kami pun berbuka kembali. 

" Anak-anak ternyata lebaran jatuh pada hari ini. Ya sudah sekarang segera salat shubuh, setelah itu bersiap-siap untuk sholat Idulfitri. Tempatnya di lapangan futsal terdekat." Ujar ayah memberi arahan kepada kami semua.
"Oke ayah." Ujar aku dan kak fahmi hampir bersamaan. 

Setelah semuanya selesai, kami pun segera berangkat ke tempat dilaksanakannya salat 'id tersebut. Sesampainya di sana, aku bertemu dengan seorang sahabat semenjak dahulu. Fatma Zahra Syahidah, seorang remaja yang sholihah, cerdas, dan aktif dalam menyebarkan dan menyuarakan kebenaran. Bersama dengannya aku berusaha untuk berdakwah dan berjuang dalam barisan dakwah ini. 

"Assalamualaikum Fatma, apa kabar? Sehat?" Tanyaku sembari menepuk pelan bahunya.
" Wa'alaikumussalam, eh ada Fahma. Alhamdulillah sehat. Gimana kabarmu?" Tanya nya balik kepada ku.
"Alhamdulillah aku sehat." Sembari memeluk nya sebagai sarana untuk melepas rindu yang begitu dalam.
" Yaudah ayo segera kesana aja kita, udah mau dimulai juga salatnya." Ajaknya.
"Iya ayo." Jawabku singkat. 

Seusai salat, aku pun mendengarkan sebuah khotbah yang menggetarkan diriku. Bulir air mata sudah tak tertahankan lagi, hingga akhirnya iapun keluar sebagai tanda bahwa sang pemilik nya sedang dilanda sedih. Setelah selesai semua, aku pun berpamitan pada Fatma karena sang kakak tercinta sudah memanggil.
" Fatma, aku pulang dulu ya. Udah ditunggu sama keluarga. Nanti mainlah kerumah sama keluarga mu juga. Setidaknya sebagai pelepas rindu lah." Ucapku mencoba berkelakar.
"Oh iya Fahma. Hati-hati ya Fah, Insya Allah nanti aku main ke rumah mu. Sekalian mau ngobrolin tentang sesuatu. Yaudah hati-hati ya Fah!" Jawab nya tersenyum.
*** 

Sesampainya dirumah, aku merasa hari ini tak serasa hari lebaran, wajar saja tahun ini lebaran kita berbeda dari masyarakat pada umumnya. Sehingga menyebabkan suasana seperti tak sebenarnya. Untuk menghilangkan suntuk sejenak, aku pun mengambil gawai ku untuk berselancar sejenak di Facebook. Setelah melihat beberapa postingan, aku pun termenung. 

"Ya Allah.... Sampai kapan perbedaan ini terus berlanjut, sampai kapan perbedaan ini menjadi sekat pemisah antara satu muslim dengan muslim yang lainnya. Sampai kapan ya Allah?" Ucapku bermonolog pada diriku sendiri. 

" Perbedaan ini terasa memilukan. Dan perbedaan ini tentu saja menjadi bukti bahwa satu-satunya jalan untuk menyatukan semua perbedaan pendapat ini adalah dengan kepemimpinan tunggal yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dimasa dahulu." Lanjut ku masih bermonolog. 

Tiba-tiba lamunanku pun buyar karena terdengar ketukan dari pintu kamar ku. 
"Fahma, itu ada Fatma didepan nunggu kamu. Mau disuruh masuk atau gimana dek?" Tanya Kak Fahmi dari luar kamar.
" Oh iya kak, kalau boleh disuruh masuk kamar ku aja kak." Jawabku sedikit tergagap.
  "Iya, tunggu bentar ya." Ujarnya. 

Tak lama kemudian terdengar lah ketukan lembut dari Fatma, tak menunggu lama langsung ku persilakan ia memasuki kamarku.
"Hai Fatma, ayo masuk. Tadi mau ngobrolin apa memang nya?" Tanyaku padanya.
"Gini lho Fah, jujur perbedaan yang kini sering kali terjadi begitu mengusik ku. Sebagai seorang muslim kita seharusnya bersatu bukan terpecah seperti itu." Ucapnya memulai pembicaraan.
" Aku juga sedari tadi memikirkan hal itu Fat. Bagaimana ya peran kita agar bisa bermanfaat untuk umat? Ya walaupun kita gak langsung bertindak kayak yang _ikhwan_, setidaknya kita punya kontribusi dan usaha untuk mengembalikan sebuah kepemimpinan tunggal yang mampu menyatukan seluruh umat."
"Mmmm, gimana kalau kita mulai saat ini berusaha menuangkan ide-ide keislaman lewat tulisan, ya semacam berdakwah lewat tulisan gitu. Kalau menurut mu gimana?" Tanyanya padaku.
" Oke. Mulai sekarang kita harus terus berdakwah dan menyebarkan islam baik lewat lisan maupun tulisan. Sehingga perbedaan yang saat ini terjadi bisa dipulihkan dengan adanya persatuan berdasarkan Syariat islam." Pungkasnya Fahma. 

Kini ia sadar bahwa perbedaan yang saat ini terjadi adalah karena ketiadaan sistem Islam yang digunakan untuk mengatur kehidupan sehingga menyebabkan berbagai problematika terjadi dalam kehidupan ini. Sehingga sebagai pejuang dakwah sejati, kita tak boleh mundur walau selangkah. Teruslah berdakwah dan menyebarkan Islam selagi kita masih mampu untuk mengembannya hingga kelak Allah matikan kita di dalam koridor dakwah ini. Hamasah pejuang!!! 

Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba 
Santri DKDM Kelas 8 PP Al-Ihsan Baron Nganjuk

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :