Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S. Labib M.E.I. membedah makna surah Al Mu’minun Ayat 115 dan 116.
“Apakah kamu mengira, Kami Allah SWT menciptakan manusia tanpa tujuan, sia-sia, batil sebagaimana layaknya binatang? Yang binatang itu tidak ada perintah tidak ada larangan. Mereka dibiarkan makan minum tidur untuk memuaskan syahwat mereka?” tuturnya menjelaskan Surat Al-Mu’minun ayat 115, dalam video Untuk Apa Kita Hidup? Kamis (12/5/2022) di kanal Youtube Aspirasi News.
Kiai Labib lalu membacakan surat Al-Mu’minun ayat 115, A fa ḥasibtum annamā khalaqnākum 'abatsaw wa annakum ilainā lā turja'ụn. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Kiai Labib menuturkan, meski ayat ini menggunakan kalimat istifham, A fa ḥasibtum annamā khalaqnākum 'abatsa (apakah kamu mengira , bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)), tetapi ayat ini berisi taubih (teguran). “Ayat ini merupakan teguran dan celaan kepada mereka yang punya anggapan seperti itu. Anggapan yang menganggap bahwa manusia diciptakan layaknya hewan, layaknya binatang yang mereka tidak diperintahkan dan tidak dilarang,” ungkapnya.
“Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan yang sangat jelas yakni untuk beribadah kepadanya. “Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” papar Kiai Labib mengutip terjemah Al-Quran Surat Az-Zariyat ayat 56.
Artinya, lanjut Kiai Labib, Allah SWT akan memberikan perintah, memberikan larangan, memberikan syariah-Nya yang dengan itu manusia beribadah kepada Allah SWT.
Lanjutan ayat berikutnya wa annakum ilainā lā turja'ụn (dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?) memberikan teguran berikutnya. Seolah olah manusia ketika mati maka urusannya selesai. Mati adalah akhir dari segalanya. “Padahal justru setelah kematian itu seluruh manusia akan dibangkitkan oleh Allah SWT untuk diadili atas apa yang mereka kerjakan,” tegas Kiai Labib.
Kiai Labib memaparkan fakta betapa banyak orang yang mungkin taat kepada Allah, rajin ibadah, sabar, syukur, tapi hidup mereka menderita. Dan sebaliknya betapa banyak penjahat, perampok, penipu, koruptor, pelaku perzinahan dan berbagai macam kemaksiatan yang lain, mereka belum menerima hukuman akibat perbuatan mereka.
“Disinilah Allah SWT menunjukkan keadilannya, bahwa apa yang dikerjakan oleh manusia itu ketika belum mendapatkan balasan di dunia pasti akan mendapatkan balasan di akhirat,” yakinnya.
Pada hari kiamat itu, lanjutnya, tidak ada satu pun jiwa yang dizalimi. Mereka yang melakukan kejahatan akan mendapatkan balasan atas kejahatan yang mereka lakukan. Ketika di dunia mereka mengabaikan syariah Allah SWT, menganggap syariah Allah SWT sebagai sesuatu yang mengancam, sesuatu yang membahayakan dan mereka memusuhinya, maka mereka akan diadili oleh Allah SWT dengan hukum syariah-Nya itu.
“Sebaliknya mereka yang mengerjakan kebaikan, taat kepada syariah-Nya maka Allah SWT yang membalas apa yang mereka kerjakan. Bahkan Allah juga memberikan anugerah, karunia yang jauh lebih besar dari apa yang mereka kerjakan,” tandasnya.
Ayat selanjutnya fa ta'ālallāhul-malikul-ḥaqq, lā ilāha illā huw, rabbul-'arsyil-karīm (maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya.Tidak ada tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia)
Menurut Kiai Labib, ayat di atas menegaskan bahwa Maha Tinggi Allah dari anggapan-anggapan yang salah yang mereka perkirakan yang menganggap bahwa manusia ketika hidup tidak punya tujuan yang jelas dan berakhir setelah kematian. Bahkan Allah adalah raja yang haq yang benar yang sesungguhnya. Tidak ada ilah, tidak ada yang patut disembah, tidak ada yang patut ditaati kecuali Allah SWT. Dialah tuhan arsy yang agung, ars yang mulia dan tentu saja Tuhan alam semesta.
“Maka jangan terbesit dalam pikiran kita bahwa kita hidup boleh melakukan apa saja sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Tetapi Harus kita tancapkan dalam diri kita bahwa kita hidup harus tunduk dan patuh pada syariat yang Allah buat karena kita pasti mati dan akan diadili oleh Allah SWT dengan syariah yang telah Allah turunkan saat ini, pungkasnya. [] Irianti Aminatun
“Apakah kamu mengira, Kami Allah SWT menciptakan manusia tanpa tujuan, sia-sia, batil sebagaimana layaknya binatang? Yang binatang itu tidak ada perintah tidak ada larangan. Mereka dibiarkan makan minum tidur untuk memuaskan syahwat mereka?” tuturnya menjelaskan Surat Al-Mu’minun ayat 115, dalam video Untuk Apa Kita Hidup? Kamis (12/5/2022) di kanal Youtube Aspirasi News.
Kiai Labib lalu membacakan surat Al-Mu’minun ayat 115, A fa ḥasibtum annamā khalaqnākum 'abatsaw wa annakum ilainā lā turja'ụn. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Kiai Labib menuturkan, meski ayat ini menggunakan kalimat istifham, A fa ḥasibtum annamā khalaqnākum 'abatsa (apakah kamu mengira , bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)), tetapi ayat ini berisi taubih (teguran). “Ayat ini merupakan teguran dan celaan kepada mereka yang punya anggapan seperti itu. Anggapan yang menganggap bahwa manusia diciptakan layaknya hewan, layaknya binatang yang mereka tidak diperintahkan dan tidak dilarang,” ungkapnya.
“Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan yang sangat jelas yakni untuk beribadah kepadanya. “Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” papar Kiai Labib mengutip terjemah Al-Quran Surat Az-Zariyat ayat 56.
Artinya, lanjut Kiai Labib, Allah SWT akan memberikan perintah, memberikan larangan, memberikan syariah-Nya yang dengan itu manusia beribadah kepada Allah SWT.
Lanjutan ayat berikutnya wa annakum ilainā lā turja'ụn (dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?) memberikan teguran berikutnya. Seolah olah manusia ketika mati maka urusannya selesai. Mati adalah akhir dari segalanya. “Padahal justru setelah kematian itu seluruh manusia akan dibangkitkan oleh Allah SWT untuk diadili atas apa yang mereka kerjakan,” tegas Kiai Labib.
Kiai Labib memaparkan fakta betapa banyak orang yang mungkin taat kepada Allah, rajin ibadah, sabar, syukur, tapi hidup mereka menderita. Dan sebaliknya betapa banyak penjahat, perampok, penipu, koruptor, pelaku perzinahan dan berbagai macam kemaksiatan yang lain, mereka belum menerima hukuman akibat perbuatan mereka.
“Disinilah Allah SWT menunjukkan keadilannya, bahwa apa yang dikerjakan oleh manusia itu ketika belum mendapatkan balasan di dunia pasti akan mendapatkan balasan di akhirat,” yakinnya.
Pada hari kiamat itu, lanjutnya, tidak ada satu pun jiwa yang dizalimi. Mereka yang melakukan kejahatan akan mendapatkan balasan atas kejahatan yang mereka lakukan. Ketika di dunia mereka mengabaikan syariah Allah SWT, menganggap syariah Allah SWT sebagai sesuatu yang mengancam, sesuatu yang membahayakan dan mereka memusuhinya, maka mereka akan diadili oleh Allah SWT dengan hukum syariah-Nya itu.
“Sebaliknya mereka yang mengerjakan kebaikan, taat kepada syariah-Nya maka Allah SWT yang membalas apa yang mereka kerjakan. Bahkan Allah juga memberikan anugerah, karunia yang jauh lebih besar dari apa yang mereka kerjakan,” tandasnya.
Ayat selanjutnya fa ta'ālallāhul-malikul-ḥaqq, lā ilāha illā huw, rabbul-'arsyil-karīm (maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya.Tidak ada tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia)
Menurut Kiai Labib, ayat di atas menegaskan bahwa Maha Tinggi Allah dari anggapan-anggapan yang salah yang mereka perkirakan yang menganggap bahwa manusia ketika hidup tidak punya tujuan yang jelas dan berakhir setelah kematian. Bahkan Allah adalah raja yang haq yang benar yang sesungguhnya. Tidak ada ilah, tidak ada yang patut disembah, tidak ada yang patut ditaati kecuali Allah SWT. Dialah tuhan arsy yang agung, ars yang mulia dan tentu saja Tuhan alam semesta.
“Maka jangan terbesit dalam pikiran kita bahwa kita hidup boleh melakukan apa saja sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Tetapi Harus kita tancapkan dalam diri kita bahwa kita hidup harus tunduk dan patuh pada syariat yang Allah buat karena kita pasti mati dan akan diadili oleh Allah SWT dengan syariah yang telah Allah turunkan saat ini, pungkasnya. [] Irianti Aminatun