Tinta Media - Puncak bahagianya Mukmin dalam melaksanakan perintah Allah SWT di bulan Ramadhan, menurut Intelektual Muslimah Ustazah Ratu Erma Rachmayanti, kuncinya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
“Puncak bahagianya Mukmin adalah kuncinya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT dalam melaksanakan perintah Allah di bulan Ramadhan,” tuturnya dalam Rubrik Live Taman Ibunda: Keluarga Gembira Sambut Ramadhan, Ahad (3/4/2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.
Ia mengungkapkan pentingnya pemahaman yang benar dari bahagia. Sebenarnya Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu. “Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu sebagai panduan agar benar menyikapinya. Tiada lain adalah mendapat ridha Allah dan di dalam hal tersebut tidak ada sama sekali unsur material yang mempengaruhi,” ungkapnya.
Baginya, itulah konsep bahagia umat Islam di masa ketika pemikirannya masih lurus, masih benar sebelum terpapar pemikiran asing, pemikiran aneh yang akhirnya mendefinisikan bahagia dengan ukuran material. “Definisi bahagia dalam ukuran material misalnya gambaran kekayaan termasuk memberikan kenikmatan pada tubuh dengan makan makanan yang enak, pakaiannya bagus-bagus, kemudian refreshing ke sana kemari dan lain-lain,” ujarnya.
Sebab utama orang bahagia itu sebenarnya terdapat pada keimanannya, yakni keyakinan, kepasrahan, dan ketawakkalan. “Yang menjadi sebab utamanya orang bahagia itu sebenarnya di keimanan itu yaitu keyakinan, kepasrahan, dan ketawakalan. Bahagia itu terwujud karena kita mengaktivasi keimanan kita. Kita gunakan akal kita untuk ter tunjuki pada hidayah Allah,” ucapnya.
Selama ini menurutnya, kaum muslim telah disuguhkan berbagai fakta bagaimana kehidupan umat Islam di bulan Ramadhan. “Bagaimana kita merasakannya sendiri, semua nasihat yang didengar, ayat-ayat Allah yang dibacakan, serta hadis tentang keutamaan Ramadhan. Semuanya itu sudah cukup bekal untuk membuat kita ini menyiapkan keimanan kita, kesiapan diri kita untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan itu,” tuturnya.
Dalam satu hadis yang masyhur dari Rasulullah Saw bersabda, artinya: “Barang siapa menjalankan puasa di bulan Ramadhan karena iman yang tulus dan berharap memperoleh pahala Allah maka semua dosa masa lalunya diampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ia memaparkan hadis tersebut memberikan gambaran ketika puasa karena Allah, berdasarkan keimanan kepada Allah dalam rangka melaksanakan kewajiban atas perintah Allah maka akan terbentuk kesadaran.
“Kesadaran akan kewajiban melaksanakan perintah Allah dan mendapatkan kesempatan untuk berbuat amal shaleh dengan ketakwaan dan Allah akan memberikan begitu banyak pahala di dalamnya,” paparnya.
“Dan kita itu benar-benar Lillah, bukan karena siapa-siapa maka salah satu yang dijanjikan adalah diampuni semua dosa-dosanya,” imbuhnya.
Bahagia yang sejati itu, menurutnya, memerlukan pemahaman yang benar. Ia mengatakan kebahagiaan yang dicari oleh siapa pun khususnya umat Islam, kaum muslimin itu ketika seseorang merasa tumani’nah dāimah (ketenangan permanen) dalam setiap kondisi. Dan itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin.
“Bahagia itu tumani’nah dāimah, ketenangan yang permanen dalam setiap kondisi, senang tidak senang, kurang atau berlebih, seperti itu sebenarnya bahagia itu. Ketenangan yang dirasakan pada kondisi ujian apa pun yang diberikan Allah. Ketenangan permanen dalam setiap situasi itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin,” pungkasnya. [] Ageng Kartika