Tinta Media - Berulangnya Masalah yang dihasilkan dari sistem demokrasi, dinilai Direktur Pamong Institute Wahyudi Al-Maroky harus memikirkan sistem yang bagus.
“Pemerintahannya ini kok korup, pelayanannya buruk, (terjadi) terus menerus. Pesta demokrasi malah pemimpinnya tidak cakap, tidak melayani bahkan banyak janji yang tidak dipenuhi. Berarti (sistem) ini memproduksi masalah. Sistem pemilihan harus dipikirkan ulang. Atau diganti sistem pemerintahannya, sistem pemilihannya, sistem kenegaraannya harus dipikirkan. Maka, disini tidak boleh menutup diri memikirkan bagaimana sistem yang bagus,” tuturnya dalam Mukmin Talk: Mahasiswa Turun Aksi, Tanda Demokrasi Mati? Rabu (20/4/2022) di kanal Youtube Mukmin TV.
Menurutnya, untuk melakukan perubahan tidak boleh berdasarkan masalah kasuistik tapi harus dari masalah sistemik. “Maksud sistemik begini, cari sumber masalahnya. Itulah yang harus dituntut,” tegasnya.
Aktivis dari Papua ini mencontohkan, jika menuntut ‘kenapa keadilan tidak terjadi?’ maka harus dicari sistem hukum yang tepat. Kemudian ia kembali mencontohkan, ‘kenapa ekonomi selalu terjadi kesenjangan si kaya dan si miskin? Perusahaan minyak goreng untung besar sementara rakyat harus antri susah-susah. Maka, menurutnya, penyelesaian yang ditawarkan mahasiswa harus sistemik.
“Kalau mau mengganti sistem ekonomi, harus diganti jangan pakai sistem ekonomi kapitalis yang liberal. Solusinya apa? Ada sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, ada sistem ekonomi Islam. Coba dipilih yang terbaik. Bagi seorang muslim, semestinya milih sistem ekonomi yang terbaik adalah Islam. Kalau belum yakin, harus dipelajari lagi,” ungkapnya.
Begitu pula dengan sistem pemerintahan, menurutnya, juga harus dipikirkan. “Mau mencontoh sistem kerajaannya Fir’aun? Mau mencontoh sistem kerajaannya Sultan Brunei Darussalam? Atau mau mencontoh sistem para khalifah terdahulu? Atau mencontoh sistem pemerintahannya Amerika yang sekarang kaya raya tapi menghisap kekayaan negara-negara dunia ketiga? Ataukah mau mencontoh sistem pemerintahan Cina? Ini adalah pilihan-pilihan,” tegasnya.
Sebagai seorang muslim, menurutnya, harus memikirkan sistem pemerintahan manakah yang lebih pas. Ia menambahkan, tidak mungkin seorang muslim memilih sistem komunis dan hendaknya mencari contoh sistem pemerintahan yang paling ideal.
“Maka, kita pelajari sistem pemerintahan Nabi serta sistem pemerintahan para khalifah yang kemarin dibilang kalau mencontoh katanya haram. Tidak tahu dari mana mengeluarkan statement atau hukum seperti itu. Padahal, muslim harus membuka diri. Apalagi di negara demokrasi, seharusnya semua openmind. Sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang lebih baik,” bebernya.
Ia mengatakan, kalau mahasiswa selama bertahun-tahun selalu melakukan aksi, menandakan ada masalah sistemik. BBM naik, aksi. Minyak goreng hilang, aksi lagi. Pajak naik, aksi lagi. Kesulitan biaya SPP, aksi lagi.
"Berarti masalah-masalah ini bukan kasuistik tapi sistemik. Kenapa? Karena berulang terus. Berarti sistemnya ada masalah,” pungkasnya.[] Ikhty