Sastrawan Politik: Pancasila Dijadikan Alat Politik Kaum Sekuler Menolak Islam - Tinta Media

Jumat, 01 April 2022

Sastrawan Politik: Pancasila Dijadikan Alat Politik Kaum Sekuler Menolak Islam

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1lEuBBrHBmuoKwNxvBMSh7shY-IsuHRA-

Tinta Media - Narasi “Aku Pancasila” yang sering diperdengarkan dinilai Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menjadikan Pancasila sebagai alat politik kaum sekuler untuk menolak Islam dan melanggengkan sekularisme.

“Pancasila menjadi alat politik kaum sekuler, untuk menolak Islam sekaligus melanggengkan sekulerisme,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (31/3/2022).

Menurutnya, itu cara kaum sekuler memperdaya umat Islam. “Dengan begitu, para kapitalis, para oligarki dapat terus bebas mengeruk kekayaan negeri ini untuk memenuhi kerakusan mereka,” jelasnya.

Ia juga menilai Pancasila hanya jadi alat politik untuk membungkam umat Islam dan mengelabui umat dari kegagalan rezim. “Gagal mengelola minyak goreng, berteriak Pancasila adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Entahlah, apa yang bisa dilakukan oleh Pancasila menghadapi kebiadaban dan keserakahan oligarki minyak goreng,” ungkapnya.

Ahmad Khozinudin membandingkan Ustaz dan Ulama-ulama yang berdakwah, membina umat, tidak pernah membunuh, tidak pernah meneror, tidak pernah merugikan negara, ditangkap dengan tuduhan terorisme. “Sementara yang mengeruk kekayaan alam dan merugikan bangsa Indonesia, baik Freeport atau tambang batubara milik Luhut, tak pernah dipersoalkan dengan narasi anti Pancasila, tak pernah disebut anti sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” bebernya.

Ia melihat orang yang mendakwahkan syariat Islam, jihad dan Khilafah, selalu saja distigma anti Pancasila, anti kebhinekaan, radikalisme, ekstrim hingga teroris. “Sementara mereka yang menggarong dana bansos, dana KKP, mengeruk kekayaan Papua, mengeruk batubara, mengeruk nikel, dan berbagai kekayaan alam lainnya tanpa memikirkan nasib rakyat, tidak pernah diteriaki anti Pancasila, anti kebhinekaan, radikalis, ekstrim hingga teroris,” ungkapnya.

Menurutnya masyarakat bosan dengan narasi ‘Aku Pancasila’. “Setiap dakwah yang menyeru kepada Islam, selalu saja distigma anti Pancasila, anti kebhinekaan, radikalisme, ekstrim hingga teroris. Sementara TNPPB OPM yang sudah berulang kali membunuh anggota TNI, Polri dan rakyat sipil, tidak pernah diteriaki anti Pancasila, anti kebhinekaan, radikalis, ekstrim hingga teroris,” paparnya

Intinya, masyarakat muak ditipu dengan jargon Pancasila. “Kami hanya menginginkan Islam, dan tuhan kami Allah SWT memerintahkan hanya menerapkan syariat Islam, bukan syariat demokrasi, syariat sekulerisme, atau syariat Pancasila,” tegasnya.

“Agama kami yakni Islam, memiliki sumber hukum al Qur'an dan Sunnah yang memiliki aturan sempurna untuk memelihara urusan masyarakat, bangsa dan negara. Tidak seperti Pancasila yang hanya terdiri dari lima pasal, yang diulang ulasannya dengan tafsir gatuk matuk sekehendak penafsirnya,” lanjutnya.

Dia menyampaikan bahwa Umat Islam telah diberi wasiat oleh Rasulullah Saw, agar hanya mencukupkan terikat pada al Qur'an dan as Sunnah. “Mengikat selain dengan keduanya adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat dan menyesatkan,” jelasnya.

Menurutnya perjuangan sejati hanyalah yang merujuk petunjuk Wahyu bukan mengikuti kata-kata Soekarno. “Apalagi, Pancasila tanpa penerapan syariat Islam adalah Pancasila produk pengkhianatan,” tegasnya.

Ia mengajak Umat Islam untuk bangkit. “Berjuang hanya untuk Islam dan jangan mau ditipu dengan narasi aku Pancasila. Mereka yang berteriak aku Pancasila, justru merekalah yang merusak negeri ini,” ajaknya.

“Cukuplah Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agama ku, al Qur'an sebagai kitabku dan Rasulullah sebagai Nabiku. Kami tak membutuhkan Pancasila, baik untuk hari ini, esok hingga kapanpun. Kami telah dicukupkan dengan nikmat yang paling sempurna, yakni Nikmat iman dan Islam,” tandasnya. []Raras
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :