Ratu Jepara yang Kaya Raya - Tinta Media

Rabu, 06 April 2022

Ratu Jepara yang Kaya Raya

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1xFu-H3RkXzlu8HVBPWQN8ZiQicDD5112

Tinta Media - Jepara adalah sebuah wilayah di pantai Utara Jawa yang meliputi beberapa wilayah yang cukup luas dibanding kabupaten Jepara saat ini. Kudus, Pati, Demak, sebelum terjadinya pendangkalan sungai merupakan wilayah Jepara juga, karena wilayah ini sebenarnya terpisah dari pulau Jawa.

Terkenal dengan tukang kayu dan ukirannya, Jepara hingga kini merupakan salah satu sentra seni ukir di Pulau Jawa. Meskipun untuk saat ini produk ukir tradisional Jepara sudah kalah dengan mesin CNC dan sangat sulit mencari seniman ukir yang berkualitas tinggi di sana, pada zaman dahulu kala Jepara adalah pusatnya.

Itulah mengapa Alfonso D'Albuquerque membawa serta sekitar 60 ahli perkayuan, khususnya pertukangan kapal untuk dibawa ke Eropa ketika dia meninggalkan wilayah selat Malaka. Inilah yang disampaikan oleh Tome Pires bahwa Jawa, termasuk Lasem dan Jepara adalah galangan kapal kayu yang sangat besar pada masanya.

Hal tersebut tidak mengherankan, karena wilayah pantai Utara tersebut terdapat kawasan hutan jati yang memiliki pohon jati usia tua dengan mutu yang sangat tinggi. Pohon jati pada saat itu tidak diketemukan di mana pun juga di Nusantara kecuali di pulau Jawa, khususnya di daerah sekitar Jepara.
.
Sebelum pertengahan abad ke 16 M, Jepara hanyalah sebuah bandar kecil saja, meskipun pemerintah kesultanan Demak telah merintisnya sebagai sebuah pelabuhan niaga. Namun, sejak pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara kemudian berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, bahkan menjadi Pangkalan Angkatan Laut kerajaan Demak Bintara.

Ratu Kalinyamat sendiri adalah pitri dari Sultan Trenggono, penguasa Kesultanan Islam Demak Bintara. Dia merupakan istri dari seorang pangeran yang berasal dari Kesultanan Aceh Darussalam, yaitu Sultan Hadirin. Mereka mengelola Jepara untuk kemudian bisa menjadi daerah niaga. Namun, suami Ratu Kalinyamat akhirnya wafat dibunuh oleh Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat sangat sedih sehingga mengasingkan diri di pedalaman Jepara.

Baru setelah Arya Penangsang dibunuh oleh Panembahan Senopati, Ratu Kalinyamat kemudian melanjutkan pemerintahan atas nama almarhum suaminya. Di tangannya, Jepara kemudian menjadi Bandar perdagangan yang besar di Jawa. Lalu lintas eksport dan import sangat ramai di sana.

Masuknya penjajah Portugis ke Malaka, dirasakan sangat mengganggu jalur perdagangan dan dakwah Kesultanan Islam di Jawa. Kemudian Sultan Demak mendorong Ratu Kalinyamat yang kaya raya itu untuk membentuk Angkatan Laut beserta Kesultanan Banten demi menghadapi kekuatan penjajah Portugis yang saat itu sedang menguasai Selat Malaka.

Segeralah Ratu Kalinyamat menunaikan amanah yang dibebankan kepadanya. Kapal niaga Jung Jawa dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dilengkapi dengan meriam di haluan dan sisi lambungnya.
Keberpihakannya kepada Islam, dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat dengan pengiriman armada perangnya untuk menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574 di Malaka.
.
Serangan pertama melibatkan 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Pengepungan benteng Portugis di Malaka gagal dikarenakan persenjataan dan pengalaman perang yang tidak seimbang. Prajurit Jepara pulang dengan pengalaman baru yang berharga.
.
Namun, kekalahan tersebut tidak menyurutkan semangat jihad Ratu Kalinyamat. Dua dekade setelahnya, ketika Jepara sedang dalam puncak kejayaannya, Ratu Kalinyamat kembali mengirimkan armada militer yang lebih besar ke selat Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 kapal, di antaranya adalah 80 kapal besar dengan 15.000 orang prajurit pilihan.

Perang kedua berlangsung berbulan-bulan lamanya, hingga kemudian prajurit Jepara kembali pulang dengan tangan hampa akibat kekalahan di selat Malaka.

Namun, kegagahan prajurit Jepara dan armada kapal perangnya memiliki catatan tersendiri pada sejarah perlawanan terhadap kafir penjajah di nusantara.

Selain mengirimkan ekspedisi Angkatan Laut yang pertama membantu kesultanan Johor, serta membantu Kesultananan Aceh Darussalam pada misi yang kedua, Ratu Kalinyamat juga membantu Kesultanan Hitu untuk mengusir penjajah Portugis di kepulauan Maluku Utara.

Dari perjuangan Ratu Kalinyamat, kita bisa belajar bahwa Akidah Islam adalah sebuah ikatan yang bisa mengikat kita dengan kuat. Harta yang berkah adalah harta yang diinfakkan di jalan Allah untuk membela Islam dan kaum muslimin. Wallahu a'lam bishshawwab.

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :