Tinta Media - Pemukulan dan pengeroyokan Ade Armando yang terjadi di tengah aksi demo mahasiswa kemarin dinilai oleh Ketua Koalisi Persaudaraan Advokat dan Umat (KPAU) Ahmad Khozinudin S.H. telah mengkonfirmasi kemarahan rakyat sudah ke titik kulminasi.
“Pemukulan, pengeroyokan, hingga penelanjangan Ade Armando di depan publik, benar-benar mengonfirmasi jika kemarahan rakyat sudah ke titik kulminasi. Amuk massa ala hukum rimba tidak dapat terelakkan,” tuturnya pada Tinta Media, Selasa (12/4/2022).
Menurut Ahmad, jika kezaliman sudah berada di atas wajar, kesempatan meluapkan kemarahan mendapatkan momentum, maka hukum dan aparat penegak hukum tidak dapat berbuat apa-apa.
“Coba kita perhatikan pada kasus Ade Armando ini. Dia ditawur bukan ditempat sepi, tapi di tempat umum. Bukan sembarang tempat umum, tempat umum yang sedang berlangsung aksi dengan penjagaan aparat polisi,” tukasnya.
Ia menduga pelaku sudah tak menghiraukan lagi resiko dari perbuatannya bahwa polisi yang hadir di tempat itu bisa melakukan penangkapan terhadapnya.
“Menariknya, meskipun ada polisi di sekitar lokasi, Ade Armando tak sempat diselamatkan. Ade sudah kepalang bonyok, dan bokongnya yang tersembul diantara sempak menjadi tontonan rakyat se NKRI. Apakah ini balasan yang setimpal untuk pelaku penista agama?” tanyanya.
Ahmad mengatakan, belum diketahui secara pasti penyebab Ade Armando ditawur massa, tapi kuat dugaan, penyebab kemarahan sudah terlalu besar dan terakumulasi, sehingga pelaku seperti memanfaatkan momentum itu untuk men- smack down dosen komunikasi politik itu.
“Poin hikmahnya adalah jika rakyat yang dizalimi sudah marah, amuk massa tak bisa dicegah meskipun oleh aparat kepolisian. Boleh jadi, sebagian polisi yang ikut jengkel kepada Ade Armando juga turut senang,” duganya.
Ahmad mengingatkan, ini pelajaran yang harus diambil oleh rezim Jokowi. Boleh saja, saat berkuasa hukum tidak dapat menyentuh Jokowi. Kedua anaknya tidak dipanggil KPK setelah dilaporkan. Akan tetapi pada titik tertentu setelah kemarahan rakyat memuncak, saya khawatir Jokowi bisa saja di Ade Armando kan, sebagaimana dulu Rezim Tiran Qadaffi ditawur oleh rakyatnya.
“Karena itu, setiap dan siapapun yang berbuat zalim, berhati-hatilah, rakyat diam bukan ridho tetapi sedang memendam kemarahan,” tuturnya mengingatkan.
Saat kemarahan rakyat mencapai puncak dan mendapatkan momentumnya, lanjutnya, penjaga kekuasaan baik polisi maupun tentara tidak akan bisa berbuat apa-apa. Penguasa bisa ditawur rakyat dan dihinakan secara terbuka.
“Bahkan bisa saja, dukungan kekuasaan mulai berangsur menjauh, setelah menyadari akan ada tawur masa pada kekuasaan. Menghindari sasaran tawur rakyat, adalah dengan cara segera menjauh dari kekuasaan yang menindas,” prediksinya.
“Saat kekuasaan ditawur oleh rakyat, lari dari kekuasaan tidak berarti lagi. Karena kemarahan rakyat, bisa saja tak puas menawur kekuasaan, melainkan juga mengejar siapapun yang menjadi pendukung kekuasaan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun