Tinta Media - Pengamat Ekonomi Dr. Arim Nasim menilai bahwa ekonomi syariah saat ini esensinya adalah ekonomi kapitalis yang dibungkus istilah syariah.
”Ekonomi syariah saat ini, esensinya adalah ekonomi kapitalis yang dibungkus dengan istilah syariah,” tuturnya pada Tinta Media Ahad (3/4/2022).
Menurut Arim, ketika yang menonjol dalam ekonomi syariah adalah bank dan lembaga keuangan , maka bisa diduga pengembangan ekonomi syariah saat ini hanya menduplikasi sistem ekonomi kapitalis dengan baju syariah. Hal ini dimengerti sebab dalam sistem ekonomi kapitalis, bank memegang peranan penting bahkan seperti jantung dalam tubuh manusia, sehingga keberadaan bank perlu dijaga eksistensinya dalam sistem ekonomi kapitalis
“Dalam konteks ini benar kalau ekonomi syariah hanya membahas uang dan yang berkait uang, jangan-jangan ekonomi syariah sudah dikuasai oleh para spekulan dan investor yang orientasinya memang keuntungan,” duganya.
Arim menjelaskan definisi ekonomi syariah dengan mengutip pendapat M.A Mannan, bahwa Ekonomi Syariah adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
“Sedangkan menurut Umar Chapra, Ekonomi Syariah adalah cabang ilmu pengetahuan yang membantu manusia mewujudkan kesejahteraan melalui alokasi dan distribusi berbagai sumber daya sesuai tujuan yang ditetapkan,” imbuhnya.
Kalau melihat definisi tersebut, lanjutnya, ekonomi syariah seharusnya fokus membahas bagaimana mewujudkan kesejahteraan rakyat dan distribusi sumber daya alam agar tercipta keadilan.
Karena itu Arim heran, disaat rakyat kesulitan minyak goreng di tengah produksi yang melimpah. Ketika pedagang kesulitan mendapatkan bahan baku tempe yaitu kedelai. Ketika premium dihapuskan, pertalite mulai langka dan pertamax naik dengan harga selangit. Bahkan APBN Indonesia yang tersandera dengan utang yang bunganya saja tahun ini 400 trilyun rupiah lebih.
“Kok nggak ada suara yang muncul dari para pakar ekonomi syariah terutama yang selama ini begitu semangat dan menggebu-gebu ketika bicara lembaga keuangan syariah dengan proyek bank syariah dan pasar modal syariah serta asuransi syariah?,” herannya.
Arim lalu menyimpulkan karena ekonomi syariahnya rasa kapitalis. Tentu berbeda dengan sistem ekonomi islam yang sebenarnya. Sistem ekonomi Islam fokusnya bagaiamana pengaturan kepemilikan sumber daya alam (SDA) agar bisa mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
“Dalam sistem islam kepemilikan dibagi tiga, kepemilikan individu, kempemilkan umum dan kepemilkan negara. Kepemilkan umum dan negara harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat,” terangnya.
Dalam pandangan Islam, lanjutnya, minyak goreng dan BBM merupakan barang publik yang wajib dikelola oleh negara. Karena itu dalam sistem ekonomi Islam negara sangat berperan dalam aktivitas ekonomi. Jantungnya kegiatan ekonomi ada di peran baitul maal (APBN) dalam mensejahterakan rakyat.
“Karena itu selama 14 abad umat Islam menerapkan sistem ekonomi secara kaafah , tidak melihat peran bank. Yang dominan adalah peran baitul maal,” ungkapnya.
Jadi, lanjut Arim, kalau ekonomi syariah dan ekonomnya mau peduli terhadap kelangkaan minyak goreng , kelangkaan pertalite, kenaikan BBM dan problem APBN tersandera utang, perlu ada perombakan kurikulum ekonomi syariah.
“Selama kurikulum ekonomi syaraih seperti hari ini yang fokus kepada lembaga keuangan, maka seperti yang dikatakan Abdul Qoyum, Ekonomi Syariah tersesat di keuangan saja, kita terjebak dalam ilusi, maka kesejahteraan rakyat hanya mimpi,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun