Tinta Media - Sobat. Segala puji-puja hakikatnya bagi Allah semata. Yang hanya dengan nikmat-Nya. Semua kebaikan jadi sempurna. Diantara modal meraih keberkahan hidup adalah belajar sepanjang hayat dari buaian hingga liang lahat adalah jalan cahaya.Satu langkah yang diayunkan dalam kefardhuan ilmu adalah penggugur dosa, pengangkat martabat, dan pembuka jalan ke surga.
Sobat. Ada banyak kisah dari kalangan yang tidak dikenal oleh penduduk bumi namun ternyata dia dikenal oleh penduduk langit, kita pernah dengar dan baca kisah Uwais al-qarni. Penulis pernah ditolong seseorang yang kebanyakan orang mengenalnya dia pedagang di pasar namun ternyata beliau adalah salah satu guru Ulama ternama di Indonesia, perawakannya sederhana seperti kebanyakan rakyat kecil. Namun semua preman dinoyo takluk dan hormat sama beliau. Mobil saya saat itu mogok dibantu oleh beliau dan preman dinoyo yang sudah sadar akan dakwah beliau. Saya diajak mampir ke rumah beliau setelah ngomong panjang lebar mengenai dunia tasawuf ada kalimat yang sampai hari ini saya ingat dari beliau.” Tidak penting apakah kita dikenal oleh penduduk bumi, namun teruslah pantaskan diri menjadi orang yang dikenal oleh penduduk langit.”
Sobat. Tulisan kali ini akan membahas bagaimana agar kita dikenal oleh penduduk langit. “Sungguh keliru orang-orang yang mencari kemuliaan dengan apa yang mereka miliki di muka bumi, sebab kemuliaan , kekuatan, ketinggian, dan keperkasaan semuanya adalah milik Allah SWT. Ia hanya akan dicapai dengan ucapan yang baik dan amal sholih yang diangkat ke haribaan-Nya, lalu berjawab karunia yang mulia sebab Dia mencintai sang hamba.” Kata Imam Al-Qurthuby.
Allah SWT Berfirman :
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” ( QS. Fathir (35) : 10 ).
Sobat. Imam ibnu Katsir menjelaskan diantara ucapan yang baik adalah dzikir kepada Allah, ilmu, dakwah, serta saling berwasiat dalam kebenaran, kesabaran, dan kasih sayang.
Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa barang siapa ingin mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat, hendaklah ia
senantiasa taat kepada Allah karena semua kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat adalah kepunyaan-Nya.
Dialah yang menerima perkataan-perkataan yang baik seperti kalimat tauhid, zikir, membaca Al-Qur'an, dan lainnya, begitu pula amal-amal yang baik yang disertai dengan keikhlasan akan diberi pahala oleh Allah. Sesuatu amal, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang dilakukan tanpa keikhlasan tidak akan berpahala, bahkan akan mendapat azab karena dianggap mendustakan agama. Ibadah salat, zakat, dan amal-amal baik yang lain apabila dilakukan dengan ria, yakni dikerjakan bukan untuk mencari keridaan Allah, tetapi mencari pujian atau ketenaran di masyarakat, tidak akan diterima oleh Allah. Firman Allah:
Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan. (al-Ma'un/107: 4-7)
Orang-orang yang merencanakan kejahatan terhadap orang-orang Islam, seperti merencanakan suatu hal yang akan menyebabkan mundurnya Islam atau kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan lain-lain, akan mendapat siksa yang pedih di hari Kiamat dan rencana buruknya akan hancur tidak mencapai sasarannya seperti yang dialami orang-orang kafir Quraisy. Mereka dulu merencanakan akan menangkap Rasulullah saw lalu membunuh atau mengasingkannya di suatu tempat yang jauh dari tumpah darahnya, agar Islam menjadi lemah bahkan akan hilang lenyap di permukaan bumi.
Tetapi kata-kata yang baik memerlukan kawan yang akan membantunya untuk mendaki menembus langit dan merajuk kemuliaan di sisi Allah “ adalah amal sholih yang dapat menaikkan perkataan-perkataan yang baik.” Demikian penjelasan Mujahid, Abul ‘aliyah, Ikrimah dan para mufassir lainnya. Hasan al-Bashri dan Qatadah mengatakan, “ Suatu perkataan takkan dapat naik untuk diterima di sisi Allah kecuali dengan amal yang menjadi buktinya.”
Sobat. Nabi Sulaiman AS mengajarkan suatu doa dan ilmu yang bisa kita ambil menjadi pelajaran dan diabadikan dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 19 :
“maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". ( QS. An-Naml (27) : 19 ).
Mendengar perkataan raja semut bahwa Sulaiman dan tentaranya tidak bermaksud membinasakan mereka dan berbuat jahat, membuat Sulaiman tersenyum. Raja semut itu juga mengatakan bahwa seandainya ada di antara semut-semut itu yang terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, maka hal itu bukanlah sengaja dilakukannya, tetapi karena Sulaiman dan tentaranya tidak melihat mereka, karena tubuh mereka amat kecil.
Atas rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada Sulaiman berupa kemampuan memahami percakapan raja semut itu, dan adanya semacam anggapan baik dari raja semut terhadap Sulaiman dan bala tentaranya, maka Sulaiman berdoa kepada Allah, "Wahai Tuhanku Yang Pemberi Rahmat, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang terus-menerus mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah aku sebagai seorang hamba-Mu yang selalu mengerjakan amal-amal saleh yang Engkau ridai, dan jadikanlah aku orang yang berkeinginan mengerjakan amal saleh itu. Bila aku meninggal dunia, masukkanlah aku ke dalam surga bersama-sama orang-orang yang saleh yang Engkau masukkan ke dalamnya dengan rahmat-Mu."
Dari doa Nabi Sulaiman itu dipahami bahwa yang diminta oleh Sulaiman kepada Allah ialah kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. Sekalipun Allah telah melimpahkan beraneka ragam kesenangan dan kekuasaan duniawi kepadanya, namun ia tidak lupa diri karenanya. Ia yakin bahwa kesenangan duniawi itu adalah kesenangan yang sementara sifatnya dan tidak kekal.
Sikap Nabi Sulaiman pada waktu menerima nikmat Allah itu adalah sikap yang harus dicontoh dan dijadikan suri teladan oleh setiap kaum Muslimin. Berdoa dan bersyukurlah kepada Allah setiap mendapatkan nikmat-Nya, dan tidak bersikap mengingkari nikmat-Nya.
Sobat. Nabi Sulaiman mengajarkan kepada kita Beramal. Berkeshalihan. Berkeikhlasan dan berendah hati memang amat berat namun tetap harus kita mulai. Kata Ibnu Abbas, “ Sesungguhnya bagi amal baik ada cahaya dalam hati, sinaran di wajah, keluasan rezki, kekuatan badan, dan cinta di qalbu sesama. Dan bagi amal buruk ada gelap di hati, kelam di wajah, sempit di rezeki, lemah di jasad, dan kebencian di qalbu para makhluk.”
Salam Dahsyat dan Luar Biasa!
Oleh: DR. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, CEO Educoach, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur