Kapitalisme Menggerus Naluri Ibu - Tinta Media

Minggu, 10 April 2022

Kapitalisme Menggerus Naluri Ibu

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1AyeEApRJ9ChHC8spq099VPnIvZaC2WkR

Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga
Sepanjang masa

Tinta Media - Lagu ini menjadi gambaran bagaimana seorang anak memahami bahwa kasih seorang ibu itu tidak pernah ada habisnya. Memang secara fitrah, Allah telah menciptakan seorang wanita itu dengan segala kelemahlembutannya sehingga mampu memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya tanpa syarat.

Dunia terhenyak saat ada beberapa fakta yang ada, justru sifat dan karakter lembut ini berubah menjadi sosok yang kejam, sosok yang kehilangan naluri keibuan. Ibu yang seharusnya menjadi tempat berlindung bagi anak, tiba-tiba menjadi sosok yang membuat anak tidak lagi nyaman dan aman berada di dekatnya.

Tahun 2019 lalu, tersiar berita heboh tentang seorang ibu yang mengelonggong anak balitanya hingga tewas lantaran strees akan diceraikan oleh suami.

Kejadian itu terulang lagi saat ini. Seorang ibu di kota Brebes, Jawa Tengah bernama Kanti Utami (35), diduga menggorok tiga anaknya sendiri hingga menyebabkan salah satu anaknya meninggal dunia, dua lainnya selamat dan sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit (RS). Alasannya, untuk melepaskan penderitaan anak-anak. Diduga, ia mengalami tekanan ekonomi (Suara.com, 22/3/2022)

Kejadian semacam ini bahkan beberapa kali terjadi di tanah air. Makin banyaknya kasus ibu tega menganiaya dan membunuh anaknya sendiri karena dipicu banyak faktor, antara lain tekanan ekonomi, psikologi sakit (takut dicerai, kurang kasih sayang, malu pada tetangga) dan tidak kalah penting, adanya empati dari orang di sekitarnya.

Ibarat gunung es, yang nampak di permukaan hanya sebagian saja. Kejadian seperti ini akan berulang dan berulang kembali, bahkan cenderung menunjukkan peningkatan.

Tidak bisa dimungkiri bahwa siapa pun yang hidup di sistem kapitalisme dengan tolok ukur materi,  rentan menghadapi stres. Begitu pula dengan seorang ibu, rentan kehilangan fitrah keibuannya di sistem ini.

Bagaimanna tidak? Setiap hari seorang ibu harus berjibaku (sibuk sekali) mengatur urusan keluarga. Menjadi istri sekaligus ibu bukan perkara mudah. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur, seorang ibu tidak pernah bisa istirahat tenang, karena ada saja kesibukan yang tidak ada habisnya.

Di sisi lain, sistem kapitalis ini terus-menerus mendorong ibu untuk keluar dari zona aman dan nyaman di rumah. Untuk apa? Untuk menambal dan memenuhi kekurangan biaya bulanan keluarga. Terlebih, saat ini sudah dua tahun pasca pandemi yang meluluhlantakkan ekonomi, disusul dengan melejitnya harga minyak goreng dan kebutuhan lain, seperti kesehatan mahal, pendidikan, tempat tinggal, dll.

Tingkat “stressor”  yang disebabkan penerapan sistem kapitalis mendominasi, sementara tingkat keimanannya lemah. Permasalahan yang melilit, mampu menggerus naluri keibuan seorang wanita. Akhirnya, mereka abai pada tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak, bahkan sebagian mengganggap anak adalah beban dalam hidupnya. Ini memicu wanita (ibu), hingga mampu melakukan tindakan yang tak masuk akal bagi fitrah keibuan, yaitu membunuh buah hatinya.

Ibu Kehilangan Fitrahnya

Kerusakan dalam kehidupan terjadi karena umat meninggalkan hukum Islam sebagai pedoman dan solusi kehidupan. Nilai Islam di tengah keluarga makin terkikis dan luntur. Di sisi lain, arus globalisasi yang sarat kapitalis dan liberalis terus menekan umat, hingga menggerus nilai Islam dalam tameng terkecil yaitu keluarga, tak terkecuali seorang ibu. Akibatnya, masalah tak berkurang, justru makin bertambah, dan tanpa kendali.

Di antara persoalan paling menonjol yang timbul akibat kapitalisme adalah kemiskinan. Persaingan untuk mendapatkan kehidupan yang layak di tengah masyarakat mendorong setiap individu secara maksimal mencurahkan energinya hanya sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidup, tanpa memedulikan adanya aspek ruhiyah. Akibatnya, nilai-nilai Islam mulai ditinggalkan oleh individu. Hal itu telah mengantarkan pada pelalaian tugas dan fungsi keluarga. Tidak adanya saling empati dalam keluarga dan masyarakat, jelas akan memengaruhi faktor psikologis.

Seorang ibu sebagai ummun warabatut bait (ibu dan pengatur urusan rumah) harus ekstra keras berpikir,  sambil bekerja mengurus urusan keluarga dan mengasuh anak, juga menghitung cermat pemasukan keuangan agar dapat mencukupi semua kebutuhan, sementara semua berbiaya mahal dan tidak ada yang gratis.

Islam Menjaga Fitrah Ibu

Islam menempatkan ibu pada posisi tinggi dan penuh penghormatan. Tugas utama perempuan adalah menjadi ibu sekaligus mengurusi rumahnya. Ini tidak menghilangkan hak mereka untuk bekerja jika mereka menginginkannya.

Islam memberikan perempuan hak istimewa atas nafkah yang selalu disediakan oleh suami atau kerabat laki-laki mereka yang berkewajiban secara finansial memelihara anggota perempuan dari keluarga mereka, mengangkat beban mencari nafkah dari perempuan.

Nabi saw. berkata, “Masing-masing dari kalian adalah seorang pemimpin, dan masing-masing bertanggung jawab atas mereka yang berada di bawah kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah seorang pemimpin; seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya; seorang perempuan adalah pemimpin rumah dan anak suaminya ... ”(HR Bukhari dan Muslim)

Sebagai contoh, jika seorang perempuan tidak memiliki kerabat laki-laki yang bertanggung jawab atas kebutuhannya, maka negara berkewajiban menyediakannya. Sistem Islam yang dilaksanakan di bawah khilafah telah mendukung para ibu dalam memenuhi kewajiban vital mereka, yaitu merawat dan membesarkan anak-anak, serta menjaga rumah mereka. Negara juga menjamin keamanan finansial bagi perempuan dan memastikan bahwa mereka tidak pernah ditinggalkan untuk mengurus diri mereka sendiri dan anak-anak, atau dibiarkan menderita kesulitan keuangan.

Peran ibu sangat penting dalam peradaban Islam. Dalam Khilafah Utsmani misalnya, peran strategis ibu telah meningkatkan posisi perempuan di tengah masyarakat. Para ibu dihormati dan diperlakukan dengan sangat hati-hati oleh anak-anak mereka. Sebagai balasannya, para ibu menghujani anak-anak mereka dengan cinta dan kasih sayang yang sangat besar.

Islam adalah aturan sempurna untuk kehidupan. Semua problematika mempunyai solusi yang tepat sasaran. Islam memiliki pandangan yang tak tertandingi tentang pentingnya peran keibuan sehingga mampu menyejahterakan, baik untuk ibu maupun anak.

“Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah : 16)

Wallahu’alam bishawab.

Oleh: NS. Rahayu
Pengamat Sosial
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :