Jogja Berjoget - Tinta Media

Jumat, 15 April 2022

Jogja Berjoget

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1GZqrQquSptcRoAxmyLDnXr0GozqPnmh8

Tinta Media - Malioboro terasa hangat dan sangat nyaman sore itu. Tidak tahu kenapa, angin yang berhembus terasa sepoi-sepoi membelai bulu-bulu halus di lengan dan mukaku yang baru saja bangun tidur.

Jalan-jalan sore kali ini terasa bersahabat sekali, damai, tidak seperti ketika kita tiba-tiba melihat anak-anak klithih lewat sambil membagikan gir yang sudah disambung dengan rantai kepada para pejalan kaki. Adem, ayem, dengan vibe yang positif pokoknya.

Anak-anak muda parendan berdandan keren-keren sekali. Ada yang nampak seperti oppa-oppa Korea dengan mantel bulunya. Ada yang bergaya bohemian chic lengkap dengan sepatu bot, maxi dress longgar dengan jaket canvas dan aksesori etnisnya. Pokoknya semua nampak casual seperti biasanya, asik, keren, dan memesona.

Tiba-tiba di kejauhan beberapa anak punk dengan potongan rambut mohawk, celana pensil dan jaket lusuhnya maju ke tengah jalan sambil berjoget tik-tok dengan riangnya. Sebentar, kok tidak seperti biasanya? Kenapa bukan tarian pogo yang mereka bawakan?

"Wah, ini pasti ada sesuatu," batinku.

Suasana nampak semakin akrab di antara mereka. Pejalan kaki juga nampak senang, tertawa-tawa melihat ekspresi anak-anak punk berdansa. Tiba-tiba ada beberapa anak parendan dengan dandanan oppa-oppa Korea juga ikut berjoget bersama dengan semangat. Wah, ini pasti tidak biasa. Aku jadi bertanya, ada apa ini rupanya?

Ooo, Aku jadi ingat. Ada sebuah bentuk seni pertunjukan kontemporer atau performance art yang diadaptasi dari buku Howard Rheingold yang berjudul Smart Mobs: The Next Social Revolution, yaitu Flash Mob.

Prinsip dari flash mob ini adalah sebuah pertunjukan jalanan yang dilakukan oleh sekelompok manusia secara mendadak di tempat umum. Mereka melakukan aktivitas bersama-sama dalam waktu yang sangat singkat dan langsung bubar untuk kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Oleh karena para peserta tidak saling kenal, karena memang dilakukan diam-diam tanpa persiapan yang panjang, maka aktivitas kolosal tersebut memiliki aura surprise yang keren sekali. Apalagi biasanya lokasi acara baru diberitahukan misalnya pada H-1 sebelumnya. Jadi, betul-betul on the spot saja.

"Wah, ini pasti flash mob," pikirku. Dan benar saja, berangsur-angsur para pejalan kaki ikut-ikutan berjoget bersama anak-anak punk, bohemian chic, retro rider, pedagang batik, bakul nasi kucing, pokoknya pesertanya jadi semakin banyak saja. Jumlahnya ada ratusan, bahkan ada yang bilang ribuan. Intinya semua aktif berpartisipasi dalam berjoget tik-tok di tengah jalan.

Acara Jogja Berjoget tersebut sepertinya digagas oleh sebuah lembaga fund raising filantropis untuk membantu anak-anak jalanan. Karena memang dadakan, izin agaknya memang tidak diperlukan. Apalagi, ini untuk kegiatan kemanusiaan.

Akan tetapi, meskipun demikian ada saja pandangan pro dan kontra terkait penyelenggaraan acara. Ada yang bilang, acara itu adalah invasi budaya asing ke Jogja. Ada lagi yang mengatakan bahwa acara tersebut norak dan penuh muatan politis. Pokoknya yang kontra itu ramai sendiri beropini di media sosial.

Sore itu masih nampak cerah, sekitar pukul 16.00 WIB. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh istriku yang memulai aktivitas sore untuk menyiapkan buka puasa.

Wah, kupikir tadi sungguhan. Seru soalnya. Eh, ternyata hanya khayalan. Hanya saja, aku jadi berpikir, kalau misalnya joget bersama diganti dengan membaca Al Qur'an, apa salahnya? Pasti seru juga, asik, keren, dan memesona.

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :