Guru Luthfi: Tabiat Bani Israil Selalu Ingkar Janji - Tinta Media

Selasa, 12 April 2022

Guru Luthfi: Tabiat Bani Israil Selalu Ingkar Janji

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1u48wFHkeO7eJrmv1Hok8xw2RVwEuVQQa

Tinta a media - Pengasuh Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi menunjukkan tabiat Bani Israil yang selalu berpaling dari janji mereka kepada Allah SWT untuk melakukan kewajiban.

“Allah menegaskan dalam Tafsir Surat al Baqarah ayat ke 83 bahwa tabiat Bani Israil yang selalu berpaling dari janji mereka kepada Allah SWT untuk melakukan kewajiban,” tuturnya dalam Acara Ramadhan Bersama Al Qur’an 1443H-#4: Tabiat Yahudi Melanggar Janji dan Berpaling dari Kewajiban, Rabu (6/4/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.

Ia menyatakan kembali Allah SWT mengungkapkan tabiat buruk Bani Israil yang selalu melanggar janji dan berpaling dari melaksanakan kewajiban.
Wa iż akhażna mītsāqa banī isrā’īla lā ta’buduna illallāha wa bil-wālidaini ihsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qulu lin-nāsi husnaw wa aqīmuş-şalāta wa ātuz-zakāh tsumma tawwalaitum illā qalīlam mingkum wa antum mu’ridųn. Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): ‘Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ucapkanlah (oleh kalian) kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat’. Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kalian, dan kalian selalu berpaling,” (QS al Baqarah, 2: 83)

Ia mengatakan Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam Tafsir beliau Al Jami’ li Ahkamil Qur’an: Firman Allah:
Wa iż akhażna mītsāqa banī isrā’īla artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil.”

“Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya Al Jami’li Ahkamil Qur’an bahwa terdapat perbedaan pendapat dari para ulama tentang apa yang dimaksud dari al Mitsaq (janji) di sini,” katanya.

Ia mengungkapkan perbedaan pendapat dari para ulama tersebut tentang kata janji dalam Surat al Baqarah ayat ke 83. “Maki berkata: Janji tersebut adalah janji yang mereka ambil ketika mereka dikeluarkan dari tulang punggung adam sebagai keturunan. Dan dikatakan dari yang lain bahwa janji tersebut adalah janji yang Allah ambil dari dalam kehidupan mereka saat kondisi mereka menjadi orang-orang berakal melalui lisan nabi-nabi mereka,” ungkapnya.

Dan menurutnya, lanjutan pernyataan janji tersebut yakni sesuai dengan Firman Allah SWT: lā ta’buduna illallāha. Janganlah kalian menyembah selain Allah.
“Artinya beribadah kepada Allah adalah menetapkan keesaan-Nya, percaya kepada Rasul-Nya, dan melaksanakan apa yang diturunkan dalam kitab-Nya,” tuturnya.

Secara bahasa, ia menerangkan makna “Mitsaq” dijelaskan oleh Imam Muhammad Ali Ash Shabuni dalam tafsir beliau sebagai janji yang dikuatkan dengan sumpah.

“Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan bahwa mitsaq adalah janji yang dikuatkan dengan sumpah. Jika tidak dikuatkan dengan sumpah maka disebut dengan al-ahd,” ucapnya.

Firman Allah SWT,  p artinya Janganlah kalian menyembah, dimaknai oleh Imam Sibawaih berhubungan sumpah.

“Imam Sibawaih berkata, lafaz lā ta’buduna berhubungan dengan sumpah. Maknanya adalah dan ketika Kami mengangkat mereka menjadi khalifah, demi Allah, janganlah kalian menyembah (kepada selain Allah),” katanya.

Kemudian lanjutan dari Firman Allah Ta’ala: wa bil-wālidaini yang artxx“Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak.”

Ia mengatakan bahwa dalam hal ini, Allah menyandingkan hak orang tua terhadap mengesakan Allah SWT.
“Karena apa? Sebab kebangkitan yang pertama itu adalah datangnya dari Allah SWT, kemudian kebangkitan yang kedua adalah tarbiyah atau pendidikan itu datangnya dari kedua orang tua,” katanya.

Ia menuturkan Firman Allah selanjutnya:
“Bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kemudian kepada kedua orang tuamu, ibu bapakmu,” (QS Luqman [31]: 14).
Kemudian ia menjelaskan walihsānu ilāl wālidaini, berbuat baik kepada kedua orang tua.
“ Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah bergaul dengan mereka dengan baik, tawadhu dengan mereka, melaksanakan segala apa yang diperintahkan keduanya, kemudian senantiasa mendoakan keduanya saat mereka sudah tidak ada, dan meneruskan hubungan silaturahim dengan teman-teman mereka,” jelasnya.

Ia mengartikan kalimat berikutnya dalam Surat al Baqarah ayat ke 83: wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni, dan kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang miskin.

“Yakni anjuran berbuat baik kepada kerabat, anak-anak yatim yang bapak-bapak mereka meninggal sewaktu mereka masih kecil, dan orang-orang miskin yang tidak mampu untuk bekerja,” katanya.

Selanjutnya dikatakan olehnya tentang keutamaan berbuat baik kepada anak yatim ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw., yang diriwayatkan oleh Imam Malik.
“Rasulullah Saw. Bersabda: ‘Orang yang menjamin anak yatim, baik yang menjadi tanggungannya atau pun (tanggungan) yang lainnya. Aku dan dia adalah seperti ini di dalam syurga, Imam Malik memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengah,” katanya.

Ia menegaskan kalimat selanjutnya dari ayat ini, wa qulu lin-nāsi husna, dan ucapkanlah (oleh kalian) kata-kata yang baik kepada manusia.
“Dengan perkataan baik, rendah hati, sopan santun disertai percakapan yang baik,” tegasnya.

Kemudian menurutnya kalimat, wa aqīmuş-şalāta wa ātuz-zakāh, dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat merupakan kewajiban dari Allah SWT.
“Salatlah dan zakatlah sebagaimana Allah mewajibkan atas kalian kewajiban-kewajiban rukun-rukun lainnya,” tuturnya.

Kewajiban-kewajiban ini berdasarkan penjelasan dari Imam Al Qurthubi berupa khithab (seruan) di sini yang ditujukan untuk kaum Bani Israil.
Ia pun menjelaskan perkataan Ibnu Athiyah tentang zakat yang dimaksud dalam Surat al Baqarah ayat ke 83.
“Ibnu Athiyah berkata: (Yang dimaksud dengan) zakat mereka (di sini) adalah zakat yang mereka letakkan kemudian api menyambar zakat tersebut, pertanda zakat itu telah diterima (oleh Allah SWT), sedangkan zakat yang tidak disambar oleh api maka zakat itu tidak diterima. Zakat mereka itu tidaklah seperti zakat umat Nabi Muhammad Saw,” jelasnya.

Dari ayat terakhir ini Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan kaum Bani Israil menolak keras janji tersebut dan berpaling dari mengamalkan kewajibannya kecuali sedikit dari kaum Bani Israil yang melakukannya.
“Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan, “Artinya, kemudian kalian dan pendahulu-pendahulu kalian itu menolak keras janji tersebut dan kalian berpaling dari mengamalkan kewajibannya kecuali sedikit dari kalian yang melakukannya. Kalimat illa qalīla, seperti Abdullah bin salam dan para sahabatnya,” tuturnya.
“Demikianlah tabiat Bani Israil. Semoga kita dijauhkan dari sifat demikian,” pungkasnya. [] Ageng Kartika 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :