Tinta Media - Pengasuh Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi menyatakan, diantara orang Yahudi ada yang ummi (buta huruf) mengada-ada tentang Taurat.
“Tafsir Al Baqarah ayat 78 membahas tentang di antara orang Yahudi ada yang ummi (buta huruf) mengada-ada tentang Taurat,” tuturnya dalam Kajian Jum’at Bersama Al-Qur’an: Tafsir Al Baqarah ayat 78: Di antara Orang Yahudi Ada Yang Ummi Mengada-ada Tentang Taurat, Jum’at (1/4/2022)di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.
Allah Subhanahu Wa Ta’alla berfirman: “Wa min-hum ummiyyuna lā ya’lamunal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yazunnun, artinya dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Alkitab yakni Taurat kecuali dongeng bohong belaka dan mereka hanya mengada-ada,” (QS Al Baqarah: 78).
Ia menerangkan bahwa Imam al-Qurthubi menjelaskan Firman Allah Subhanahu Wa Ta’alla. “Wa min-hum ummiyyuna, artinya dan di antara mereka ada yang buta huruf. Mereka di sini artinya dari kalangan Yahudi,” terangnya.
Sementara ia mengungkapkan ada pendapat lain yang mengatakan, di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik itu ada orang-orang yang buta huruf, maksudnya orang yang tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca.
Ia menjelaskan maksud dari ummiyyun dalam surat Al Baqarah ayat 78 adalah ummi itu yang dinisbatkan kepada umat yang ummi yakni umat yang berada pada kondisi pertama saat dilahirkan oleh umminya, oleh ibunya, umat yang tidak belajar menulis dan membaca. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam: “Sesungguhnya kami ini (kata Rasulullah) adalah umat yang buta huruf, kami tidak bisa menulis dan tidak bisa berhitung,” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasài).
Firman Allah selanjutnya, ia memaparkan, Lā ya’lamunal-kitāba illā amāniyya, artinya tidak mengetahui Alkitab yakni Taurat kecuali dongeng bohong belaka. “Lafaz illā mengandung makna lakin (لكن) artinya akan tetapi. Dengan demikian artinya adalah istisna’atau pengecualian dan pengecualian tersebut adalah istisnà munqoti’ yakni pengecualian yang pasti tanpa ada keraguan sedikit pun,” paparnya.
“Di sini artinya istisna’ yang pasti karena al-amaani’, dongeng-dongeng yang bohong. Bukanlah jenis dari Alkitab dan bukan pula termasuk dalam pengertiannya.
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’alla dalam surat An Nisa ayat 157. Allah Ta’alla berfirman, artinya, mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka. Dan dalam Firman Allah Subhanahu Wa Ta’alla surat Al Hajj ayat 52, artinya, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginannya. “Artinya jika mereka membacakan suatu bacaan maka setan pun melemparkan kebohongan ke dalam bacaan-bacaan tersebut,” ujarnya.
Dalam kalimat surat Al Baqarah ayat 78, Allah berfirman, in hum illā yazunnun, artinya dan mereka hanya menduga-duga. “Artinya tidaklah apa yang mereka sangkakan kecuali hanya menduga-duga, sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’alla dalam surat Al Mulk ayat ke 20 yaitu orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam keadaan al-ghurūr atau tertipu,” lanjutnya.
Ia mengatakan, kalimat yazunnun adalah mendustakan dan menceritakan. “Yazunnun adalah mendustakan dan menceritakan, sebab mereka tidak mengetahui keautentikan apa yang mereka baca. Mereka orang-orang yang ummi dari kalangan Yahudi tersebut hanya mengikuti para pendeta mereka, apa-apa yang dibaca oleh pendeta mereka,” katanya.
Ia memaparkan penjelasan dari Imam al-Qurthubi yang mengatakan bahwa Allah menyifati para pendeta mereka (Yahudi) dengan sifat melakukan penggantian dan perubahan sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 79, artinya: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang memilih Alkitab dengan tangan mereka sendiri.”
“Berkata para ulama kita, semoga Allah merahmati mereka, Allah menyifati para pendeta mereka, orang-orang Yahudi itu dengan sifat melakukan penggantian dan perubahan sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 79. Ketika kepemimpinan para ulama mereka buruk dan ketika mereka menghadap kepada dunia dengan keserakahan dan ketamakan. Maka mereka pun mencari-cari hal yang dapat memalingkan wajah manusia ke arah mereka,” ujarnya.
Ia kembali memaparkan bahwa para pendeta Yahudi menciptakan hal-hal baru dalam syariat mereka dan mengganti syariat mereka yang sebelumnya.
“Lalu mereka memasukkan hal-hal yang baru ke dalam Taurat, lalu mereka berkata kepada orang-orang yang bodoh yang ummi tadi dari kalangan mereka, ini adalah dari Allah, supaya orang-orang yang bodoh itu menerima hal-hal yang baru dari mereka sehingga kepemimpinan mereka pun menjadi semakin kuat dan mereka bisa mendapatkan puing-puing dan sampah dunia,” pungkasnya. [] Ageng Kartika