Tinta Media - Pengasuh Rubrik Cahaya Sakinah Guru Luthfi Hidayat menuturkan tentang langkah-langkah agar anak menjadi investasi akhirat bagi orang tuanya.
“Ada beberapa langkah yang perlu dipersiapkan secara dini agar anak menjadi investasi yang berharga di akhirat nanti bagi orang tuanya,” tuturnya dalam Program Kurma (Kuliah Ramadhan): Anak Investasi Akhirat, Ahad (17/4/2022) di kanal Youtube FLIP (Forum Literasi Intelektual Peradaban) Channel.
Menurutnya, anak merupakan sebuah modal investasi, sebuah kebanggaan yang akan bermanfaat bagi orang tuanya di dunia dan akhirat. Dan untuk menjadikannya investasi maka anak harus dipelihara dan dikelola agar layak menjadi tabungan. “Anak adalah modal investasi, sebuah kebanggaan yang insya Allah akan bermanfaat bagi kita (orang tua) dunia dan akhirat. Agar layak menjadi investasi, berharga bagi kita, tabungan pahala bagi kita, tentu anak perlu kita pelihara, kita kelola,” ucapnya.
Ia menjelaskan ada lima langkah yang harus disiapkan secara dini agar anak menjadi investasi yang berharga, yakni:
Pertama, mempersiapkan termasuk mempersiapkan wadah ayah dan ibu yang akan melahirkan anak yang baik ini. “Karena tidak mungkin anak yang salih/salihah lahir dari seorang pemuda playboy yang punya gebetan di setiap gang. Itu tidak mungkin. Juga tidak mungkin terlahir dari wanita yang sudah terlalu banyak sidik jarinya karena tidak menjaga kehormatannya. Naudzubillah,” ujarnya.
Kedua, kewajiban orang tua yang juga merupakan hak anak itu adalah memberikan nama yang baik ketika anak tersebut sudah dilahirkan. “Memberikan nama yang baik ketika anak tersebut sudah dilahirkan karena nanti di yaumil akhir anak kita itu dipanggil. Dan hendaklah kita memberi nama yang baik,” tegasnya.
Ia pun menambahkan, salah satu hak anak adalah mendapatkan nama yang baik, termasuk nama panjang atau nama pendek. “Bahkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat ketika beliau mendengar atau bertemu dengan seseorang yang mengandung makna nama yang jelek, langsung beliau mengubahnya,” katanya.
Ketiga, orang tua harus memberikan makanan yang halal, halalan thoyiban bagi anak-anaknya, berasal dari harta yang halal. Anak sebagai investasi akhirat akan diberikan makanan yang halal dan thoyib.
“Sungguh harta yang halal, memberikan efek fisik dan psikologis yang baik kepada anak. Sebaliknya harta yang haram akan menjadikan anak kira yang tumbuh secara fisik dan psikis yang buruk,” ucapnya.
Keempat, orang tua harus memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. “Dalam pendidikan ini betul-betul kita (orang tua) memberikan syaksiyah atau kepribadian dan skill atau kemampuan bagi anak untuk bisa hidup dengan layak di masyarakat,” tuturnya.
Ia mengkritisi sikap orang tua di zaman serba materialistis ini hanya berpikir tentang anak itu hanya serba materi. “Masa depan anak itu sekedar bagaimana ia mendapatkan pekerjaan yang layak, gajinya besar, mobil yang bagus, rumah yang bagus,” kritiknya.
Ia menyayangkan sikap orang tua yang lupa memberikan pendidikan yang berbasis pada agama.
“Mereka kurang memberikan akhlak yang baik, mereka kurang menancapkan akidah-akidah yang kuat bagi anak-anaknya. Sehingga tidak jarang anak tumbuh secara fisik bagus, harta yang berlimpah tetapi mereka durhaka terhadap orang tuanya. Naudzubillah,” ujarnya.
Kelima, bagi orang tua adalah terus berdoa. “Dengan do’a, 'Robbana hablanā min azwājinā wa dzurriyātinā qurrota a’yun waj’alnā lil muttaqīna imāmā',” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa anak dalam pandangan Islam adalah amanah yang Allah SWT titipkan kepada kita (orang tua), sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, dia bersih maka ayahnyalah atau bapaknyalah yang akan memberikan warna. Apakah warna itu Nasrani, warna Majusi atau warna Islam yaitu anak yang shalih.” (HR Abu Hurairah r.a.)
Ia pun mengingatkan tentang anak agar menjadi investasi dengan mempersiapkan sebaik-baiknya karena akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
“Jadi yang namanya anak sebagai investasi, agar investasi itu dapat mengalirkan pahala bagi kita walaupun jasad dan raga kita telah tiada. Tentu kita harus mempersiapkan sebaik-baiknya. Dan harus kita ingat semua itu akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT,” pungkasnya. [] Ageng Kartika