Tinta Media - Ustaz Andre Husnari dari Cendekia Politika Institute menyatakan bahwa Allah SWT menganugerahkan lailatul qadar yakni suatu malam yang lebih utama daripada seribu bulan.
"Allah SWT menganugerahkan malam lailatul qadar dimana pada malam itu lebih utama daripada seribu bulan," tuturnya dalam program Tausiyah Ramadhan: Meraih Lailatul Qadar di Kanal YouTube At Tafkir Channel, Senin (4/4/2022).
Menurutnya, seribu bulan apabila kita konversikan, itu sepadan dengan kurang lebih 83 tahun. "Artinya ketika beribadah di malam itu akan sama beribadah dengan 83 tahun kurang lebih," ujarnya.
Kemudian, ia mempertanyakan bahwa yang lebih menarik adalah kapan lailatul qadar itu turun? Rasulullah Saw memberikan kisi-kisi atau tips kepada umat Islam. Carilah lailatul qadar itu pada 10 hari terakhir terutama di malam-malam ganjil nya. "Rasulullah Saw memberi tips seperti ini kepada kita supaya bisa memperoleh keutamaan malam lailatul qadar tersebut," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa Imam Abu Hamid Al Ghazali mengatakan malam lailatul qadar itu bisa diprediksi berdasarkan awalnya Ramadhan. "Bahkan Imam Abul Hasan As-Syadzi mengatakan bahwa sejak baligh selalu memperolehnya, lailatul qadar dalam hal ini," bebernya.
Ia melanjutkan bahwa Imam Al Ghazali mengatakan, mengenai kapan turunnya lailatul qadar. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu maka lailatul qadar pada malam 29, jika awal Ramadhan itu jatuh pada hari Senin maka malam lailatul qadar ada pada malam 21, jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum'at malam lailatul qadar pada malam 27, jika pada hari Kamis malam 25, pada hari Sabtu malam 23. "Tapi terlepas dari itu semua, Lailatul Qadar pasti turun disalah satu malam di bulan Ramadhan," paparnya.
Artinya ketika seseorang melakukan qiyamul lail, entah zikir, tilawah, shalat dan lain sebagainya, runut dari malam pertama sampai malam terakhir. Kira-kira secara matematis dia dapat tidak? "Ya kita katakan dia akan dapat jika melakukan itu dari malam pertama sampai malam terakhir, maka secara matematis dia akan mendapatkannya," ulasnya.
Namun, lanjutnya, timbul pertanyaan berikutnya yakni Lailatul Qadar itu capaian atau anugerah. Kalau capaian maka siapapun yang melakukan akan memperolehnya. "Tapi kalau itu adalah pemberian atau anugerah maka itu adalah hak prerogatif Allah SWT," bebernya.
Ia menilai bahwa di sinilah bertemu dua konsep yang dikenal dengan area yang menguasai, itu ranah Allah SWT, kita tidak punya andil sama sekali dalam area ini. Dan pada area yang kita kuasai, kita wajib berikhtiar. Pada area yang menguasai kita tetap tawakal. "Tapi yang jelas biasanya orang-orang yang berhasil memperoleh Lailatul Qadar, dirinya akan berubah menjadi lebih taat pada Allah SWT," tukasnya.
Ia kemudian mengajak untuk sama-sama merenungi, kira-kira sepanjang hidup ingin memperoleh Lailatul Qadar berada kali, sekali, dua kali, sepuluh kali.
“Bayangkan bilamana kita berhasil memperoleh satu kali saja seumur hidup, itu sama halnya 83 tahun, dua kali sama halnya 160 tahun, jika berhasil memperoleh 10 kali seumur hidup itu sama dengan beribadah 830 tahun dan seterusnya. Tidakkah kita termotivasi untuk meraih keutamaan tersebut," tegasnya.
Ia pun menyeru agar sama-sama mempersiapkan dan berupaya menjadikan Ramadhan sebagai bulan melakukan banyak amal kebaikan dan amalan dakwah di dalamnya.
"Semoga kita semua Allah SWT perkenankan memperoleh malam Lailatul Qadar sebanyak mungkin dalam hidup kita. Menjadi lebih taat, menyeru perubahan dan perbaikan di tengah masyarakat," pungkasnya. []Ajirah