Tinta Media - Menanggapi pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menyebut komitmen NATO melemah, Pengamat Hubungan Internasional Umar Syarifuddin mengatakan, ini adalah reaksi kekecewaan Zelensky terhadap AS, Eropa dan NATO.
“Menurut saya, ini adalah reaksi kekecewaan Zelensky terhadap AS, Eropa dan NATO,” tuturnya pada Tinta Media, Rabu (16/3/2022).
Umar menilai, sebelum invasi Rusia, Zelensky optimis bahwa Ukraina didukung secara militer oleh NATO. “Namun hingga sekarang Ukraina ditinggalkan NATO. Apalagi sikap AS akan bersikap minimalis terhadap krisis Ukraina,” ujarnya.
Ia mengatakan, Biden sendiri mengumumkan tidak akan ikut campur jika Rusia intervensi di Ukraina, tetapi jika Rusia intervensi di negara-negara NATO, maka AS akan campur tangan. “Dan Biden, mengumumkan pengiriman sekitar 7.000 tentara Amerika ke Jerman. Amerika sebelumnya telah mengerahkan sekitar 5.000 tentara AS ditempatkan di Jerman, Polandia dan Rumania. Sebagaimana, Biden juga mengumumkan paket sanksi terhadap Rusia. Biden berkata, pasukan kami tidak pergi ke Eropa untuk berperang di Ukraina, melainkan untuk membela sekutu NATO kami dan meyakinkan sekutu di Timur,” bebernya.
“Biden mengkonfirmasi hal ini dalam pidato Uni Eropa, dengan mengatakan, pasukan negaranya tidak akan terlibat dalam perang apa pun melawan Rusia, tetapi akan mencegah majunya pasukan Rusia ke Barat menuju negara-negara Eropa lainnya. Pasukan Amerika akan mempertahankan setiap jengkal wilayah negara anggota NATO mana pun. Dan dia mengumumkan penutupan wilayah udara NATO untuk pesawat Rusia, seperti yang dilakukan negara-negara Eropa dan Kanada,” tambahnya.
Menurut Umar, pernyataan Presiden AS tersebut menegaskan bahwa NATO tidak akan membantu Ukraina secara langsung, melainkan mendukung dalam bentuk tidak langsung misalnya, deretan sanksi kepada Rusia. Sikap AS saat ini membuat Rusia terpancing dan merasa megalomania (merasa dirinya penting) sehingga mendorongnya untuk melanjutkan operasi militernya di Ukraina. “Sementara AS dan sekutunya akan menjatuhkan sanksi besar sehingga membuat posisi Rusia semakin jatuh di dunia Internasional,” katanya.
Umar menyimpulkan, sikap NATO saat ini mengikuti perintah AS baik terang - terangan maupun tersembunyi. Dan dalam dimensi krisis Ukraina, AS berupaya untuk menundukkan Rusia dan Eropa sekaligus, memisahkan hubungan antara Cina dan Rusia.
“Terkait Rusia, kita perlu melihat bahwa ada banyak rangkaian kejahatan telah dilakukan oleh Rusia terhadap kaum Muslim. Sejak era Uni Soviet, di Afghanistan dan Chechnya, bahkan sebelum itu dan sesudahnya, baik di dalam Rusia sendiri maupun di luar. Kejahatannya masih terasa panas, dan negara ini telah melakukan pembantaian yang dilakukan terhadap kaum Muslim di Suriah,” terangnya.
Terkait sikap rezim yang berkuasa di dunia Muslim, Umar menilai, meski dengan segudang kezaliman AS, Eropa, Rusia dan Cina itu, para rezim yang berkuasa di dunia Muslim tidak satupun yang berani menyatakan perang terhadap mereka. Atau minimal sikap yang paling lemahnya iman yaitu memutus hubungan dengan mereka. “ Alih-alih melakukan itu semua, justru sebaliknya, malah mereka memperkuat hubungan dengan mereka, dan membuat kekayaan kaum Muslim menjadi jarahannya,” tuturnya kesal.
Umar mengajak umat Islam untuk memahami bahwa Amerika melihat dunia sebagai papan catur yang setiap pion dikoordinir olehnya. Sekarang perang Rusia - Ukraina telah memasuki fase baru. Amerika membuat manuver menuju penundukan Rusia dan Eropa.
“Dengan demikian, manuver Biden yang terus menerus pada Rusia adalah bagian dari manuver ini,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun