Tinta Media - Pengasuh Kajian Keluarga Samara Ustaz Muhammad Rizky Nafis menyatakan untuk membangun keluarga harmonis satu sama lain harus saling melengkapi dan dengan melakukan hal-hal yang kecil.
“Maka disebut harmonis jika satu sama lain saling melengkapi, dan bisa dimulai dengan melakukan hal-hal yang kecil,” tuturnya dalam segmen Live Kalam (kajian malam): Kajian Keluarga Samara: Little Things That Make a Harmonious Family, Rabu (9/3/2022) di kanal Youtube Kaffah Channel.
Menurutnya, little things yang menjadikan keluarga harmonis adalah sesuatu yang kecil, sering dianggap beberapa orang sesuatu yang remeh, gampang. “Maka ketika kita menginginkan kebahagiaan dalam keluarga, jangan dianggap sebagai sesuatu yang sangat besar, sulit diraih, butuh persiapan yang besar, dan butuh kesiapan luar biasa. Tidak demikian, sebenarnya kita menginginkan sesuatu secara harmonis, keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah, barakah, bahagia bisa dimulai dengan hal-hal kecil karena hal yang kecil itu mudah dilakukan,” paparnya.
Hal-hal kecil yang dapat dilakukan, menurutnya mungkin saja sesuatu yang remeh tapi bisa mempererat dalam keluarga.
Pertama, ibadah. Ibadah mahdhah secara bersama, “Ini kan kita menjelang bulan puasa, maka lakukan shalat bersama, puasa bersama, apalagi buka puasa bersama, biasakanlah kita bersama, bulan puasa usahakan bersama. Itulah letak kebahagiaan,” katanya.
Kedua, makanan. “Kelihatannya hanya makan saja tapi kalau kita memahami makan adalah hukumnya mubah/boleh, tapi ketika makan sahur menjadi sunah, bahkan saat berbuka puasa hukumnya menjadi fardu (wajib). Hukumnya berbeda, jika kita tahu ilmunya Masyaa Allah,” ujarnya.
“Makan bersama bisa membangun komunikasi dan pemahaman satu sama lain. Sesuatu yang kecil, tetapi memberikan manfaat yang besar sekali,” ungkapnya.
Ketiga, mendengarkan dengan baik-baik. Ketika berbicara harus mencari waktu yang tepat sehingga saling berbicara dan saling mendengarkan berbagai keluhan dengan baik. Saling mendengarkan suami, istri dan anak. “Allah memberikan dua telinga dan satu mulut maka banyak-banyak kita mendengarkan, mendengarkan suami bagi istri, mendengarkan istri bagi suami, mendengarkan anak-anak ketika mereka mengungkapkan keinginannya,” tuturnya.
Ia pun menjelaskan apa saja yang membuat harmonious family. “Keluarga yang harmonis itu bukan sesuatu yang sama. Harmonis itu ibaratnya sebuah musik atau pertandingan sepakbola. Musik membutuhkan irama, ketukan, tempo (waktu) untuk menjadi harmoni. Satu sama lain saling mengisi. Sedangkan pertandingan sepakbola, sesama pemain dengan masing-masing tugasnya, satu sama lain saling melengkapi agar terbentuk harmoni,” ujarnya.
“Maka keluarga itu harmonis bukan karena sama tetapi justru saling melengkapi satu sama lain,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan ada empat hal mendasar pada saat kita menginginkan keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
Pertama, melandasi keluarga dengan agama, berlandaskan Islam, tentunya aqidah Islam. “Ini adalah sesuatu yang penting,” ujarnya.
Kedua, pemahaman. “Suami istri sama pemahamannya terkait kewajiban suami, kewajiban istri, hak suami, dan hak istri. Hal ini menjadi modal dasar bagi yang ingin membangun sebuah keluarga,” ungkapnya.
Ketiga, senantiasa belajar, artinya proses belajar pasangan dengan saling mengajak untuk bersama-sama belajar. “Bersama membangun keluarga berlandaskan pada aqidah Islam kemudian sama-sama memiliki pemahaman terhadap sesuatu yang mendasar,” ungkapnya.
“Keempat, terus melakukan komunikasi yang baik,” katanya.
Ustaz Nafis menuturkan, menjadi keluarga harmonis tentunya diinginkan oleh semua keluarga. Ia mengatakan bahwa pernikahan yang dibangun harus berlandaskan pada agama. Karena orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu (QS al-Hujurat:13). Maka mau tidak mau semestinya kita berlandaskan pada agama,” tegasnya.
“Mengapa kita menginginkan hal tersebut dikarenakan kita memahami bahwa dunia itu sementara, jelas secara dalil bahwa kehidupan ini tidak kekal, kehidupan yang sementara,” pungkasnya. [] Ageng Kartika