Ustaz Dwi Condro Ungkap Perlunya Ubah Paradigma dengan Pemahaman - Tinta Media

Minggu, 27 Maret 2022

Ustaz Dwi Condro Ungkap Perlunya Ubah Paradigma dengan Pemahaman

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1egYMpyIiC2z8CdchbK8lf8WQju62RoXS

Tinta Media - Agar Muslimah dapat memaksimalkan Bulan Ramadhan, Pakar Ekonomi Islam Ustaz Dwi Condro Triono, Ph.D. menyampaikan perlunya mengubah paradigma dengan pemahaman.

“Mengubah paradigma itu berarti mengubah cara pandang hidup, mengubah persepsi, sedangkan manusia itu perasaannya akan sangat dipengaruhi, dikendalikan oleh pemahaman,” tuturnya dalam rubrik Bincang-Bincang Bisnis: Ramadhan Planning For Muslimah, Rabu (23/3/2022) di kanal YouTube Tsalis Group.

Ia menilai bahwa seharusnya manusia sejati seorang Muslim, seorang Mukmin, itu dipimpin oleh pemahamannya. “Pemahaman yang dimiliki seorang Muslim itu pemahaman yang dibimbing oleh wahyu yang dipimpin oleh syariat dan Al-Qur’an,” ujarnya.

“Kalau mau mengubah diri, mengubah perasaan mau mengubah semangat, itu semuanya harus diawali dengan mengubah cara pandang,” jelasnya lebih lanjut.

Ia memberi contoh bagaimana cara pandang seseorang saat menunaikan ibadah haji. “Persepsi, pandangan misalnya kita dianugerahi Allah untuk bisa menunaikan haji tahun ini. sudah menunggu bertahun-tahun, bisa haji dan itu mungkin cuma sebulan. Kalau benar-benar paham bahwa kesempatan haji, seumur hidup cuma sekali dan itu Cuma sebulan, sudah paham juga di tanah suci itu semuanya dengan limpahan pahala yang berlipat, bayangan shalat dua rakaat di Masjidil Haram itu pahalanya 100.000 kali shalat dua rakaat di masjid lain,” jelasnya.

“Bayangkan, kalau sudah ngantri berpuluh-puluh tahun, dapat kesempatan tahun ini berangkat haji cuma sebulan, terus dimanfaatkan tidur, banyak mengeluh. Kalau mau berangkat ke masjid, kalau menuruti nafsu, beratnya minta ampun. Sudah panas terik, kalau naik bis, berjejal-jejal, kalau jalan kaki bisa 5 km. Kalau menuruti nafsu, tidur saja di hotel, sejuk, dingin, sholat bisa jamaah di hotel. Yang penting nanti pada puncak prosesi haji bisa ikut. Prosesi haji itu paling cuma 5 hari. Kalau cara pandang seperti itu, sebulan bisa tidur terus,” bebernya.

Hal ini ia kaitkan dengan bulan Ramadhan. “Contohnya begini ya, perasaan-perasaan kalau mau mengikuti apa adanya, apalagi namanya bulan Ramadhan, itu sudahlah tidak boleh makan, tidak boleh minum, termasuk kurang tidur, malam itu kita harus genjot dengan apa shalat malam kemudian digenjot dengan baca Qur’an, harus bangun awal untuk makan sahur, ini berarti tidur kurang, makan kurang ini normalnya ini lemes-lemesnya manusia,” terangnya.

Ia menjelaskan kenapa manusia bisa melampaui semua itu, tergantung persepsinya, pemahamannya dan cara pandangnya. ”Begitu ada perubahan dalam cara pandang, dalam persepsi, ini kesempatan emas, tidak ada duanya, harus habis-habisan, harus mati-matian, maka semua lelah, semua capek, semua ngantuk, semua lapar, itu bisa terloncati semua, bisa terlampoi semua,” jelasnya.

“Rasanya tembus matahari tidak terasa, kalau semangatnya menyala-nyala,” tegasnya.

Menurutnya, manusia bisa direvolusi perasaannya. “Manusia bisa direvolusi perasaannya, nafsunya oleh kendali akalnya, kendali pemahaman,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan bahwa Ibu-ibu kalau masuk Ramadhan itu paling berat. “Sukses tidaknya keluarga tumpuannya emak-emak,” tuturnya.

Dwi Condro menyampaikan peran emak-emak dalam keluarga. “Kalau emak-emaknya memboikot, bisa satu rumah nggak makan sahur semua ya. Yang harus bangun duluan, masak duluan emak-emaknya. Bapaknya masih ngorok itu emak sudah masak. Pertaruhannya, sukses tidaknya puasa untuk seluruh keluarga, bukan hanya diri sendiri,” paparnya.

Menurutnya semangat yang harus berlapis-lapis tumpuhannya pada ibu. “Sekarang berarti rumusnya, pertaruhannya, sebelum masuk Ramadhan, harus sudah ditata dulu cara pandangnya, pemahamannya, niatnya,” jelasnya.

Ia menyampaikan niatnya yang harus ditata. “Niat itu jangan cuma formalitas yang penting nawaitu shauma ghadin an ‘adai fardhi syahri ...., sudah hafal itu, kalau hanya di mulut nggak ada pengaruhnya. Niat itu harus muncul dari lubuk hati yang paling dalam,” tegasnya.

Dia mengungkapkan kalau persiapannya itu bener-bener serius, sungguh-sungguh, maka dapat memandang bulan Ramadhan sebagai bulan yang paling mulia. “Dari 12 bulan, itu satu-satunya bulan yang paling mulia. Di mana Allah sudah membukakan pintu barokah yang sebesar-besarnya, sampai amal sunnah seperti amal wajib,” ungkapnya.

“Tidurnya saja dinilai seperti ibadah. Itu bahasa kinayah, tidurnya saja seperti ibadah, berarti kalau ingin pahalanya besar, kan tidak tidur gitu,” tambahnya.

Menurutnya, itu menunjukkan begitu besarnya pahala di bulan Ramadan. “Seperti ini harus dibuka lebar-lebar supaya pengaruhnya itu bisa berlipat-lipat. Itu akan memberi energi yang sangat dahsyat. Memberi semangat yang sangat dahsyat. Itu bisa melompati semua kecapean, semua kelelahan, semua kelaparan,” paparnya.

“Itulah pentingnya kita menata persepsi, diniatkan,” pungkasnya.[] Raras
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :