Tinta Media - Seringkali kita mendapati seseorang berkomentar adanya pengalihan isu, ketika sebuah isu hangat sedang diperbincangkan umat tanpa menjelaskan detail argumentasinya. Akhirnya, isu yang penting, bahkan yang berkaitan dengan agama yang agung, menjadi tidak diperhatikan, hanya dengan dalih dianggap pengalihan isu.
Kasus gonggongan anjing Menag Yaqut, misalnya. Dianggap sebagian kecil orang hanya pengalihan isu.
Padahal, ini isu penting, terkait Syi'ar Adzan sebagai seruan ibadah yang mulia. Akhirnya, ada yang termakan opini 'pengalihan isu' padahal, ini adalah peristiwa batil yang wajib mendapatkan perhatian serius dari umat Islam.
Maka kadangkala, boleh jadi ungkapan 'pengalihan isu' adalah 'pengalihan isu itu sendiri'. Maksudnya, ketika ada orang yang bernarasi pengalihan isu, sesungguhnya dia sedang berusaha mengalihkan isu. Misalnya, tujuannya agar satu isu penting tertentu tidak dibahas dan menjadi perhatian umat.
Yang patut diperhatikan, semua isu apalagi yang berkaitan dengan kemaslahatan umat wajib disikapi. Memang benar, hal ini mungkin saja akan membuat sebagian orang lelah, karena banyaknya masalah yang diproduksi oleh rezim ini.
Namun itulah konsekuensi dakwah, harus terus siaga, menyampaikan amar makruf nahi Munkar, atas setiap peristiwa. Seorang pengemban dakwah seperti melakukan 'Ribath', berjaga-jaga atas setiap isu dan peristiwa yang membahayakan umat Islam.
Disinilah, urgensi seorang opinion maker, lisan dan tulisan pengemban dakwah lebih tajam dari pada peluru dan pedang. Urgensi dakwah pemikiran dan politik, menjadi wajib dikuasai untuk melawan kezaliman pemikiran dan ide yang membahayakan bagi umat.
Seorang pengemban dakwah ibarat prajurit yang selalu siaga, mengawasi musuh di parit parit perjuangan, untuk melindungi Islam dan kaum muslimin. Setiap isu, harus ditanggapi dengan perspektif Islam dan untuk kepentingan kaum muslimin.
Insyaallah, semua lelah dalam lillah, akan dibalas pahala dan ridlo Allah SWT. Tidak mungkin ada pengorbanan yang sia-sia dalam dakwah, karena semuanya bernilai ibadah dan berpahala.
Jadi, Anda siap bukan untuk terus bertarung opini? Terus menulis dan membaca? Terus bernarasi untuk membela kepentingan umat Islam?
Tentu saja siap. Sebab, saya tahu, Anda memang hanya berjuang, untuk dan atas nama Islam. Allahu Akbar!
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik