Tinta Media - Terkait peran polugri Indonesia dalam konflik Rusia-Ukrania, Peneliti Pusat Kajian Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto menuturkan, kalau Indonesia mengemban Ideologi Islam, berpeluang besar menjadi negara pendamai.
“Kalaulah Indonesia mengemban ideologi Islam, ini peluang besar untuk menjadi negara pendamai dunia, bahkan tidak hanya menjadi pendamai, Indonesia punya peran yang aktif terkait dengan kehidupan dunia ini,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Menakar Kekuatan Polugri Indonesia dalam Konflik Rusia-Ukrania, Selasa (2/3/2022) melalui kanal Youtube Khilafah News.
Hanif menilai, banyak harapan dan beberapa usulan, meminta Indonesia yang menjadi ketua G20, mengambil peran secara diplomatik. Tapi lagi-lagi dibenturkan dengan tembok besar aturan-aturan internasional yang memang Rusia punya hak veto di PBB. Ini jadi catatan penting.
“Dengan melihat politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, artinya Indonesia tidak akan mencampuri urusan dalam negeri dua negara tersebut, baik Rusia maupun Ukraina. Ini catatan penting berikutnya,” tegasnya.
Jadi menurutnya, Indonesia hanya bisa memberikan seruan, imbauan agar dua negara tersebut menahan diri. Makanya di twitter-nya Presiden Jokowi juga sangat jelas bagaimana stop perang. “Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia. Ini yang ditulis oleh Beliau,” ujarnya.
“Harapan besar Indonesia terlibat untuk menjadi juru damai, apa daya Indonesia bukan negara yang memiliki ideologi kuat. Itu repot sekali,” tukasnya.
Hanif juga menegaskan, kepentingan Indonesia berkelindan dengan kepentingan negara lain. “Dimana posisi Indonesia? Apakah non-blok? Apakah di Blok Barat atau di Blok Timur? Karena negara-negara tersebut mempunyai juga hubungan dengan Indonesia,” ungkapnya.
“Sekarang kita lihat Rusia dengan Cina. Pengaruh Cina di Indonesia sebegitu rupa. Ketika Amerika, Inggris dan sekutunya mengecam memberikan sanksi kepada Rusia, Indonesia juga punya hubungan dengan Amerika, Inggris dan sekutunya. Jadi sulit menentukan peran dan memang sangat minim peran Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia harus belajar pada dua adidaya Amerika dan Rusia. Kenapa kedua negara tersebut bisa berpengaruh besar pada dunia internasional? Karena kedua negara tersebut mengemban ideologi. Amerika mengemban ideologi kapilatis, Rusia mengemban ideologi sosialis. “Sedangkan kita mengenal ideologi itu ada tiga termasuk Islam,” ujarnya.
“Kalau Indonesia mengambil ideologi Islam akan sangat mudah menjadi negara yang berpengaruh,” tegasnya.
Selain mengambil ideologi Islam, lanjutnya, harus memiliki peranan pemimpin yang juga mempunyai pengaruh, kewibawaan, di tengah kancah internasional, bukan malah direndahkan ataupun diejek ataupun dihinakan.
“Pemimpin yang mengambil ideologi Islam itu menjadi pemimpin yang mulia. Sekali lagi kekuatan ideologi inilah yang menjadikan bargaining position antar negara itu bisa melihat posisinya,” imbuhnya.
Jika Indonesia mengambil ideologi Islam, lanjut Hanif, bisa memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya untuk men-support perjuangan Islam atau penyebaran dakwah Islam ke seluruh dunia. Karena Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Ketika ada rahmat itu kan damai, hidup sejahtera dan sebagainya.
“Selain negara, maka umat Islam yang ada di negeri ini, saatnya memiliki pemahaman politik yang shahih, selalu memantau bagaimana manuver-manuver negara-negara yang berpengaruh di dunia. Ini yang ingin merusak Indonesia, misalnya. Yang ingin merusak dunia, sehingga umat Islam bisa paham bahwa semua ini di bawah skenario dan kendali negara-negara yang tentunya bukan berideologi Islam,” terangnya.
Adanya invasi Rusia ke Ukraina ini, menurutnya, menjadi kesempatan yang lebih besar bagi umat Islam untuk kembali memahami, bagaimana Islam juga mengatur hubungan internasional.
“Dan bagaimana kedigdayaan Islam dulu dalam negara Khilafah, yang juga menjadi negara super power,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun