Tinta Media - Belum usai kesulitan para ibu terkait kelangkaan minyak goreng selama berbulan-bulan, kini sebagian kaum hawa di wilayah Kabupaten Bandung harus menelan kepedihan yang lain akibat menjadi korban penipuan penjual minyak goreng fiktif. Saat ini, jumlah korban telah mencapai 22 orang dengan kerugian mencapai Rp1,5 milyar rupiah. (Merdeka.com, 2/3/2022).
Sungguh miris, ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah yang menimpa sebagian ibu di wilayah Rancaekek dan Cileunyi Kabupaten Bandung ini.
Bila kita cermati, kasus penjualan minyak goreng fiktif ini tidak bisa kita lepaskan dari buruknya pengaturan negara terhadap pengadaan kebutuhan pokok masyarakat. Kelangkaan minyak goreng di pasaran telah memunculkan berbagai persoalan ikutan, termasuk masalah penipuan yang semua bermuara pada buruknya sistem distribusi.
Buruknya sistem distribusi ini merupakan buah dari sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di negeri ini. Dalam sistem ekonomi kapitalis, aspek distribusi bukanlah persoalan utama yang diperhatikan oleh pemangku kebijakan.
Sistem ini hanya memikirkan aspek produksi, tanpa memikirkan apakah barang yang diproduksi itu sudah sampai ke tangan masyarakat, individu per individu ataukah belum. Negara tidak mau ambil pusing apakah masyarakat secara keseluruhan mampu mengakses kebutuhan pokok mereka ataukah tidak, yang penting barang sudah diproduksi dan dirasa cukup ketersediaan dari sisi kuantitas. Inilah yang akhirnya membuka berbagai potensi kecurangan, termasuk kasus penipuan yang menimpa para ibu di Kabupaten Bandung tersebut.
Penipuan yang terjadi merupakan buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalis yang sekuler. Sistem ini tidak mengindahkan masalah halal dan haram. Sistem ini telah mencetak individu-individu yang materialistis. Mereka hanya memikirkan aspek materi (keuntungan), bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka.
Berbeda dengan Islam, sistem yang berasal dari Pencipta manusia ini memiliki seperangkat aturan yang paripurna, termasuk masalah ekonomi di dalamnya.
Sistem ekonomi Islam ibarat seorang ibu yang memerhatikan kebutuhan anak-anaknya, orang per orang. Sistem ekonomi Islam sangat memerhatikan aspek distribusi, sehingga kebutuhan masyarakat yang bersifat asasi dapat diakses oleh masyarakat secara individu per individu tanpa ada kesulitan. Sistem ini juga memunculkan pemimpin dan pemangku jabatan yang amanah. Ibarat seorang ibu, dia akan memerhatikan kebutuhan pokok anak-anaknya dan memenuhinya tanpa kecuali.
Alhasil, berbagai potensi kecurangan tidak akan terjadi, karena sistem ini adalah sistem yang mencetak pemimpin dan rakyat yang memiliki integritas ketakwaan yang tinggi. Ketakutan terhadap azab Allah di akhirat kelak, akan selalu menghiasi kebijakan para pemimpinnya, juga perilaku rakyatnya.
Inilah sistem Khilafah, sistem yang telah diwariskan oleh Baginda Mulia Rasulullah saw. Sistem ini telah dilaksanakan oleh para khalifah sesudah Baginda yang mulia. Sistem inilah yang telah menjamin pemenuhan dan penyediaan kebutuhan pokok masyarakat tanpa kecuali. Dengannya tidak akan muncul kelangkaan minyak goreng, juga kasus penipuan.
Wallahu a'lam bi ashshawwab
Oleh: 'Aziimatul Azka
Founder DiaRI