Tinta Media - Mudir Ma’had Wakaf Syaraful Haramain, KH. Hafidz Abdurrahman, M.A. menuturkan kisah Imam Abu Yusuf dan muridnya, Muhammad al-Hasan as-Syaibani dalam menjemput ajalnya dengan memikirkan masalah fikih.
“Salah satu kisah yang menarik adalah bagaimana Imam Abu Yusuf, pengarang kitab al-Kharaj, dan muridnya, Muhammad al-Hasan as-Syaibani, menjemput ajalnya dengan memikirkan masalah fikih hingga tak terasa melalui sakitnya ruh keluar dari raga,” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (25/3/2022).
“Saat itu Muhammad al-Hasan as-Syaibani dan temannya menjenguk beliau (Imam Abu Yusuf) yang nafasnya tinggal satu dua. Hebatnya, beliau terus melakukan ijtihad, ‘Apakah orang yang melempar jumrah lebih baik jalan atau naik tunganggan?’ Tak ada jawaban yang keluar dari lisan muridnya, akhirnya beliau jawab sendiri. Jawaban itu diabadikan Ibn Abidin dalam kitabnya, Radd al-Mukhtar,” kisah Kyai Hafidz.
Ketika Muhammad al-Hasan as-Syaibani wafat, lanjutnya, beliau juga sama, sampai sakaratul maut, beliau masih disibukkan dengan masalah budak mukatab. Pembahasan ini dibahas panjang lebar oleh beliau dalam kitabnya yang sangat dahsyat, al-Ashl (al-Mabsuth), yang terdiri dari 12 jilid.
“Imam Syafii, muridnya, sebelum menulis kitab al-Umm, beliau hafalkan kitab ini. Imam Ahmad, murid Imam Syafii juga menghapal kitab yang sama, sehingga bisa mengeluarkan fatwa yang hebat. Ketika ditanya, bagaimana Anda bisa memberikan fatwa yang begitu hebat? Jawabannya, dari kitab al-Ashl karya Muhammad al-Hasan,” imbuhnya.
Menurut Kyai Hafidz, inilah tradisi ulama dulu. “Kisah ini al-Faqir sampaikan untuk memotivasi santri agar mereka terus dan terus menghafal sebagai bekal menjadi ulama yang hebat dan kridibel di masa yang akan datang,” jelasnya.
“Hanya dengan bersandar kepada Allah, semuanya itu akan menemukan jalannya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun