Mahalnya Kekayaan Hati - Tinta Media

Minggu, 27 Maret 2022

Mahalnya Kekayaan Hati

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1c_za7G3MMxVNIvF4oCfMCTjyda-_feyc

Tinta Media - Mahal atau murah adalah sebuah kata sifat yang disematkan pada suatu benda ketika kita memperbandingkannya dengan sesuatu yang lain.

Contohnya adalah minyak goreng saat ini. Harga per liternya bisa tembus hingga Rp25.000 sehingga disebut mahal karena kita perbandingkan dengan harga sebelumnya yang hanya berkisar Rp13.000 saja. Padahal, Indonesia adalah satu penghasil utama CPO di dunia.

Sementara itu, harga minyak goreng di Malaysia, perliternya hanya sekitar Rp9.000 saja sehingga bisa disebut murah karena kita perbandingkan dengan harga di Indonesia. Padahal, di sana dengan harga segitu, pengusaha minyak sudah mendapatkan cukup laba.

Mahal juga bisa kita sematkan ketika kita memperbandingkan harga suatu benda dengan kondisi keuangan kita. Misalnya harga sepatu Nike Air Jordan 1 x Dior yang dipakai oleh Crazy rich Doni Salmanan seharga Rp200.000.000 adalah mahal bagi kita

Mengapa mahal? Karena kita memperbandingkan harga sepatu tersebut dengan kondisi keuangan kita. Meskipun bagi Doni Salmanan, harga tersebut murah saja, karena uang yang ada padanya cukup untuk membeli apartemen seharga ratusan juta, terlepas dari uang itu sebenarnya milik siapa.

Namun demikian, kadang kala kita juga menyematkan kata mahal bukan lantaran kita memperbandingkan dengan harga barang lainnya, ataupun dengan kondisi keuangan kita. Namun, yang kita perbandingkan adalah harga barang tersebut dengan kondisi mental kita. Nah, inilah yang disebut dengan mental miskin.

Mental miskin ini seringkali terucap secara spontan ketika kita sedang bertransaksi. Perwujudannya bisa dengan mencaci lawan transaksi maupun merendahkan diri.

Jadi, orang yang memiliki mental miskin bisa mengatakan sesuatu yang sebenarnya murah dengan kata-kata yang menyakitkan. Atau bisa juga memuji-muji lawan transaksinya atas murahnya harga barang yang sesungguhnya adalah mahal.

Misalnya, seorang pemimpin yang mengatakan kepada pedagang bahwa harga satu ikat daun singkong yang dijualnya sebesar Rp1.000 rupiah di pasar tradisional adalah mahal. Sementara, ketika dia berhadapan dengan rentenir internasional yang memberikan utang dengan bunga yang mencekik rakyat, dia bersikap sangat sopan, bahkan memberikan servis yang sangat memuaskan.

Biasanya ketika seseorang memiliki mental miskin, harga dirinya juga bisa dibeli dengan harga yang murah sekali. Yang penting apa yang sedang diinginkannya terpenuhi, entah bagaimana dan siapa yang akan membayarnya nanti.

Sebuah negeri apabila dipimpin oleh para oligarki yang bermental miskin, maka bisa dipastikan rakyat negeri tersebut sangat menderita. Hal ini karena kebutuhan rakyat menjadi tidak ada nilainya ketika diperbandingkan dengan segala kerakusan para pemimpinnya.

Pemimpin yang memilki kekayaan hati akan senantiasa memiliki sikap berkelimpahan. Dia baru akan merasa cukup ketika rakyatnya hidup sejahtera dan tidak ada yang kekurangan kebutuhan pokoknya. Pangan, sandang, papan, keamanan, kesehatan, dan pendidikan akan dia usahkan dengan keras agar cukup tersedia bagi rakyatnya.

Kita harus senantiasa berdo'a dan berusaha agar negeri kita tercinta ini dijauhkan dari para pemimpin yang memiliki mental miskin. Kita juga harus senantiasa meminta kepada Allah Swt. agar negeri ini diberikan pemimpin yang mulia dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya. Wallahu a'lam bishshawwab.

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :