Tinta Media - Mencermati konflik Rusia dan Ukraina, Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin menilai Ukraina sebagai harga mati bagi Rusia.
"Pandangan Rusia hari ini tetap menginginkan agar Ukraina harus menjadi bagian dari Rusia, itu sebagai harga matinya Rusia," ungkapnya dalam acara Insight 143 PKAD , Ukraina vs Rusia: Piala Dunia atau Perang Dunia? Senin (28/2/2022) di kanal Youtube PKAD.
Menurutnya, harga matinya Ukraina bagi Rusia, tersebab karena Ukraina dianggap oleh pihak Rusia memiliki kedekatan budaya, bahasa, dan politik. "Terutama politik, tentu saja Ukraina menurut Putin sebagai taman depan bagi Rusia," imbuhnya.
"Sewaktu-waktu Rusia diserang, kan nanti Ukraina yang jadi bamper, jadi Rusia enggak benjut, enggak bonyok, tapi Ukraina dululah yang minimal, nanti musuh akan menjadi keteteran untuk menyerang Rusia," lanjutnya.
Umar menjelaskan, sejarah membuktikan bahwa saat Rusia dengan dikelilingi wilayah-wilayah yang tidak bersebrangan dengan Rusia mampu menjaga kepentingan Rusia sejak lama. Tentu menjadi menyakitkan bagi Putin, jika Ukraina ternyata bergantung atau minimal presidennya adalah menjadi mitra setia yang loyal kepada Amerika Serikat. "Tentu ini sangat membuat Putin gerah dan tentu saja Putin sendiri memberi Amerika Serikat dan NATO sebagai dasar tuntutan keamanan," jelasnya.
Setidaknya ada dua jaminan yang diinginkan Putin dalam kaitannya dengan Ukraina ini. "Jadi yang utama adalah jaminan bahwa Ukraina tidak lagi bergabung pada NATO, dan yang kedua Putin sendiri menginginkan agar aliansi NATO ini mengurangi jejak militernya di Eropa Timur, Eropa, dan sekitar Asia Utara," terangnya.
Ia menilai, Amerika sengaja memprovokasi Rusia untuk menyerang Ukraina. "Karena proposal atau pengajuan dari pihak Putin itu berulang kali ditolak oleh Amerika dan sekutunya, tentu kita melihat memang Amerika ini sengaja memprovokasi Rusia agar bertindak reaktif, marah," ujarnya.
"Apalagi dengan kejadian eskhalasi politik yang cukup memanas selama 4 bulan ini," imbuhnya.
Menurutnya, Biden (presiden AS), selalu mengompori Putin agar bertindak reaktif lalu menyerang Ukraina duluan. Sehingga dengan serangan kejutan atau serangan pertama dari Rusia ini, berbuah sanksi-sanksi yang keras yang itu mampu mendudukan Rusia agar tetap berada narasi atau ketiak Amerika untuk menjalankan narasi-narasi kepentingan global Amerika Serikat.
Umar mencontohkan konflik yang terjadi di Suriah. "Seperti contohnya di Suriah, jadi kita melihat bahwa jaminan atau tuntutan-tuntutan jaminan keamanan, jaminan agar Ukraina tidak bergantung pada NATO itu terus digantung oleh Amerika," ucapnya.
"Jadi, ini bagian dari permainan politik atau drama politik internasional yang dimainkan oleh negara-negara imperialis raksasa seperti Amerika Serikat yang berusaha untuk meningkatkan atau menurunkan ketegangan di Ukraina," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka