Tinta Media - Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. menilai, konflik Rusia-Ukrania ditinjau dari perspektif Islam adalah kemungkaran besar di level internasional dan timbulkan kerugian kemanusiaan.
“Dari perspektif Islam, konflik di Ukraina ini adalah kemungkaran yang sangat besar. Kemungkaran dalam level internasional yang kerugian kemanusiaannya besar sekali,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Invasi Rusia Memperkuat Kepemimpinan AS atas Eropa, Rabu (3/3/2022) di kanal Youtube Khilafah News.
Menurut Hasbi, konflik antara Ukraina dan Rusia sekarang ini sebenarnya konflik antara Amerika dan Rusia. Keduanya (Amerika dan Rusia) adalah negara imperialis.
“Kedua negara besar ini bertarung di berbagai wilayah termasuk di Timur Tengah. Amerika masuk ke Suriah membunuh, mendukung Presiden Bashar al-Assad, mendukung kelompok-kelompok tertentu yang pro terhadap Amerika. Dampaknya adalah kemanusiaan,” bebernya.
“Begitu pun Rusia, Rusia masuk ke Suriah. Ini satu konflik, belum kita bicara mengenai berbagai macam konflik yang lain yakni Amerika dan Rusia terlibat. Kedua negara besar ini tidak punya kontribusi positif terhadap dunia. Jadi kita tidak bisa mengharapkan kedua negara besar ini berkontribusi positif terhadap dunia,” tambahnya.
Menurutnya, siapa pun yang menang baik Amerika atau Rusia dampaknya sama saja. Tidak akan menciptakan masyarakat yang baik. “Dampak dari perang ini yang merasakan adalah masyarakat,” tegasnya.
Hasbi berharap, idealnya PBB harus punya peran. “Tapi kita harus tahu PBB itu kan sangat elitis. Hanya lima negara yang punya kekuatan di sana, Amerika, Rusia, Cina, Perancis dan Inggris. kita tahu, mereka adalah negara-negara imperialis juga,” ungkapnya.
Sedangkan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mewakili suara umat Islam, menurutnya, juga di bawah ketiak negara-negara besar itu. “Oleh karena itu tidak ada solusi lain kecuali kita memang butuh sebuah negara super power lain, yang bisa mengambil sikap untuk menantang negara-negara imperialis . Hanya itu yang bisa kita harapkan,” tegasnya.
Hasbi menilai, Amerika selalu berkhotbah demokrasi, HAM, tapi semua orang sudah sadar bahwa itu adalah bentuk kemunafikan semata dengan track record Amerika yang rusak.
“Apalagi Rusia, tidak peduli dengan isu-isu HAM. Tak peduli dengan isu-isu demokrasi, intinya kepentingan nasional yang paling utama,” imbuhnya.
Menurut Hasbi, inilah yang ia sebut dengan kemungkaran. Yang bisa diharapkan bisa mencegah kemungkaran itu adalah kaum Muslim dengan jumlah 1,7 milyar. Yang punya sejarah di masa lalu sebagai super power. Super power Islam itu super power yang betul-betul positif dan baik, yang bisa melindungi umat manusia.
“Saya kira saatnya kita memikirkan hal itu kembali. Tidak ada lagi yang bisa kita harapkan kecuali kita umat Islam sebagai khoiru ummah, sebagai umat yang terbaik,” harapnya.
“Tapi upaya amar makruf nahi munkar yang dibebankan kepada kita, tidak bisa kita lakukan kecuali kita punya kekuatan yang setara atau melebihi baik Rusia maupun Amerika Serikat. Itu satu-satunya alternatif untuk memberikan solusi terhadap persoalan yang terjadi di Ukraina atau menyetop konflik antara negara imperialis yang ada di sana,” terangnya.
Hasbi menilai bahwa hubungan internasional yang sehat yang tidak menindas itu hanya terwujud dengan Islam. Ia memberikan alasan bahwa salah satu teori yang disetujui hukum internasional adalah realisme.
“Teori realisme mengatakan bahwa dunia ini anarki. Anarki itu maksudnya tidak ada otoritas tunggal dalam politik internasional. Tidak ada polisi. Tidak ada kekuasaan tunggal. Tidak seperti negara. Negara itu ada polisinya, ada tentaranya, ada otoritas yang bisa memaksa para pelanggar,” jelasnya.
Karena tidak ada otoritas tunggal, lanjutnya, setiap negara untuk melindungi diri mereka sendiri bertumpu pada kekuatan mereka sendiri.
“Jadi siapa yang punya pengaruh paling kuat dalam konteks politik internasional adalah yang punya kekuatan ekonomi besar, punya kekuatan politik militer yang kuat. Kalau lemah maka ia gampang diinjak-injak, gampang diintervensi, gampang dijajah, dan seterusnya,” jelasnya.
Nah Islam, lanjut Hasbi, tidak mengajarkan umat Islam menjadi umat yang lemah. Dalam al-Qur’an surat al Anfâl ayat 60 misalnya, menegaskan bahwa umat Islam Itu diwajibkan untuk menyiapkan segala macam kekuatan supaya musuh-musuh kaum Muslim dan musuh Allah SWT takut.
“Dan itu telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah mendirikan negara yang diikuti oleh Khulafaur Rāsyidin, kemudian dilanjutkan oleh para khalifah sampai berusia 1400 tahun. Umat islam tidak pernah menjadi negara yang berada di bawah,” terangnya.
Walaupun pernah dalam kondisi ambruk, lanjutnya, tapi bisa bangkit kembali menjadi negara super power. Kenapa Islam bisa menjadi negara super power? Karena ini memang kewajiban dari al-Qur’an, kewajiban agama agar menjadi negara super power.
Menurut Hasbi, konsep ini yang harus kita tawarkan pada kaum Muslim. Tidak ada yang bisa membela umat manusia di dunia ini kecuali kaum Muslim. “Untuk membela umat manusia dan dunia secara keseluruhan kita harus punya institusi politik. Kita harus punya kekuasaan yang kalau dalam kitab-kitab fiqih itu disebut sebagai negara Khilafah,” tegasnya.
“Kalau dalam konteks sekarang mau pakai nama lain asal tidak bertentangan dengan Islam tidak masalah. Tapi dalam bahasa fiqih konsep Khilafah yang menerapkan syariat yang mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun