Konflik Rusia-Ukrania, Pengamat: Ini Kemungkaran Level Internasional - Tinta Media

Jumat, 04 Maret 2022

Konflik Rusia-Ukrania, Pengamat: Ini Kemungkaran Level Internasional

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1pLtRQBmpayr59AuD7Cwf8CkxH_yynp14

Tinta Media - Pengamat Hubungan  Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. menilai, konflik Rusia-Ukrania ditinjau dari perspektif Islam adalah kemungkaran besar di level internasional dan timbulkan kerugian kemanusiaan.

“Dari perspektif Islam, konflik  di Ukraina ini adalah kemungkaran yang sangat besar. Kemungkaran dalam level internasional yang kerugian kemanusiaannya  besar sekali,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Invasi Rusia Memperkuat Kepemimpinan AS atas Eropa, Rabu (3/3/2022) di kanal Youtube Khilafah News.

Menurut Hasbi, konflik antara Ukraina dan Rusia  sekarang ini sebenarnya konflik  antara Amerika dan Rusia. Keduanya  (Amerika dan Rusia) adalah negara imperialis.

“Kedua negara besar ini  bertarung di berbagai wilayah termasuk di Timur Tengah. Amerika masuk ke Suriah membunuh, mendukung Presiden Bashar al-Assad, mendukung kelompok-kelompok tertentu  yang pro terhadap  Amerika. Dampaknya adalah kemanusiaan,” bebernya.

“Begitu pun  Rusia, Rusia  masuk ke Suriah. Ini satu konflik, belum kita bicara mengenai berbagai macam konflik yang lain yakni Amerika dan Rusia terlibat. Kedua negara besar  ini tidak punya kontribusi positif terhadap dunia. Jadi kita tidak bisa mengharapkan kedua negara besar ini  berkontribusi positif terhadap dunia,” tambahnya.

Menurutnya, siapa pun yang menang  baik Amerika atau  Rusia dampaknya sama saja. Tidak akan menciptakan masyarakat yang baik. “Dampak dari perang ini yang merasakan adalah masyarakat,” tegasnya.

Hasbi  berharap, idealnya PBB harus punya peran. “Tapi kita harus tahu PBB itu kan sangat elitis. Hanya lima  negara yang punya kekuatan di sana, Amerika, Rusia, Cina, Perancis dan Inggris. kita  tahu, mereka adalah negara-negara imperialis juga,” ungkapnya.

Sedangkan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang  mewakili suara umat Islam, menurutnya, juga di bawah ketiak negara-negara besar itu. “Oleh karena itu tidak ada solusi lain kecuali kita memang butuh sebuah negara super power lain, yang bisa mengambil sikap untuk menantang negara-negara imperialis . Hanya itu yang bisa kita harapkan,” tegasnya.

Hasbi menilai, Amerika  selalu berkhotbah demokrasi,  HAM,  tapi semua orang sudah sadar bahwa itu adalah bentuk kemunafikan semata dengan track record  Amerika yang rusak.

 “Apalagi Rusia, tidak peduli dengan isu-isu HAM.  Tak peduli  dengan isu-isu  demokrasi,  intinya kepentingan nasional yang paling utama,” imbuhnya.

 Menurut Hasbi, inilah yang ia sebut dengan kemungkaran.  Yang bisa diharapkan bisa mencegah kemungkaran itu  adalah kaum Muslim dengan  jumlah 1,7 milyar. Yang punya sejarah di masa lalu sebagai super power. Super power  Islam itu super power yang betul-betul positif dan baik, yang bisa melindungi umat manusia.

“Saya kira saatnya kita memikirkan hal itu kembali. Tidak ada lagi yang bisa kita harapkan kecuali kita umat Islam sebagai khoiru ummah,  sebagai umat yang terbaik,” harapnya.

“Tapi upaya amar makruf nahi munkar  yang dibebankan kepada kita, tidak bisa kita lakukan kecuali  kita punya kekuatan yang setara atau melebihi  baik Rusia maupun Amerika Serikat. Itu  satu-satunya alternatif untuk memberikan solusi terhadap persoalan yang terjadi di Ukraina atau menyetop konflik antara negara imperialis yang ada di sana,” terangnya.

Hasbi menilai bahwa hubungan internasional yang sehat yang tidak menindas itu hanya terwujud dengan Islam. Ia memberikan alasan bahwa salah satu teori yang disetujui  hukum internasional adalah realisme.

“Teori realisme  mengatakan bahwa dunia ini anarki. Anarki itu maksudnya tidak ada otoritas tunggal dalam politik internasional. Tidak ada polisi. Tidak ada kekuasaan tunggal. Tidak seperti negara. Negara itu ada polisinya, ada tentaranya, ada otoritas yang bisa memaksa para pelanggar,” jelasnya.  

Karena tidak ada otoritas tunggal, lanjutnya, setiap negara  untuk melindungi diri mereka sendiri bertumpu pada kekuatan mereka sendiri.

“Jadi siapa yang punya pengaruh  paling kuat dalam konteks politik internasional adalah yang punya kekuatan ekonomi besar,  punya kekuatan politik militer yang kuat. Kalau lemah maka ia gampang diinjak-injak, gampang diintervensi, gampang dijajah, dan seterusnya,” jelasnya.

Nah Islam, lanjut Hasbi,  tidak mengajarkan umat Islam menjadi umat yang lemah. Dalam al-Qur’an surat al Anfâl ayat 60 misalnya, menegaskan bahwa umat Islam  Itu diwajibkan untuk menyiapkan segala macam kekuatan supaya musuh-musuh kaum Muslim dan musuh Allah SWT takut.

“Dan itu telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah mendirikan negara yang diikuti oleh  Khulafaur Rāsyidin, kemudian dilanjutkan oleh para khalifah sampai berusia 1400 tahun. Umat islam tidak pernah menjadi negara yang berada di bawah,” terangnya.

Walaupun pernah dalam kondisi ambruk, lanjutnya, tapi bisa bangkit kembali menjadi negara super power. Kenapa Islam bisa menjadi negara super power? Karena ini memang kewajiban dari al-Qur’an, kewajiban agama  agar menjadi negara super power.

Menurut Hasbi, konsep ini yang harus kita tawarkan pada kaum Muslim. Tidak ada yang bisa membela umat manusia di dunia ini  kecuali kaum Muslim. “Untuk membela umat manusia dan dunia secara keseluruhan kita harus punya institusi politik.  Kita harus punya kekuasaan yang kalau dalam kitab-kitab fiqih itu disebut sebagai negara Khilafah,” tegasnya.

 “Kalau dalam konteks sekarang mau pakai nama lain asal tidak bertentangan dengan Islam tidak masalah. Tapi dalam bahasa fiqih konsep Khilafah yang menerapkan syariat yang mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :