Klenik Solusi Problematika Negara? - Tinta Media

Senin, 28 Maret 2022

Klenik Solusi Problematika Negara?

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1BArU7vYg9WgamHIJz9vma2kmI_UBJvbO

Tinta Media - Sungguh sesuatu yang membingungkan jika di era teknologi yang semakin canggih, di tengah zaman yang kian berkembang, masih saja ada yang mempercayai hal-hal mistis sejenis klenik. Apalagi jika pejabat yang berperilaku demikian. Namun, banyak fakta yang mengarah dan menunjukkan bukti adanya hal tersebut, diakui atau tidak, suka atau tidak.
Seperti dilansir Liputan6.com Yogjakarta (23/3/2022), Presiden Jokowi acap kali memilih Rabu Pon sebagai hari untuk reshuffle kabinet. Beredar kabar, nampaknya Jokowi akan reshuffle kabinet pada Rabu, 23 Maret 2022. Dalam penanggalan Jawa tertulis Rabu Pon. Tercatat selama masa kepemimpinannya, reshuffle kabinet selalu dilakukan Jokowi pada hari Rabu Pon tersebut.

Tak hanya itu, pada momen peresmian Ibu Kota baru pun kental dengan aroma klenik. Serangkaian kegiatan pun dilakukan, di antaranya berkemah bersama Presiden di titik nol IKN di kecamatan Sepaku Penajam Paser Utara, Kalimantan Utara (Senin, 14/3/2022).

Di sana Presiden melakukan ritual Kendi Nusantara bersama 28 Gubernur dan 6 perwakilan gubernur se-Indonesia. Masing-masing daerah ditugaskan membawa satu liter air dan dua kilogram tanah dari daerahnya yang kemudian disatukan dalam sebuah kendi. Disampaikan oleh Presiden di akun YouTube Biro Pers dan Media Kepresidenan bahwa prosesi tersebut merupakan titik awal mewujudkan cita-cita dan tujuan besar membangun bangsa. Sangat tak masuk di akal, menyatukan bangsa dengan klenik, bukan atas pertimbangan para ahli, bukan pula suara rakyat.

Ini membuktikan bahwa banyak pejabat negara yang masih percaya klenik, sebagaimana disampaikan Ujang Komaruddin, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia pada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/2/2020) lalu.

“Pejabat kita hampir seluruhnya percaya klenik, mau menteri, fewan atau presiden, aktivitas perdukunan itu jalan. Jadi, saya kira hampir sedikit yang tidak datang ke dukun itu, “ ungkap Ujang.

Ketika pejabat meyakini klenik, bukan tidak mungkin banyak rakyat yang akan melakukan praktik serupa, karena pejabat adalah teladan bagi rakyat. Segala tingkah polahnya dilihat dan diikuti rakyat. Jika benar dalam mempertahankan kekuasaan mayoritas pejabat menggunakan klenik, maka inilah alasan mengapa profesi dukun masih digeluti dan laris manis di masyarakat, karena konsumennya ternyata banyak dari kalangan pejabat.

Percaya klenik sama halnya meminta bantuan pada setan. Sedangkan setan adalah musuh nyata bagi manusia, yang selalu mengajak berpaling dari Allah Swt. Allah Swt. beserta Rasul-Nya mengharamkan aktivitas klenik ini. Sebagaimana Allah berfirman:

“Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Setan-setan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar(dengan mencuri berita dari langit, kepada dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta.”(QS. As Syu’araa’: 221-223)

Begitu pula Sabda Rasulullah:

“Barang siapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima salatnya selama 40 hari.”(HR. Muslim).

Ini adalah penegasan larangan mempercayai para dukun, peramal, penyihir, dan sejenisnya. Harusnya, menjadi kewajiban bagi negara melarang praktik klenik ini, bukan malah meyakini dan memaklumkannya.

Sungguh ironis, saat berbagai kegagalan pemerintah menyelesaikan persoalan negara terpampang jelas, bukannya serius mengupayakan penyelesaian yang efektif malah praktik klenik dilakukan demi mempertahankan kekuasaan yang sebenarnya kian hari kian rapuh. Tak cukupkah beragam masalah yang melanda negeri ini?

Syariat ditolak, tetapi hal-hal klenik malah dilibatkan dalam kehidupan bernegara. Ini jelas mengundang murka Allah. Inilah penyebab bangsa kita tak kunjung maju. Menyelesaikan setiap masalah yang datang tidak dengan akal kecerdasan, tetapi malah pergi ke dukun, menunjukkan bahwa negara ini masih memiliki pola pikir rendah. Padahal, rata-rata pendidikan para pejabat minimal sarjana, tetapi mengapa nalar berpikir kritis yang dibentuknya di kampus justru tak berbekas?

Negara kita masih terjebak pemahaman kuno minus nalar rasional, saat dunia sudah empat kali mengalami revolusi industri. Bagaimana mungkin keberkahan akan tercurah, jika klenik yang diandalkan?

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Di ayat tersebut, Allah Swt. telah mengabarkan kepada kita makhluk-Nya, bahwa keberkahan akan tercurah bagi penduduk negeri yang bertakwa. Sebaliknya, siksa yang pedih akan Allah turunkan jika mendustakan ayat-ayat Allah Swt .

Inilah jawaban mengapa negara kita jauh dari keberkahan saat ini. Hujan yang harusnya menjadi rahmat, justru menjadi bencana banjir, kemarau yang kerap berujung kebakaran hutan, gempa bumi yang nyaris terjadi setiap saat di berbagai daerah. Di samping faktor perbuatan tangan manusia yang melakukan kerusakan, ada faktor ruhiyah yang menjadi penyebabnya, yaitu maraknya kesyirikan serta pengabaian pada hukum Allah.

Padahal jika kita mau berpikir rasional, segala permasalahan pasti ada jalan penyelesain. Tumpulnya kecerdasan dalam mencari solusi masalah, dikarenakan kebiasaan bersandar pada klenik. Mustahil negara ini akan maju, jika penguasa percaya klenik yang memimpin negara.

Di sistem sekarang, banyak manusia yang menafikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang patut disembah dan diibadahi, tidak meyakini ke-Mahakuasaan-Nya sebagai Pencipta.

Secara fitrah, manusia memiliki naluri (gharizah). Salah satunya adalah naluri beragama (gharizah tadayyun). Naluri ini membuat dia merasa lemah, terbatas, dan butuh pada sesuatu yang dianggap lebih berkuasa, lebih kuat.

Disingkirkannya peran agama dalam kehidupan, berpeluang masuknya kesyirikan. Pada akhirnya, penyaluran naluri (gharizah) jadi keliru. Salah satunya adalah pada hal-hal ghaib atau mistis. Si pelaku merasa berbuat kebaikan, tetapi nyatanya tanpa disadari justru terjerumus pada kesesatan.
Negeri yang baik bersama ampunan Allah Yang Maha Pengampun. Bagaimana mau mendapat ampunan Allah, jika syirik diyakini? Bagaimana terselesaikan karut-marut persoalan negara, jika dalam mencari solusi, pikirannya justru ke dukun?

Maka Baldatun thayibatun wa Rabbun Ghafur tak kan mampu dicapai negeri ini, tetapi hanya jadi mimpi belaka. Giliran ditawari syariat sebagai solusi, malah dicap radikal, dianggap musuh. Itu sama halnya menolak berkah, mengundang azab. Na’udzubillahi mindzalik.

Oleh: Sarie Rahman
Komunitas Ibu Bahagia
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :