Tinta Media - Khadim Ma'had Syaraful Haramain KH. Hafidz Abdurrahman, MA mengungkap alasan di balik munculnya pertanyaan ‘Apakah khilafah itu sebagai ideologi?
"Munculnya pertanyaan ini karena ada pihak-pihak yang merancukan atau bahkan mungkin melabeli Khilafah sebagai ideologi, sehingga ada istilah ideologi Khilafah," tuturnya pada acara Kajian Online: Khilafah, Ideologi? Senin (7/3/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.
Menurutnya, pembahasan ideologi sebenarnya adalah pembahasan yang terkait dengan ide yang bersifat mendasar. "Jadi, kalau kita bicara dalam konteks ideologi ini, biasanya dibahas di kajian-kajian filsafat, kajian-kajian pemikiran," terangnya.
Karena itu, ia menilai pembahasan tentang ideologi ini, harus dipahami bahwa istilah ideologi di dalam bahasa inggris disebut dengan ideology atau ada juga yang menyebutnya dengan the principle yakni sesuatu yang sifatnya mendasar. “Kalau the principle itu dalam bahasa arabnya dipadankan atau diterjemahkan dengan kata al-mabda. Al-mabda kalau dalam bahasa arab itu adalah badal masdar mimy dari kata bada'a -yabda'u-bad'an - wa mabda'an,” terangnya.
Kyai Hafidz menuturkan, mabda kalau bicara dalam konteks istilah yang tadi digunakan itu, didefinisikan oleh al Ustadz Muhammad Muhammad Ismail di dalam kitabnya Al-Fikru Al-Islamiy itu dengan ta'rif yang jelas.
"Pertama istilah al-mabda itu adalah al-fikru al-asasi alladzi laa yubna qoblahu fikr akhor, itu definisinya. Jadi, mabda itu apa? Ideologi itu apa? Ideologi itu adalah al fikru asasi (pemikiran yang paling mendasar), alladzi laa yubna qoblahu fikr akhor (yang tidak dibangun sebelumnya pemikiran yang lain). Artinya apa? Ini adalah pemikiran yang paling dasar," tegasnya.
“Nah, di dalam kitab Al-Fikru Al-Islamiy itu memperbandingkan mana yang merupakan pemikiran mendasar dan mana yang merupakan pemikiran cabang,” tambahnya.
Ia mencontohkan tentang konsep keadilan. "Contoh, ketika kita bicara tentang keadilan. Keadilan itu bukan pemikiran mendasar, karena keadilan itu adalah pemikiran yang lahir dari pemikiran mendasar. Nah ini yang nanti kemudian harus dipahami," ujarnya.
"Karena itu, mabda al 'adalah misalnya, atau prinsip keadilan, nah itu tidak tepat. Karena istilah al adalah atau keadilan itu, bukan merupakan mabda, bukan merupakan ideologi, karena dia merupakan pemikiran cabang yang lahir dari pemikiran yang lebih mendasar," paparnya.
"Nah perkara yang mendasar yang melahirkan keadilan itu apa? Nah tergantung," imbuhnya.
Menurutnya adil dalam pandangan Islam itu pasti berbeda dengan adil dalam pandangan kapitalis atau bahkan sosialis. "Nah berarti keadilan itu, dia adalah merupakan pemikiran cabang yang dibangun dengan pemikiran lain yang lebih mendasar. Sehingga perspektif yang dipakai untuk melihat keadilan itu, itulah yang bisa kita katakan nanti sebagai pemikiran mendasar,” jelasnya.
“Sedangkan keadilan itu adalah cabang. Ini sebagai contoh mana yang disebut mabda, dan mana yang disebut pemikiran cabang. Dari sini saja kita sebenarnya bisa mengambil kesimpulan, kalau begitu yang disebut dengan ideologi itu apa?” tandasnya.
"Ideologi itu akidah. Itu yang harus kita pahami," tegasnya.
Ia mengatakan, akidah itu adalah pemikiran mendasar yang membangun atau membentuk perspektif cara pandang hidup tentang persoalan. “Itu sebenarnya yang disebut ideologi. Karena itu kapitalisme sebagai sebuah ideologi di dunia, dia punya cara pandang yang pasti berbeda dengan sosialisme. Begitu juga pasti berbeda dengan Islam, karena dia merupakan pemikiran mendasar atau bisa disebut sebagai akidah aqliyah yang berbeda satu dengan yang lain,” ungkapnya.
"Ini yang harus kita pahami. Jadi, itu yang pertama-tama harus kita dudukan dulu ya. Dimana posisi mabda tadi sebagai al-fikru asasi alladzi laa yubna qoblahu fikr akhor," terangnya.
Kyai Hafidz menunjukkan, posisi Khilafah itu bukan merupakan al-fikru asasi. “Tapi, Khilafah itu adalah pemikiran cabang yang lahir dari pemikiran asasi. Karena itu mendudukan atau memosisikan Khilafah tadi sebagai ideologi, itu jelas salah. Tak bisa memahami karakter ideologi sebagai pemikiran mendasar," pungkasnya. []'Aziimatul Azka