Tinta Media - Kita sering mendapat kabar yang kurang mengenakkan dari lingkungan sekitar, misalnya tentang tindakan para remaja yang jauh dari harapan sebagai pengganti generasi mulia. Tak jarang, kabar itu membuat kita geram. Salah satu kabar yang membuat kita miris adalah masalah tawuran yang melibatkan para pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi.
Hal yang memicu terjadinya tawuran pun bukanlah sesuatu yang serius untuk ditanggapi. Namun, begitu rentannya emosional para remaja yang mudah terpancing walau hanya dengan tantangan yang tak jelas. Bahkan, mereka mempersiapkan berbagai senjata tajam yang tak mencerminkan bahwa mereka adalah pelajar.
Di lansir dari Republika.co.id, Polres Semarang berhasil menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (14/2) petang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor.
Masalah tawuran ini bukanlah sesuatu yang baru bagi para pelajar, tetapi sudah menjadi hal yang lazim bagi mereka. Tak jarang, aksi ini menimbulkan ketakutan di tengah-tengah masayarakat karena menimbulkan kerusakan fasilitas dan juga memakan korban jiwa. Ini sangat miris dan menimbulkan tanya dan kritikan, mengapa hal ini bisa terjadi? Adakah yang salah dengan pendidikannya?
Hanya saja, masalah seperti ini tidak bisa hanya sekadar dipandang siapa yang salah dan siapa yang benar. Namun, harus didalami apa penyebab maraknya masalah-masalah seperti ini sering terjadi. Mestinya, hal ini mendorong adanya evaluasi mendasar pada sistem pembangunan generasi (Pendidikan di keluarga, sekolah, dan lingkungan).
Anak merupakan aset berharga orang tua dan negara yang membutuhkan pendidikan dan pengawasan yang baik agar menjadi pribadi mulia. Tak hanya berbakti, tetapi mampu menjadi cahaya kehidupan yang menentramkan hati para orang tua, serta mampu menjadi ujung tonggak perjuangan untuk masa depan negara.
Namun, pendidikan yang memiliki jargon mencerdaskan kehidupan bangsa ternyata tak lebih hanya sebagai ucapan yang belum jelas buktinya. Pada kenyataannya, anak-anak berpendidikan setinggi-tingginya hanya sekadar mencapai nilai belaka yang tak membentuk kepribadian yang baik.
Pendidikan hanya menjadi pabrik pencetak tenaga kerja tanpa memperhatikan pembentukan ketakwaan yang dapat mengendalikan segala bentuk perilaku manusia. Belum lagi pendidikan keluarga yang kurang akibat dari kesibukan orang tua demi menyambung hidup. Juga pengaruh lingkungan yang tak sejalan dengan pembentukan kepribadian remaja.
Inilah hasil dari kehidupan kapitalis sekuler yang meresahkan kehidupan, menjunjung tinggi kebebasan dan menihilkan peran agama dalam kehidupan. Padahal, manusia harusnya diatur dengan aturan yang sejalan dengan fitrahnya, yaitu aturan yang bersumber dari penciptanya yang paling mengetahui manfaat dan mudarat bagi manusia.
Pendidikan dalam sistem islam hadir memberikan ladasan yang kuat bagi keimanan remaja. Penanaman akidah yang dimulai dari pendidikkan dasar dapat menjadi pondasi remaja dalam berpendapat dan berperilaku. Dengan begitu, akan terbentuk generasi yang memiliki rasa takut kepada Allah swt. sehingga akan selalu mengikatkan perbuatannya berdasarkan perintah dan larangan Allah swt.
Suatu perbuatan dianggap tercela jika syariat menyatakan sebagai perbuatan tercela dan ia akan meninggalkannya sekalipun hal tersebut disukainya. Sebaliknya, perbuatan dianggap terpuji jika dipuji oleh syariat dan ia akan melaksanakannya sekalipun hal tersebut tidak disukainya.
Penanaman akidah ini tak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dalam keluarga. Sebab, keluarga adalah madarasah yang utama dan pertama. Tak ketinggalan pula lingkungan masyarakat yang memberi contoh perbuatan-perbuatan luhur yang akan memperkuat keyakinan remaja terhadap nilai-nilai kebenaran.
Tentu saja terbentuknya masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kebenaran akan terjadi jika negara memproteksi masyarakat dengan aturan Islam.
Dengan sistem pendidikan Islam ini, para peserta didik akan diarahkan bagaimana mengemban amanah akhirat dan akan mampu meraih predikat umat terbaik. Amat penting untuk menjaga kesatuan langkah antara pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mewujudkan visi dan misi besar pendidikan bagi generasi.
Beginilah Islam mendidik generasi dengan tujuan-tujuan yang sejalan dengan arah kelangsungan hidup Islam. Tidak hanya kepada individu belaka, tetapi memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan bersama. Ketakwaan sebagai landasannya dan dengan dorongan keimanan agar dapat bermanfaat bagi umat menjadikan para generasi berlomba-lomba dalam memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara dengan tetap berada pada koridor syariat Islam.
Menjadi generasi muda yang mulia merupakan hal yang telah dijanjikan kepada kita. Tinggal kitalah yang mengambil posisi dalam membuat perubahan hidup kearah yang benar dengan memperjuangkan islam rahmatan lil'alamin agar kita mampu meraih gelar umat terbaik. Wallahu a'lam bissawab
OLEH: ERNA NURI WIDIASTUTI, S.Pd
Aktivis