Tinta Media - Direktur FIWS (Forum on Islamic World Studies) Farid Wadjdi mengatakan bahwa terjadinya krisis Ukraina karena kegagalan sistem tatanan hubungan internasional kapitalisme.
“Pelajaran bagi kita terkait dengan krisis Ukraina adalah kegagalan sistem tatanan hubungan internasional yang dipimpin oleh negara-negara kapitalis,” tuturnya dalam Program Kajian Online di rubrik Menjadi Politisi Islam: Krisis Ukraina, Pelajaran untuk Umat Islam, Senin (14/3/2022) di kanal Youtube Peradaban Islam ID.
Ia menuturkan, kegagalan sistem kapitalisme dalam sistem tatanan hubungan internasional yang dipimpinnya tidak mampu mencegah perang. “Kita lihat kegagalan mereka untuk mencegah perang, kalau kita bicara tentang konstelasi politik internasional sekarang, tentu kita tidak bisa lepaskan dari dominasi negara-negara kapitalis dunia yang dipimpinnya oleh Amerika Serikat dan Eropa,” ujarnya.
Krisis Ukraina ini, baginya, mencerminkan kegagalan dari tatanan hubungan internasional yang dipimpin dan dikendalikan oleh Amerika Serikat untuk mencegah perang bahkan perang yang terjadi di wilayah mereka sendiri.
Ia mengungkapkan tatanan dunia yang dipimpin oleh Amerika Serikat seperti yang dikatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa tatanan dunia saat ini adalah tatanan dunia yang monopolar didominasi oleh Amerika yang telah menimbulkan berbagai kekacauan di kawasan dunia. “Dalam propagandanya, Putin mengungkapkan berbagai kejahatan Amerika. Apa yang dikatakan Putin itu benar tentang kebobrokan tatanan dunia yang dipimpin oleh Amerika. Namun (Rusia) juga bukan negara baik juga,” ungkapnya.
Baginya, Rusia dalam berbagai kebijakan politik internasional selalu sejalan dengan kepentingan negara-negara barat. Dan ini menunjukkan kebobrokan dari tatanan dunia global. “Karena itu tidak pantas umat Islam kemudian krisis Ukraina ini berpihak kepada Rusia. Karena dua negara ini sama jahatnya, jadi apa yang terjadi sekarang ini menunjukkan kebobrokan dari tatanan dunia global,” ungkapnya.
Ia memaparkan umat Islam harus memiliki cara pandang yang global ketika melihat krisis-krisis yang ada di dunia ini. “Tentu kita tidak membatasi hanya krisis yang terjadi di kawasan negeri Islam saja, misalnya Timur Tengah atau di Afghanistan saja. Tapi kita perlu mengamati krisis-krisis yang terjadi seperti yang sekarang ini, yang terjadi di Ukraina. Karena yang terjadi di satu kawasan itu pasti terkait kawasan yang lain,” paparnya.
Ia pun mencontohkan dengan memperhatikan manuver-manuver Amerika sebagai negara adidaya pasti memiliki hubungan antara satu daerah dengan daerah lain.
“Ketika Amerika mengampanyekan yang mereka sebut sebagai perang terorisme. Saat itu, George W. Bush membagi dunia atas dunia pro Amerika dan dunia pro teroris, maka kita bisa lihat kebijakan perang melawan terorisme ini bukan hanya dilakukan di satu kawasan tapi hampir di seluruh kawasan dunia. Perang melawan terorisme ini menjadi agenda Amerika sekaligus seolah-olah menjadi agenda global dunia. Cara pandang global ini sangat penting,” ungkapnya.
Menurutnya, cara pandang global ini harus melalui sudut pandang yang khas. “Sudut pandang yang khas itu, adalah sudut pandang Islam karena itu seorang politisi Islam tidak berhenti sebatas menilai apa yang terjadi tapi juga melihatnya dari sudut pandang Islam, sudut pandang syariah Islam,” tuturnya.
Ia mengatakan, umat Islam perlu menilai dan mengamati apa yang terjadi di Ukraina. “Kita sudah berulang kali membahas apa yang terjadi pada krisis di Ukraina ini dalam berbagai perspektif,” katanya.
Pertama, dari perspektif Rusia, Ukraina sangat penting bagi Rusia, merupakan halaman depan bagi Rusia menghadapi Eropa. “Ukraina dijadikan wilayah buffer yang harus dikontrol dan dikendalikan oleh Rusia karena Ukraina termasuk wilayah yang berbatasan dengan Eropa,” ungkapnya.
Kedua, dilihat dari perspektif Amerika yang menjadikan krisis Ukraina sebagai alat untuk mengokohkan kepentingan Amerika untuk mempertahankan eksistensi NATO di Eropa. “Jadi Rusia dibangun sebagai satu persepsi ancaman untuk Eropa dengan kekuatan militer. Dan persepsi ancaman ini membuat keberadaan NATO itu menjadi penting di Eropa,” ujarnya.
Ketiga, dilihat dari perspektif Eropa. “Eropa tidak menginginkan terjadinya krisis ini. Namun di sisi lain Eropa tidak ingin dicap sebagai negara yang tidak peduli ketika satu kawasan yaitu Ukraina yang masuk dalam wilayah Eropa dibiarkan diinvasi oleh Rusia. Eropa tidak ingin membiarkan invasi Rusia ini,” tegasnya.
Sebagai umat Islam, ia berpendapat harus mengambil sikap walaupun tidak terlibat langsung dalam krisis Ukraina.
“Apa pelajaran yang bisa kita ambil walaupun umat Islam tidak terlibat langsung dalam krisis Ukraina. Ukraina bukanlah daerah yang asing bagi kaum muslimin, sejak masa kekhilafahan sudah ada hubungannya dengan wilayah Ukraina ini. Namun kalau kita lihat, peran umat Islam itu sangat minim,” pungkasnya. [] Ageng Kartika