Ekspo Rajab 1443 H, Prof. Suteki: Satu-Satunya Jalan Menerapkan Syariat Islam adalah Khilafah - Tinta Media

Rabu, 02 Maret 2022

Ekspo Rajab 1443 H, Prof. Suteki: Satu-Satunya Jalan Menerapkan Syariat Islam adalah Khilafah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1ofEybwZpgzfEpN8bALyVmzq7OQ7gg8wm

Tinta Media - Pakar Hukum dan Masyarakat Prof.Dr. Suteki, S.H., M.Hum. menegaskan, satu-satunya jalan untuk menerapkan syariat Islam adalah khilafah.

“Kalau mau menerapkan syariat Islam berarti kan harus ada yang menaunginya. Tadi udah banyak disebut tentang persoalan Khilafah. Sebenarnya kalau kita mau jujur pakai logika satu-satunya jalan untuk menerapkan syariat Islam ya tentu khilafah,” tuturnya dalam acara Ekspo Rajab 1443 H: 101 Tahun Tanpa Khilafah, Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam, Puncak Gelaran Ekspo Rajab, Ahad (27/2/2022) via daring.

Menurutnya, sebagai orang yang beriman yang salah satu rukunnya adalah  iman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka  apa yang disabdakan Rasul (hadits) tentu benar. Rasul menjelaskan bahwa nanti setelah mulkan jabariyyan (para diktator), akan tegak kembali kekhilafahan. Ini  butuh sosialisasi ke umat.

“Anda mau percaya nggak gitu lho. Kalau kita percaya, lalu tadi sudah 101 tahun khilafah runtuh. Terus kira-kira apa kita mau ngomong, apa mungkin ujug-ujug (tiba-tiba) muncul khilafah itu. Lalu, apa orang tidak kaget semua? Maka dakwah itu penting, perlu sosialisasi. Maka saya, di mana-mana mengatakan bahwa Khilafah itu ajaran Islam, ” jelasnya.

Prof. Suteki menilai ada tiga domain besar umat islam yang seharusnya menjadi sasaran bagaimana mensosialisasikan sistem kekhalifahan ini.

Pertama, masjid, yang kedua pesantren, dan yang ketiga  perguruan tinggi. Menurut M. Natsir, kalau ingin peradaban Islam itu kembali tegak tiga domain itu jangan ditinggalkan dan jangan rapuh di ketiganya. “Pesantren, masjid, perguruan tinggi,” ungkapnya.

Di perguruan tinggi, lanjutnya, sistem pemerintahan Islam seharusnya menjadi kurikulum tertentu. Jangan yang diajarkan hanya sistem pemerintahan demokrasi, teokrasi, oligarki, apalagi  tirani. “Ada sistem pemerintahan Islam. Namanya sistem kekhalifahan. Itu harus diberikan.  Di Fisip (fakultas ilmu sosial dan ilmu politik), ada ngga jurusan pemerintahan? Ada. Itu harusnya diajarkan, harus dipelajari, supaya nggak gagal paham, atau pahamnya salah,” himbaunya.

Kemudian di Fakultas Hukum, lanjutnya. “Di fakultas  hukum itu ada hukum tata negara, lha kok nggak dipelajari dengan baik itu kenapa? What happen? Ada apa? Kok malah islamophobia. Ngomong jihad, ngomong kekhalifahan, malah dinilai radikal-radikul,”herannya.

“Bagi saya itu kan sebuah prinsip yang harus dipertahankan bahwa khilafah atau kekhalifahan adalah salah satu ajaran Islam yang memang boleh didakwahkan, boleh diajarkan, boleh dilaksanakan kalau sistem, kondisi dan situasinya sudah memungkinkan. Yang penting  saya kan tidak menggunakan kekerasan, saya tidak menggunakan pemaksaan apalagi makar. Terus mau diapakan?” tanyanya.

Prof. Suteki berpesan kepada ASN  (aparatur sipil negara), PNS (pegawai negeri sipil) atau Polri kalau khilafah ini ajaran Islam, sampaikan kalau begitu. “Soal belum bisa, soal banyak yang menolak, atau belum bisa diterapkan, itu soal  lain. Tapi untuk keyakinannya, saya kira ngga  bisa ditawar,” tegasnya.

Prof. Suteki bertanya ke kalangan masyarakat  ilmiah “What will you do if the power of the state is given to chalipate. Are you ready? Jawabannya mungkin no. Kenapa begitu? Karena we are never ready to do something. Itu pertanyaan besarnya  di situ,” tegasnya.

“Kita memang perlu mengambil cermin apa yang sudah kita lakukan.  Mungkin benar bahwa sebenarnya kita ini belum atau sedang melakukan apa-apa. Masih terlalu sedikit di situ yang kita kerjakan. Perjuangan  menegakkan syariat Islam itu perjuangan yang akbar. Termasuk oleh kaum intelektual yang seharusnya  mereka tertantang, adakah rasionalitas yang mendorong orang untuk berpikir secara nalar argumentatif. Itu yang penting,” bebernya.

“Perlu saya katakan di sini, lanjutnya, perjuangan itu  butuh step by step. Sosialisasi khilafah ini penting baik di tingkat pesantren, di masjid, maupun di perguruan tinggi. Menjadi hal yang sangat urgen, bukan hanya cendekiawan muslim, tapi seluruh komponen umat,mari menentukan koordinat kita, anda dan saya di barisan pejuang atau di barisan pecundang? Yang perlu kita tekankan disitu where is your coordinat?” ujarnya.

“Bunga mawar bunga melati, khilafah bukan untuk ditawar tapi perlu diperjuangkan sampai mati,”pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :