Tinta Media - Pengamat Politik Islam dan Militer Dr. Riyan, M.Ag. menegaskan, munculnya berbagai persoalan di negeri ini disebabkan jauh dari Islam.
“Kalau kita tarik semua persoalan yang ada di sekeliling kita di aspek apapun mulai dari korupsi, persoalan hukum, ekonomi berbasis riba, ketidakadilan, penistaan agama, ujungnya hanya satu yaitu ketika kita jauh dari Islam,” tuturnya dalam acara Dialogika peradaban: 300 Ayat Al-Quran Minta Dihapus, Sekuler Radikal Makin Berani, Sabtu (19/3/2022) melalui kanal YouTube Peradaban Islam ID.
Riyan mengutip al-Quran surat Thaha ayat 124 dan ar-Rum ayat 41 sebagai landasan dari kesimpulan di atas. “Akibat meninggalkan syariat Islam kita terpecah, lemah, mengalami berbagai masalah tadi, sehingga orang kafir mudah sekali menyampaikan tindakan yang seharusnya tidak berani mereka lakukan, seperti yang dilakukan oleh Pendeta Syaefudin yang murtad dan menghina al Quran. Coba itu dilakukan dulu saat ada pemimpin Islam, sudah wassalam,” tukasnya.
“Kalau saya lihat titik terlemahnya umat Islam saat ini, itu masalah kepemimpinan. Kalau kita bicara kepemimpinan tentu kita bicara tiga hal. Yang memimpin, yang dipimpin dan apa yang digunakan dalam relasi antara pemimpin dan yang dipimpin,”paparnya.
Riyan menilai, berbagai persoalan itu menimpa umat lantaran kekosongan kepemimpinan Islam. Pemimpin yang ada mengalami disorientasi. Rakyat ada yang meninggal karena kelelahan antri minyak goreng, pemimpinnya malah melakukan kemah untuk pindah ibukota ditengah hutang luar negeri yang sudah menggunung.
“Ini sebuah paradoks yang mengerikan. Pada sisi lain yang dipimpin dalam arti rakyat, saya kira baru sebagian kecil yang sadar,” sesalnya.
Karenanya, menurut Riyan, kalau bicara solusi di titik kritis yang harus dilalui, adalah bagaimana membangkitkan kesadaran umat ini agar tumbuh . “Sebenarnya sudah tumbuh tapi menurut saya masih belum cukup untuk melawan opini-opini mereka, yang saat ini masih ada di puncak kekuasaan,” jelasnya.
Ia menilai dalam keadaan seperti ini maka solusi yang paling mendasar ada dua.
Pertama, membangkitkan kesadaran di tengah-tengah masyarakat tentang Islam. “Bahwa Islam itu mencakup seluruh ajaran yang ada di tengah-tengah kita. Bukan hanya pada persoalan ibadah atau masalah akhlak saja, tetapi juga menyangkut bagaimana nih negeri kita ini kalau diatur dengan hutang yang berbasiskan riba misalnya. Solusinya seperti apa? Bagaimana membuat agar kesadaran umat ini meningkat,” terangnya.
Kedua, berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Umat khususnya harus memberikan perhatian secara maksimal dan pada waktunya nanti mereka akan bahu-membahu melakukan upaya yang membuat negeri ini menjadi lebih baik. “Bagaimana membangkitkan umat ini agar baik di dalam negeri maupun luar negeri tidak ada yang berani untuk melecehkan atau menghinakan, bahkan kemudian menzalimi umat Islam. Karena umat ini adalah umat yang terbaik,” harapnya.
Riyan menegaskan, harus disampaikan kepada publik bahwa negeri ini menjadi seperti ini karena penerapan aturan-aturan kapitalistik sekuler. Umat ini harus dibuka kesadarannya bahwa yang menjadi musuh utama adalah penerapan sistem kapitalistik sekuler. Dan gantinya hanya satu yaitu Islam. “Kita harus mempercepat akselerasi proses kesadaran umat ini agar jangan sampai umat ini menjadi obyek dari kebijakan-kebijakan apapun yang memang bertentangan dengan Islam,” himbaunya.
“Jangan takut menjadi asing. Kalau yang lain ngomong tentang sekuler semua, kita ngomong Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun