Tinta Media - Merefleksi 101 Tahun dunia tanpa khilafah, Intelektual Muslim Makasar Dr. Firman Menne mengatakan, sebagian masyarakat menyadari bahwa ekonomi kapitalis rusak dan merusak.
“Sebagian masyarakat baik nasional ataupun global telah menyadari bahwa sistem ekonomi kapitalis ini adalah sistem ekonomi yang rusak dan merusak,” tuturnya dalam acara Ekspo Rajab 1443 H: 101 Tahun Tanpa Khilafah, Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam, Puncak Gelaran Ekspo Rajab, Ahad (27/2/2022) via daring.
Firman menegaskan salah satu karakter ekonomi kapitalis yang merusak adalah kebebasan kepemilikan individu. “Kebebasan kepemilikan individu ini memberikan keleluasaan kepada individu untuk memiliki sesuatu. Memiliki property, menguasai sumber daya alam. Pada gilirannya melahirkan alam bisnis seperti hukum rimba yang kuat akan memangsa yang lemah. Dan faktanya terjadi saat ini,” jelasnya.
“Kita menjumpai bisnis-bisnis ritel, bisnis modern yang dulu hanya ada di pusat-pusat kota ini, saat ini sampai ke pelosok-pelosok desa atau ke lorong lorong di perkotaan. Sehingga toko toko kelontong yang dikelola masyarakat akhirnya mati. Dengan keadaan seperti itu, melahirkan fenomena kehidupan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin,” tambahnya.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Firman menilai, “Sistem ekonomi kapitalis ini gagal mengantarkan sebuah negara atau bangsa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sejati. Yang ada adalah pertumbuhan ekonomi yang semu,” simpulnya.
Pertumbuhan ekonomi semu ini, lanjutnya, mengukur pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan rata-rata, seolah-olah masyarakat sejahtera. Kenyataannya pertumbuhan ekonomi hanya dikuasi oleh beberapa gelintir orang. Amerika misalnya, 2% penduduk Amerika itu menguasai 80 % sampai 85% sumber daya keuangan. Begitulah bawaan sistem ekonomi kapitalis.
Dalam hal nilai kegunaan barang, Firman menjelaskan, “Salah satu karakter sistem ekonomi kapitalisme yang rusak adalah pandangan sistem ekonomi ini terhadap barang dan jasa sebagai sebuah produk ekonomi. Barang dan jasa tergantung pada value (nilai) dan utility (kebermanfaatan),” jelasnya.
Menurutnya, sepanjang barang dan jasa itu, memberikan nilai manfaat kepada masyarakat atau kepada pengguna atau kepada konsumen silakan jalan. sekalipun merusak fisik manusia.
“Contoh narkoba, narkoba ini kalau kita konsumsi akan mempengaruhi negatif terhadap anatomi tubuh kita. Tetapi karena pengelola bisnis narkoba ini menganggap bahwa di dalam bisnis narkoba ini ada nilai, ada manfaat, ada orang yang ingin membeli maka tetap jalan saja,” tuturnya memberikan contoh.
Menurutnya, dalam perspektif Islam ekonomi kapitalis adalah sesuatu yang keliru.Selaku orang yang beriman, dan memahami kerusakan-kerusakan sistem ekonomi kapitalis, harusnya berhijrah, menawarkan solusi sistem ekonomi Islam.
“Oleh karena itu momen Rajab ini adalah momentum bagi kita untuk hijrah dari sistem ekonomi kapitalis yang rusak dan merusak menuju kepada sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun