Derita Umat Tanpa Khilafah - Tinta Media

Jumat, 04 Maret 2022

Derita Umat Tanpa Khilafah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1n10s15YmWST5yDtSdKTWCzdUhJtpWhej

Tinta Media - Kaum muslimin pasti sudah tahu dan mengingat bahwa bulan Rajab adalah bulan yang istimewa dengan adanya berbagai peristiwa penting. Namun, jika kita mau membuka sejarah, pada bulan Rajab juga terjadi peristiwa yang menyedihkan. Bagaimana tidak, pada bulan itu, negara adidaya kekhilafahan runtuh.

Kaum muslim harus menelan pil pahit dengan di bubarkannya KHILAFAH Utsmaniyah oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924. Mustafa kemal Attaturk adalah seorang antek Inggris, sang tangan besi. Kejadian itu menjadi sebuah peristiwa yang tak akan mungkin bisa dilupakan oleh kaum muslimin karena kesedihan yang melanda pada saat itu.

Mustafa kemal mengusir sang Khalifah dan mengubah tatanan negara menjadi sekuler. Sungguh miris, dengan kejam, dia mengubah azan menjadi bahasa Turki, menghapus ajaran Islam dan juga bahasa Arab, muslimah disuruh buka jilbab, bercampur baur dengan laki-laki dan berdansa, membiasakan masyarakat dengan minuman keras.

Sebelum khilafah runtuh, memang kaum muslimin sudah dalam keadaan lemah secara pemikiran. Terjadi kemerosotan pemikiran di tengah umat pada waktu itu.

Runtuhnya khilafah Utsmaniyah dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal.

Dari sisi internal, keruntuhan itu justru terjadi ketika umat Islam sudah tidak lagi mengemban Islam secara hakiki. Selain itu,  kaum muslim sudah terjangkit penyakit wahn, yaitu cinta dunia sehingga menjadi gila jabatan dan senang berfoya-foya.

Ditutupnya pintu ijtihad membuat masyarakat pada waktu itu tidak memahami persoalan yang dialami dan solusi yang benar menurut pandangan Islam. Kondisi itu diperparah dengan ditiadakannya bahasa Arab. Padahal, bahasa Arab itu penting sekali. Dengan memahami bahasa Arab, umat akan lebih mudah memahami isi Al-Qur'an.

Dari sisi eksternal, Barat merusak kaum pelajar dan cendekiawan dengan mendirikan sekolah-sekolah misionaris. Tujuannya adalah untuk menghasilkan para cendekiawan dan pelajar yang berbasis pemikiran Barat.

Barat juga gencar mengembuskan _tsaqafah-tsaqofah_ asing agar umat Islam terkontaminasi dan mau mengembannya. Kemudian, mereka juga mengadakan beasiswa bagi kaum pelajar sehingga terbentuklah gerakan Turki Muda yang di dalamnya merupakan antek-antek penjajah.

Mereka sejatinya adalah orang-orang yang diarahkan oleh Barat untuk memberontak dan melakukan perubahan ala nasionalis yang menghantarkan pada Pan Arabisme dan Pan Islamisme.

Kaum muslimin diprovokasi dengan pemikiran bahwa lebih baik memisahkan diri dari daulah Islam. Akhirnya, daulah Islam pun runtuh. Negeri-negeri muslim pun terpecah menjadi bentuk negara kebangsaan (nation state).

Tidak sampai di situ saja, bahkan setelah runtuh pun Barat masih meluncurkankan aksinya agar kaum muslimin tetap terpecah dengan menyebarkan _islamophobia_ di tengah umat  supaya Islam tidak dijadikan sebagai dasar negara dan aturan oleh kaum muslimin.

Runtuhnya KHILAFAH sangat berdampak pada umat antara lain:

Pertama, hilangnya junnah. Tidak adanya persatuan dan kesatuan, menyebabkan umat menjadi lemah karena tidak adanya ikatan yang sahih.

Kedua, tidak terwujudnya penerapan Islam kaffah, sehingga banyak terjadi kezaliman merajalela. Umat tidak lagi dilindungi oleh negara karena kapitalislah yang menjadi dasar hidup mereka.

Ketiga, tidak terwujudnya Dakwah Islam ke seluruh dunia yang dilakukan negara dalam rangka menyatukan umat.

Sejak khilafah runtuh, seluruh sisi kehidupan umat Islam diatur oleh hukum kufur yang justru berasal dari penjajah. Padahal, semestinya umat Islam hanya diatur dengan syariat Islam saja. Sebab, itu adalah kewajiban kaum muslimin dan bukti keimanan pada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Umat Islam tak lagi memiliki pelindung. Sebab, pemimpin yang seharusnya menjadi pelindung umat, justru menjadi antek penjajah yang mengkhianati menyiksa mereka, serta berlomba mengeruk dan menjual kekayaan milik mereka, demi kepentingan tuannya.

Hilangnya junnah atau perisai umat membuat Palestina yang dulu dilindungi oleh Khilafah Utsmaniyah akhirnya jatuh ke tangan Zionis Israel. Pada tahun 1930-an, imigran asal Yahudi mulai memasuki Palestina dan mengusir penduduk aslinya.

Akhirnya, pada bulan Mei 1948, secara resmi dideklarasikan negara Israel di atas tanah Palestina. Sejak itu, pengusiran dan pembantaian terjadi secara besar-besaran terhadap warga Palestina.

Pada tahun 1982, misalnya, terjadi tragedi pembantaian Sabra-Shatila oleh gabungan milisi Israel dan Kristen Maronit terhadap pengungsi Palestina dan Lebanon. Diperkirakan, korban tewas mencapai 3.500 jiwa. Kebanyakan adalah wanita, lansia, dan anak-anak.

Belum lagi muslim Rohingya dan kaum minoritas muslim lainnya. Mereka berjuang sendiri tanpa ada yang bisa menolongnya. Akibat belenggu paham nasionalisme, kaum muslim jadi seperti tidak berdaya.
Persis seperti yang telah diingatkan Nabi saw. yang artinya:

_"Hampir saja bangsa-bangsa (kafir) mengerubuti kalian (umat Islam) sebagaimana mereka mengerubuti makanan yang berada di dalam piring."_ Seorang laki-laki berkata, _"Apakah kami waktu itu sedikit?"_ Beliau menjawab, _"Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak. Namun, kalian seperti buih di lautan."_ (HR Abu Dawud).

Sistem Demokrasi kapitalisme juga menyebabkan negeri-negeri muslim terjajah dan semakin terpuruk. Barat sudah menjajah dari segala aspek. Dari segi politik, yaitu dengan demokrasi. Dari segi pendidikan, yaitu dengan budaya materialistis dan hedonis.

Dikeruknya sumbar daya alam yang ada, membuat kesenjangan ekonomi sangat terlihat, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Ini adalah problem negara yang mengadopsi sistem demokrasi kapitalisme dekuler.

Indonesia negri yang kaya dan luas, tetapi justru dikuasai oleh para oligarki. Negeri penghasil sawit terbesar, tetapi harga minyak mahal dan langka, sungguh ironi.

Sistem demokrasi yang dipuji-puji membawa kedaulatan rakyat justru menciptakan oligarki, yaitu kekuasaan yang dicengkram segelintir orang. Sistem ini melahirkan kebijakan yang korup dan hanya mementingkan para pemilik modal. Rakyat yang seharusnya dilindungi dan diberi kesejahteraan oleh negara malah tidak mendapat apa-apa. Inilah gambaran negeri yang tanpa junnah (pelindung), tidak ada kesejahteraan yang dirasakan.

Sangat berbeda ketika khilafah masih ada, umat terlindungi dan mendapatkan hak-haknya. Sebagai umat Islam, kita pasti sangat merindukan kehadiran khilafah kembali bukan?

Sebagai umat yang bertakwa, mari berjuang bersama agar syariah Islam bisa terapkan kembali di muka bumi ini. Dengan diterapkan syariat Islam, penderitaan umat segera berakhir dan kehidupan kembali tentram.

Solusi paten adalah dengan tegaknya kembali Daulah Islam (khilafah Islamiyyah), bukan yang lain. Dengan begitu, umat akan terlindungi dan mendapatkan keadilan dan kesejahteraan. Bahkan, seluruh alam pun akan merasakan Rahmat-Nya.

_WalLâhu a'lam._

Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :