Ajengan YRT: Praktik Klenik Selisihi Syariat - Tinta Media

Sabtu, 26 Maret 2022

Ajengan YRT: Praktik Klenik Selisihi Syariat

https://drive.google.com/uc?export=view&id=16XcIIdGFJnAimV3YEuWmQ3sX7JTcbWlU

Tinta Media - Mudir Ma’had Darul Hadis Khadimus Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menyatakan praktik klenik menyelisihi syariat .
“Praktik klenik yang dilakukan perdukunan itu menyelisihi syariat,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (22/3/2022).

Ajengan YRT menuturkan, praktik klenik atau perdukunan yang dilakukan oleh pawang hujan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kepada siapa ditujukan dan tata cara yang dilakukan. “Kalau doa ditujukan kepada Allah SWT dengan tata cara berdoa seperti biasa itu diperbolehkan, kita minta hujan dengan shalat istisqa. Berbeda ketika doa ditujukan selain kepada Allah SWT dan tata cara yang dilakukan menyelisihi atau bertentangan dengan syariat. Tetapi yang dilakukan para dukun ditujukan kepada selain Allah Ta’alla dengan tata cara yang bertentangan dengan syariah,” ujarnya.

Maka, ia mengungkapkan kedua standar itu menjadi patokan, kepada siapa ditujukan dan tata caranya.
“Kalau ditujukan kepada dewa-dewa, kepada jin, dan lain sebagainya maka jelas itu kesyirikan kemudian tata caranya misalnya dengan jampi-jampi, dengan berbagai macam sesajen. Jelas itu sesuatu yang mengarah kepada kesyirikan,” ungkapnya.

Menurutnya, hukum memakai jasa pawang hujan itu harus dikembalikan kepada fakta apa yang dilakukan oleh pawang hujan tersebut. Faktanya menunjukkan dua hal. “Pertama, dia bermunajat, meminta, memohon itu kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’alla, kepada dewa-dewa, dengan bantuan jin misalnya. Kedua faktanya adalah cara/ritual yang dilakukannya, ritual yang menyelisihi syariat,” jelasnya.

Dengan melihat kedua hal fakta tersebut, yaitu kepada siapa ditujukan doa itu dan kemudian bagaimana caranya. Ia menegaskan itu adalah kesyirikan.

“Maka jelas praktik yang terjadi dalam konteks pawang hujan yang terakhir viral itu merupakan bentuk kesyirikan. Hal ini wujud lain dari apa yang dilakukan oleh praktik perdukunan di Indonesia,” tegasnya.

Ia menyayangkan, banyak pembelaan pada praktik perdukunan termasuk jasa pawang hujan di MotoGP Mandalika itu dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang bolehnya berdoa, baik berdoa memohon hujan ataupun berdoa untuk mengendalikan hujan.
“Ini satu hal yang dipaksakan dan salah kaprah. Itu sungguh memalukan dan sama sekali tidak nyambung dengan yang dihukumi dengan dalil yang digunakan,” katanya.

Ulama Diam

Ajengan YRT mengungkap penyebab diamnya ulama di sekitar rezim atas keharaman dari praktik klenik yang terjadi.

“Diamnya ulama sekitar rezim atas praktik klenik disebabkan adanya kekuatan rezim/kekuatan yang mengendalikan pemerintahan ini adalah kekuatan-kekuatan yang anti Islam,” ungkapnya.

Jadi, menurutnya wajar ketika dalam semua hal praktik di pusat itu tak lepas dari praktik klenik. “Misalnya dalam ritual pindah ibu kota juga dengan praktik klenik. Keadaan ini menunjukkan awamnya para penyelenggara pemerintahan, khususnya mereka yang sedang berkuasa, khususnya mereka yang menjadi kendali dalam pemerintahan rezim ini,” bebernya.

Menurutnya, penyelenggara negara ini bukan hanya awam terhadap agama bahkan anti dengan agama. Memakai jasa pawang hujan pada berbagai ajang dari Asean Games 2008 hingga terakhir ajang MotoGP Mandalika.

“Mereka ternyata bukan hanya awam terhadap agama bahkan anti dengan agama, dan itu dapat dibuktikan dalam fakta-fakta yang bisa kita indera di beberapa kesempatan terakhir,” pungkasnya.[] Ageng Kartika
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :