Tinta Media - Menanggapi ritual kendi yang dilaukukan Jokowi di titik nol IKN 14 Maret lalu, Ketua Koalisi Persaudaraan Advokat dan Umat (KPAU) Ahmad Khozinudin, S.H. mengatakan, ritual syirik penuh kebodohan benar-benar dilakukan.
“Entahlah, ritual syirik penuh kebodohan itu ternyata benar-benar terjadi, benar-benar dilakukan. Pada hari ini, Senin 14 Maret 2022, Presiden Jokowi bersama 34 Gubernur se Indonesia, benar-benar menyatukan seluruh tanah dan air kedalam gentong besar yang disebut sebagai gentong Nusantara,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (15/3/2022).
Ahmad kecewa, tak guna seluruh kritikan yang ada di tengah masyarakat. Jokowi telah menganggap negara ini seperti miliknya, sehingga tak perlu lagi mendengar kritikan masyarakat, khususnya umat Islam.
“Dalam acara tersebut, terlihat jelas, gestur Jokowi bak seorang raja yang sedang menerima Adipati bawahannya. Semua gubernur, begitu takzim ke Jokowi saat menyerahkan kendi dan baki berisi air dan tanah dari daerahnya,” tuturnya.
Dalam sambutannya, kata Ahmad, Jokowi menyebut pengumpulan tanah dan air dalam satu gentong dijadikan simbol kebhinekaan dan persatuan. Jokowi berterima kasih kepada seluruh Gubernur yang telah berpartisipasi dan berharap dapat bersinergi dalam mendukung pembangunan IKN.
“Entahlah, Jokowi melakukan ritual klenik yang melanggar syariat Islam. Namun, pada saat yang sama, dalam sambutannya dia juga memohon barakah dari Allah SWT dalam proses pembangunan IKN,” herannya.
Ahmad bingung, kemanakah logika kaum pemikir intelektual melihat kebodohan yang begitu telanjang ini? Apa relevansi penyatuan tanah dan air, dalam perspektif membangun IKN?
“Kemana mereka yang katanya intelek, pintar, sekolah ke Australia hingga sampai ke Amerika. Kemana yang gelarnya profesor dan doktor, mengapa tidak kritis dengan tayangan kebodohan ini?” tanyanya.
Ahmad juga mempertanyakan, apakah tanah dan air yang dikumpulkan akan memperkuat pondasi konstruktif bangunan IKN? Atau akan menjadi teknologi anti gempa yang akan mengamankan struktur bangunan IKN? Atau, akan menjadi rongga penyerapan alami sehingga dijamin di lokasi IKN tidak akan tergenang banjir?
“Apakah, tanah dan air itu akan memperkuat sinyal telepon, sehingga mempermudah koneksi ke seluruh wilayah tanah air Indonesia? Atau, didalamnya terkandung teknologi canggih yang bisa menghimpun partikel perbedaan disatukan dengan media tanah dan air?” imbuhnya.
Ahmad bertanya kepada para Ulama, baik yang di MUI, di Muhammadiyah, Persis, DDII, Al Irsyad, para Kiyai dan Asatidz yang mengerti cabang-cabang amalan yang merusak akidah Islam. Apakah, ritual kendi yang menyatukan seluruh tanah dan air itu sejalan dengan syariat Islam? Adakah, klenik itu merupakan perbuatan syirik, mencari barakah dari tanah dan air yang tidak ada tuntunannya dari Nabi Muhammad Saw?
Menurut Ahmad, biasanya ulama dari gerakan Salafi paling getol berdakwah memurnikan akidah. Membersihkan umat dari segala bentuk bid'ah, syirik yang mencemari akidah Islam.
“Akankah menasehati Jokowi? Atau langsung membid'ahkan perilaku Jokowi? Atau akan menasehati ala 'empat mata' kepada Jokowi? Apakah mereka akan tetap mentaati Jokowi? Tetap taat walaupun pemimpin berbuat bid'ah? atau akan bangkit, berdakwah, meluruskan kesyirikan yang terjadi?” tanyanya.
“Astaghfirullah, kemaksiatan dalam bentuk yang paling sensitif ini dipertontonkan secara telanjang di tengah-tengah umat. Kalau umat ini diam, penulis khawatir bukan hanya akan kebagian dosa tetapi juga akan kebagian ditimpa azab dari Allah SWT,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun