Tinta Media - Puluhan ulama Aswaja Sidoarjo menyampaikan pernyataan sikap menolak pemindahan ibu kota negara (IKN) dan mendorong penguasa untuk membatalkan UU IKN.
“Kami ulama Aswaja Sidoarjo, satu, pemindahan IKN wajib ditolak. Dua, UU IKN wajib dibatalkan,” demikian pernyataan tegas perwakilan ulama Aswaja Sidoarjo pada Multaqa ulama Aswaja Sidoarjo Tolak IKN, Jakarta adalah Monumen Sejarah Umat Islam Warisan Sunan Gunung Jati, Senin (21/2/2022) di Sidoarjo.
Menurutnya, RUU IKN (ibu kota negara) yang telah disahkan menjadi UU IKN oleh DPR dalam rapat paripurna DPR RI pada 18 Januari 2022, dalam pandangan Islam pengesahan RUU IKN menjadi UU IKN tersebut merupakan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh DPR terhadap akad wakalah, perwakilan dengan rakyat . “Sebab rakyat tidak pernah mewakilkan kepada DPR untuk mengesahkan RUU IKN menjadi UU IKN,” tegasnya.
“Bila dikaji secara mendalam, UU IKN sangat berpotensi menyengsarakan rakyat. Sebab proyek pembangunan IKN sebagai pelaksanaan UU IKN membutuhkan dana yang sangat besar dan bukan merupakan sesuatu yang mendesak. Sedangkan sumber pemasukan APBN yang terbesar diperoleh dari sektor pajak,” bebernya.
Ulama Aswaja juga berharap pemerintah konsentrasi pada penanganan problem yang bersifat darurat, diantaranya pemulihan ekonomi yang sedang lesu sebagai akibat dari utang negara yang semakin besar, korupsi yang menggurita, dibangkrutkannya BUMN-BUMN, dikuasainya sumber daya alam oleh asing, pandemi Covid-19 dan lain-lain.
“Bukan malah membikin proyek pemindahan IKN yang tidak urgent yang justru berpotensi semakin memperberat beban ekonomi serta berpotensi menambah utang luar negeri yang tentu saja akan semakin memperkuat gerakan asing. Belum lagi kesepakatan-kesepakatan, perjanjian-perjanjian, MoU MoU lain dengan pihak asing yang bisa semakin menjerumuskan Indonesia dalam cengkeraman asing,” jelasnya.
Karena kondisi seperti ini, menurutnya, diharamkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya:
وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِ يْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
"Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 141)
Warisan Sunan Gunung Jati
Selain itu, ulama Aswaja Sidoarjo juga mengingatkan, Jakarta merupakan daerah yang Istimewa monumental, penuh dengan sejarah panjang bangsa Indonesia. Nama Jakarta itu sendiri memiliki makna berasal dari kata Jayakarta yang berarti kemenangan yang nyata sempurna didasarkan pada Alquran surat Alfath ayat 1:
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًا
"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,"
(QS. Al-Fath 48: Ayat 1)
“Jakarta merupakan suatu kemenangan yang nyata sempurna karena penjajah Portugis yang menguasainya dapat diusir oleh panglima Islam Sultan Fatahillah atau Syarif Hidayatullah yang kemudian terkenal dengan julukan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah penyebar Islam di pantura Jawa barat. Salah satu dari Walisongo yang sangat dihormati oleh ulama Aswaja dan masyarakat muslim di Nusantara.
Oleh sebab itu, tuturnya, sebagai wujud rasa syukur dan rasa terima kasih atas jasa beliau (Sunan Gunung Jati), umat Islam harus menjaga Jakarta sebagai ibu kota negara, agar monumen sejarah keberhasilan Islam di nusantara tidak dilupakan dan tidak dihilangkan.
Ulama Aswaja Sidoarjo juga menyerukan kepada semua elemen bangsa untuk menjaga persatuan agar tidak gampang diadu domba. Menurutnya, bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan Islam. “Bangsa Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang merdeka, maju, kuat dan Jaya hanya dengan Islam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it