Sastrawan Politik: Adab, Etika, Akhlak, Hanya untuk Manusia Beriman - Tinta Media

Senin, 28 Februari 2022

Sastrawan Politik: Adab, Etika, Akhlak, Hanya untuk Manusia Beriman

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1hRV8GA2wfQL-iOXbN7Bq_YuwQXBkj5AU

Tinta Media - Menanggapi pernyataan seseorang yang membandingkan azan dengan suara anjing yang menggonggong di waktu yang bersamaan, Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menanggapi bahwa adab, etika, akhlak itu untuk manusia beriman, sedangkan anjing bisa sesukanya.

“Adab, etika, akhlak, itu kan untuk manusia. Bukan sembarang manusia, tetapi manusia yang beriman. Kalau anjing, ya wajar ngomong sesukanya. Namanya juga anjing,” tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (26/02/2022).

Ia menjelaskan bahwa azan, itu panggilan sholat. “Seruan mulia, bagi orang-orang yang bertaqwa,” jelasnya.

Menurutnya, mendengar adzan, itu keberkahan karena otomatis mengingat Allah SWT. “Lah kalau anjing, mau bagaimana lagi? Jangankan dapat berkah, kepanasan iya,” ungkapnya.

Bagi Ahmad Khozinudin kalau manusia salah, umumnya minta maaf. “Tapi kalau sudah salah, malah ngeles, dan bersembunyi dibalik jubah 'penjelasan aturan' itu bukan manusia. Sekalinya anjing ya tetap anjing,” tegasnya.

“Anjing itu, selain penjilat kesetiaannya juga hanya pada daging, bukan pada tuannya. Walau pencuri, asal bawa daging pasti dilayani. Meskipun tamu kalau tangan kosong, pasti digonggongi,” lanjutnya.

Ia mengingatkan, agar berhati-hati berkawan dengan anjing. “Karena anjing dapat menjilat dan menggigit kepada siapapun,” tuturnya mengingatkan.

Ia mengungkapkan bahwa anjing itu umumnya tidak punya malu. “Dalihnya menjaga perasaan orang, tapi melukai perasaan umat. Ya meskipun anjing, tapi enggak seanjing-anjingnya gitu kale, sampai jagain rumah ibadah orang,” paparnya.

Ia menambahkan jika anjing itu memang tak paham syi'ar agama. “Seruan kebajikan, ditafsirkan berisik. Makanya, anjing-anjing selalu kepanasan mendengar suara azan,” tambahnya.

Dan yang paling penting menurutnya, anjing tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban pidana. “Anjing mah bebas, mau ngomong apapun tidak akan dipidana. Yang bebas itu bukan sultan, tapi anjing,”

Ia menilai kalau aparat mengatakan tak berwenang memeriksa, ya kemungkinannya cuma dua. “Pertama, karena aparat tak mungkin periksa anjing karena tidak memiliki kemampuan bertanggungjawab pidana. Atau kedua, sama-sama anjing,” nilainya.

“Dah segitu aja, kuliah tentang peranjingan kali ini. Kalau tidak tuntas diselesaikan dengan pendekatan manusia, selesaikan dengan memperlakukannya sebagai anjing. Bereskan?” tandasnya.[] Raras
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :