Tinta Media - Laporan Pandora Papers yang menyingkap skandal pajak dan harta tersembunyi penguasa dunia termasuk Indonesia, dinilai oleh Peneliti Senior Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng sebagai perubahan tema global yang bisa menjadi momentum untuk menghabisi oligarki.
“Inilah yang disebut dengan perubahan tema global. Dari perubahan tema global ini menjadi momentum untuk menghabisi oligarki,” tuturnya dalam acara Diskusi Media Umat: Negara Semakin Tak Berdaya, Ahad (12/2/2022) di kanal Youtube Media Umat.
Menurutnya, dana-dana BLBI itu dulu dianggap legal. Dana BLBI, uang hasil ekstraksi batubara, penggelapan pajak, kekayaan yang tidak dilaporkan, disimpan di rekening rekening oleh para konglomerat atau oligarki. Pada momen-momen tertentu mereka tarik untuk menjadi sumber daya politik, membiayai Pemilu, menggulingkan kekuasaan, kudeta dan lain lain.
“Ketika dunia bergerak ke arah digitalisasi, transparansi, tak ada lagi harta yang bisa mereka sembunyikan. Sudah dibuka oleh Pandora Papers, Panama Papers. Uang-uang itu terkunci tak lagi bisa mereka gunakan. Menjadi uang haram, menjadi ilegal,” terangnya.
Salamuddin menilai itu adalah perubahan tema global yang menjadi momentum untuk menuntaskan masalah. “Ini yang saya sebut panen momentum. Kita bertemu dengan satu momentum yang baik untuk menuntaskan masalah berbangsa kita ini,” tegasnya.
“Ini momentum kembali untuk memulihkan martabat berbangsa dan bernegara. Karena hanya ini kesempatan kita untuk mengembalikan Preambule Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian kita bisa leluasa mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih berperadaban,” tandasnya.
Indonesia, lanjutnya, sudah menandatangani MLA (Mutual Legal Assistance) yang menjadi mekanisme kunci untuk bisa menyita aset bandit keuangan, siapapun mereka. Para bandit keuangan itu mereka hanyalah kroco yang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi arus.
“Dunia sekarang sedang melakukan pembongkaran besar-besaran. Pembongkaran itu sudah dilakukan oleh Pandora papers, yang membuka rekening global bandit keuangan sedunia senilai 30 triliun dolar. Disusul dengan penangkapan terhadap Jack Ma, Pangeran Talal dan lain-lain,” jelasnya.
Ia mengibaratkan momentum Indonesia membenahi masalah ini, ibarat perang dunia ke-2 saat Jepang bertekuk lutut dengan sekutu, dan Indonesia bisa merdeka,” tamsilnya.
“Ini menjadi tugas kita untuk mentransparasikan semua,”
ujarnya.
“Kehidupan bernegara harus ditranparasikan, ekspor batu bara ditransparasikan, ekspor sawit ditransparasikan, sehingga kehidupan bernegara kita menjadi leluasa untuk membangun peradaban yang lebih baik di masa yang akan datang,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun