Tinta Media - Pakar Biologi Molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D. menjelaskan alasan lansia dan komorbid dianjurkan vaksin booster.
“Bagi lansia dan komorbid aktivasi imun paska vaksin tidak seoptimal mereka yang muda dan tidak punya komorbid. Maka dianjurkan agar mendapatkan vaksin booster. Kenapa? Karena memang kondisi imun mereka setelah vaksinasi itu kurang. Tapi kalau udah dibooster yang ketiga, biasanya oke,” jelasnya di acara Spesial Bincang Hangat: Ada Apa dengan Omicron? Di kanal YouTube UIY Official Channel, Ahad (30/1/2022).
Menurutnya, bicara soal vaksin itu ada dua komponen yang akan muncul. Antibodi yang ini merupakan komponen utama dan sititoksis sel (sel imun, sel T).
“Antibodi bertugas bak patriot misil yang menghadang peluru musuh. Jadi, ketika virus infeksi datang mau masuk ke dalam sel kita, sel paru misalnya, sebelum dia landing dihadang patriot misil yang menyergap. Jadi antibodi itu seperti itu,” tamsilnya.
Tapi, ia melanjutkan, ndilalah sudah ditembaki patriot misil eh tetep tembus ke dalam sel. Ketika virus ini berhasil masuk ke dalam sel, sel itu akan dikonversi oleh virus menjadi pabrik virus. “Berarti sel kita sudah menjadi agen-agen virus, jadi pabrik virus. Tapi karena kita sudah pernah divaksin, vaksin itu akan memunculkan sel imun yang bisa mengenali apakah sel nya masih normal atau selnya sudah menjadi pabrik agen asing,” lanjutnya.
Begitu sel imun mengenali, lanjutnya, dan ternyata selnya sudah jadi agen asing, langsung sel imun tersebut akan meluncurkan senjata mematikan untuk membinasakan sel tersebut, sehingga sel batal menjadi pabrik virus.
“Makanya ada dua komponen, antibodi dan sel T (sel imun), sel yang tujuannya menjadi penyergap dan membinasakan sel yang sudah menjadi agen asing tersebut,” terangnya.
Menurutnya, sel T itu jumlahnya stabil, tapi nggak banyak. Sementara yang bersirkulasi itu antibodi. Kalau sudah divaksin lama, jumlahnya akan turun. Jadi istilahnya jumlah misil yang siap employment juga semakin sedikit, di 6 bulan berikutnya dibanding ketika 6 bulan pertama.
“Sekarang pertanyaannya begini? Untuk orang yang sehat yang sama sekali nggak punya komorbit, yang masih muda itu biasanya antibodinya masih robash (kokoh). Jadi turunnya enggak cepet. Yang jadi masalah kalau orang tua, lansia, lalu yang punya komorbid itu biasanya nanti jumlah antibodinya memang menurun. Sehingga untuk orang lansia, untuk yang punya komorbid kan itu memang dianjurkan untuk Booster,” jelasnya.
“Hanya saja, saya pribadi tidak menganjurkan boster untuk semua orang. Kenapa? Karena saya masih berfikir Indonesia Raya saja itu mungkin separuh populasi kita itu bahkan belum mendapatkan vaksin dosis 1 dan 2. Itu masalah kita,” ungkapnya.
“Jadi Booster memang untuk yang betul-betul butuh, kalau masih sisa diberikan pada yang mau, itu boleh. Jadi lebih diutamakan untuk mereka yang belum dosis satu sama dosis dua. Atau dosis komplit tapi mereka lansia,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun