KH Ahmad Fadholi: Penyelesaian Papua Harus Komprehensif - Tinta Media

Selasa, 01 Februari 2022

KH Ahmad Fadholi: Penyelesaian Papua Harus Komprehensif

Tinta Media - Dalam menangani Papua yang kembali membara, Mudir Pondok Pesantren  Nahdlatul Muslimat (NDM) KH Ahmad Fadholi memberikan pendapat bahwa penyelesaian Papua harus komprehensif.


“Ini perlu diselesaikan secara komprehensif,” tuturnya dalam acara Dialogika Peradaban: Papua Kembali Membara, KKB masih Dianggap Sahabat? (Sabtu 29/01/ 2022) di kanal YouTube Peradaban Islam.

Menurutnya, komprehensif dimaksud meliputi:

Partama, harus ada sikap tegas terhadap kelompok separatis. “Dalam politik Islam separatis  ini disebut bughat. Jadi harus diperangi dalam konteks mendidik (ta’dhib), bukan dalam arti memerangi musuh” jelasnya.

“Ini mempunyai dampak  terhadap perlakuan dari negara kepada pihak-pihak  yang terlibat itu nanti diperlakukan seperti apa,” imbuhnya.

Yang juga harus diperhatikan, menurut Kyai Ahmad adalah faktor keadilan, kemanusiaan,  pemerataan pembangunan. Perang edukasi dijalankan, keadilan juga harus diberikan. Jangan sampai seperti yang terjadi di Balkan. Kaum Muslimin saat itu memiliki kekuasaan global dibawah Utsmani.

“Beberapa negeri di Balkan terprovokasi oleh beberapa negara Eropa yang  saat itu muncul isu nasionalisme. Di satu sisi keadilan yang ada di negeri tersebut tidak terpenuhi sehingga berdampak pada proses disintegrasi  yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini harus menjadi pelajaran” bebernya.

Kedua, Tokoh-tokoh pelaku sparatisme harus ditindak tegas, serta  diksi yang digunakan tidak bias. Dari sisi istilah, Kyai Ahmad  menilai ada bias.  Kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam Islam disebut qutho’ thariq (orang yang keluar rumah kemudian merampas barang-barang). Faktanya  KKB itu bukan qutho’ thariq tapi separatis. “TNI sudah kalah. Ketinggalan dengan kelompok tersebut. Artinya dia punya teritori yang tidak terkontrol TNI. Ini sudah kategori sparatis yang harus diperangi,” jelasnya.

Terkait pendekatan terhadap mereka, Kyai Ahmad menyebut tidak ada ketegasan, serta terkesan tidak berani melawan pengaruh-pengaruh Asing yang ada di Papua.Ada Inggris, Australia, Amerika, dulu Belanda, sekarang Cina entah masuk atau tidak. Jangan-jangan Cina sudah masuk untuk deal-deal  infrastruktur.  

“Terhadap  kepentingan Asing di sana terkesan kita tunduk sehingga untuk  menyebut itu separatis tidak berani,” ungkap Kyai.

Tentu, lanjut Kyai,  ini akan menimbulkan semacam pembedaan kalau itu dilakukan oleh kaum Muslimin. Tidak ada sedikitpun  elemen-elemen  Islam seperti  yang ada pada  OPM, KKB yang terkategori  sampai separatisme.  Terorisnya juga tidak  bisa dibuktikan,  tapi malah ditindak  sangat tegas. Sementara kalau dengan  Asing sangat tunduk. “Untuk menyebut KKB sebagai  sparatis kok  pertimbangannya banyak sekali” lanjutnya.

“Terhadap kelompok  Islam kebijakannya  diperlakukan seperti musuh.  Meski mereka tidak menyebut musuh tapi dari sisi lisanul hal (bahasa keadaan) terkesan  publik Muslim dipecah belah.  Pengawasan-pengawasan pesantren, pemetaan masjid,  begitu luar biasa kebijakan yang  diambil. Tapi terhadap yang sudah jelas-jelas  itu malah tidak,” sesalnya.

Ini akan menimbulkan preseden  buruk di masa yang  akan datang,  lanjutnya.  Akan menimbulkan ketidakpercayaan bagi publik Muslim. Sementara publik Muslim ini kan kekuatan besar yang tidak  bisa dibiarkan saja.  

“Kita kan punya buzer-buzer hebat. Kenapa buzer-buzer  hebat ini tidak dimainkan untuk  menjadi buzer internasional bagi kita?” tanyanya.

Menurut Kyai Ahmad, buzer itu malah digunakan untuk  buzer lokal. Harusnya didanai untuk mengopinikan kepentingan kita di dunia internasional, bahwa separatis itu gini-gini. Ini kan eman-eman. Kok malah diarahkan pada yang tidak semestinya.

“Saya rasa berselancar di Papua tidak harus menampakkan ketidakadilan kepada publik Muslim,” himbaunya.

Ketiga, penanganan terkait seluruh elemen Papua. Kyai Ahmad menilai bahwa Papua  itu tidak  sekedar wilayah-wilayah yang  saat ini berkecamuk. Fakfak, pendatang  dari Jawa, Sulawesi yang mereka lahir di sana mereka juga bagian integral dari Papua.

 “Ini tidak pernah dilibatkan sebagai  batu berpijak untuk menyelesaikan Papua lebih komprehensif. Padahal mereka sangat bisa dioptimalkan perannya dalam pembauran,” nilainya.

Ia melanjutkan, belum lagi ada beberapa  orang yang  dakwah sampai masuk ke pedalaman. Seperti Garamatan. Hidayatullah, NU. Ini beberapa hal yang bisa dioptimalkan untuk peleburan.

“Saya rasa Papua tidak hanya di wilayah-wilayah  yang  berkecamuk, bergejolak.  Tapi ada di wilayah sorong.  Ini perlu dioptimalkan,” tandasnya.

Kyai Ahmad menegaskan bahwa  pemerintah Jakarta harus percaya diri mengatakan di forum-forum internasional bahwa Papua itu sudah jelas sah. Siapapun yang ingin memisahkan diri itu separatis.

“Ini akan memberikan tekanan-tekanan  pada pihak-pihak yang   selama ini mendukung sparatisme dari luar. Tidak malu-malu  untuk menyebut pemberi suakanya. Kalau malu-malu  berarti memang tidak punya daya tawar terhadap pihak yang  mau mensponsori sparatisme itu,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :