Tinta Media - Begitu mirisnya keadaan negeri ini dengan segala pemberitaan dan fakta yang terjadi. Negara membangun berbagai insfratruktur dengan biaya tinggi, tetapi pada akhirnya banyak yang terancam mangkrak pembangunannya. Kemudahan penguasaan SDA yang semakin brutal dan sangat serakah, semakin menambah derita rakyat. Rakyat hanya bisa pasrah atas semua kebijakan pemerintah ketika para oligarki mengatur kendali melalui penguasa.
Sejatinya, penguasa itu hanya sebagai regulator saja. Sudah pasti semua kebijakan itu hanya menguntungkan oligarki saja. Ketika ada kebijakan pemerintah yang menurunkan harga minyak, warga antusias menyambut. Namun, apa yang terjadi di lapangan justru semakin ruwet. Demi minyak murah, warga juga harus menunggu antrean yang panjang. Itu pun jika sedang beruntung menemukan. Terkadang banyak dari warga yang sengaja mencari, tetapi nihil. Ternyata persediaan sudah habis.
Tidak menutup kemungkinan, hal itu terjadi karena adanya penimbunan oleh pihak-pihak tertentu. Belum lagi masalah pengangguran yang semakin banyak karena di PHK. Ini menambah derita dan sesaknya dada.
Mirisnya, di tengah masyarakat yang semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pemerintah justru berencana untuk pindah IBU KOTA NEGARA yang katanya akan menggunakan dana APBN. Lalu, apakah itu untuk kepentingan rakyat, sedangkan rakyat juga merasa tidak dimintai persetujuan, bahkan banyak yang menolaknya?
Bisa disinyalir, bahwa ngototnya rencana pindah ibu kota itu hanya untuk memenuhi nafsu para oligarki saja, karena mereka yang mempunyai kepentingan. Dari sini semakin jelaslah bahwa rakyat sama sekali tidak digubris.
Hadirnya propaganda yang mereka hembuskan, membuat seolah-olah semua permasalahan negeri ini disebabkan oleh apa yang mereka sebut 'Radikalisme'. Padahal, masalah sesungguhnya adalah maraknya korupsi besar-besaran oleh pejabat, utang yang semakin menggunung, berbagai kasus lainnya seperti pelecehan seksual terhadap anak-anakdan sebagainya. Itu merupakan tuduhan yang tidak berdasar, karena sangat tidak nyambung sama sekali.
Pada dasarnya, Radikalisme dan terorisme adalah sebuah propaganda dari Barat melalui penguasa untuk menyerang Islam agar kaum muslimin takut dengan agamanya sendiri. Mereka juga mengampanyekan Islam moderat (Islam toleran yang menerima ide-ide dari Barat) sebagai jalan tengah.
Bagi masyarakat awam, mungkin akan terkecoh memahaminya, karena memang sangat manis kelihatannya. Namun, itu adalah racun yang membahayakan kaum muslimin, karena tujuannya adalah menjauhkan dari pemahaman Islam yang hakiki, Islam yang Kaffah. Radikalisme hanya dijadikan sebagai alat untuk menghantam siapa pun yang bertentangan dengan rezim. Narasi perang melawan radikalisme adalah agenda Barat dan merupakan isu global yang dilanjutkan setelah gagal dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu, mari wahai kaum muslim yang beriman, jangan sampai ikatan antarkaum muslim mengendur. Kita harus tetap semangat dalam memperjuangkan Islam, serta berpegang teguh pada agama Allah. Jangan pernah sekalipun kita takut dalam menyampaikan kebenaran Islam, karena sesungguhnya Allah berfirman, yang artinya:
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sementara Allah enggan kecuali menyempurnakan cahaya Allah meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya (QS at Taubah[9]:32)."
Maka, takutlah hanya kepada Allah dan mohon perlindungan hanya pada-Nya. Mari sama-sama berjuang demi syariat Islam, agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehingga tercipta kesejahteraan dan keamanan, serta rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bi ash-shaw-wab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media