Tinta Media - Pengamat politik Islam dan Militer, Dr. Riyan,M.Ag menjelaskan dua aspek penting yang dapat diambil dari Isra Mikraj.
“Dua aspek penting yang dapat diambil dalam isra mikraj adalah pertama, pentingnya aspek keimanan dan konsekuensinya dalam dakwah dan kedua, pentingnya aspek seleksi jamaah dakwah untuk keberlangsungan perjuangan dan kemenangan,” paparnya di Forum Kajian Siyasi : Keutamaan Dan Dimensi Politik bulan Rajab, Senin (7/2/2022) melalui kanal Youtube Ngaji Subuh.
Menurutnya, dua aspek penting itu bisa disimpulkan dari poin penting isra dan mikraj. “Dalam peristiwa isra (perjalanan malam hari) setelah sampai di Al-Quds, Nabi diperintahkan untuk menjalankan shalat dengan mengimami shalat para Nabi yang lain. Yang karena izin dari Allah SWT (para nabi tersebut) ada bersama Rasulullah SAW,” jelasnya.
Setelah melakukan shalat, lanjut Riyan, Jibril menawarkan pada beliau dua gelas untuk minum. Satu isinya susu, satu lagi isinya khamr. Baginda Rasul memilih susu. Kata Malaikat Jibril, 'Sungguh engkau telah memilih yang sesuai dengan fitrah.'
“Dalam peristiwa mikraj, nabi SAW menerima perintah shalat lima waktu serta diperlihatkan surga dan neraka,”jelasnya.
Ketika Rasul menceritakan peristiwa isra mikraj usai shalat subuh di Masjidil Haram, Abu Jahal memanfaatkan peristiwa ini untuk melakukan provokasi. ”Dari sini sebagian kaum mukmin yang masih lemah imannya goyah bahkan keluar dari Islam,” paparnya.
Riyan menggambarkan dialog yang terjadi antara Abu Jahal dan Abu Bakar. Abu Jahal berkata pada Abu Bakar, “Bagaimana pendapatmu tentang cerita sahabatmu ini, yang semalam telah pergi ke Baitul Maqdis sementara pagi ini sudah ada di Makkah? Abu Bakar menjawab “Jika yang mengatakan itu Rasulullah maka sungguh ia memang benar dan tidak pernah akan berdusta. Aku membenarkan perkataan beliau dan aku membenarkannya meski lebih jauh dari itu. Aku membenarkan berita dari langit baik di waktu pagi maupun sore yang datang darinya.”
Dari peristiwa ini Riyan menegaskan bahwa isra mikraj adalah mukjizat dari Allah untuk Rasulullah yang wajib diimani. “Sebagai seorang Muslim Isra mikraj adalah mukjizat. Hanya diyakini oleh orang-orang yang beriman,” tegasnya.
Dimensi Politik
Riyan menuturkan beberapa dimensi politis terkait peristiwa isra mikraj.
Pertama, mengindikasikan kepemimpinan global. Biasanya yang menjadi imam itu adalah shahibul bait. “Beliau yang notabene secara fisik itu orang yang ada di Makkah, ternyata diminta untuk menjadi imam dari para Nabi yang Nabi-nabi itu kebanyakan ada di daerah al-Quds,” ungkapnya.
Menurutnya, ini menjadi indikasi bagaimana kepemimpinan global itu. “Artinya Nabi itu tidak sekedar memimpin pada kaum tertentu tapi untuk semua manusia, kaafata li an naas, menjadi rahmatan lil ‘alamiin,” simpulnya.
Kedua, ketika Nabi memilih susu dibanding khamr itu sesuai fitrah manusia. “Demikian juga Islam sesuai fitrah manusia, sesuai akal sehat manusia, bukan tidak masuk akal atau malah bertentangan dengan fitrah manusia,” jelasnya.
Ketiga, terkait dengan shalat lima waktu. “Poin pentingnya secara politis itu adalah bahwa itu secara individu maupun secara jamaiyah dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT dalam ibadah ,” tuturnya.
Keempat, surga dan neraka itu nyata. “Apa yang kita lakukan hari ini secara individu, apalagi secara kolektif termasuk ketika kita berpolitik, itu nanti ada balasannya,” bebernya.
Riyan memberikan contoh, Baginda Rasul pernah bercerita ada seorang yang di neraka diperlihatkan oleh Allah perutnya menggelembung yang didalamnya diperlihatkan banyak ular berbisa. Ketika Nabi bertanya pada malaikat Jibril dijawab, itu adalah umatmu yang makan riba.
“Bayangkan bagaimana keadaan orang secara individu pemakan riba, bagaimana kalau secara kolektif, bagaimana kalau utang luar negerinya berbasis riba. Bagaimana kalau bangun ibukota dengan riba juga. Artinya surga dan neraka itu ada,” terangnya.
Riyan pun menekankan, jangan kumaha engke (gimana nanti) tapi kita harus berfikir engke kumaha (nanti gimana)? “Ini kearifan lokal yang bisa kita ambil pelajaran dari situ,” imbuhnya.
Adapun ibrah yang bisa diambil dari isra mikraj menurut Riyan adalah dari dimensi politik, Islam adalah sistem shahih dan butuh orang yang ikhlas. Dari dimensi sosial, Rasulullah adalah pemimpin orang Arab dan non Arab. Dari dimensi spiritual adalah keimanan terhadap apa yang dikabarkan Rasul.
Menurut Riyan, Peristiwa isra mikraj yang terjadi satu setengah tahun sebelum hijrah ini mengingatkan pentingnya perencanaan.
“Waktu satu setengah tahun sebelum hijrah mengingatkan pentingnya perencanaan dan seleksi terhadap siapa pun dalam dakwah menuju tegaknya daulah,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun