Tinta Media - Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah yang letaknya berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni wilayah Indo-Australia, Eurosia, dan Pasifik, hingga Filipina. Wilayah ini memiliki hampir 300 patahan atau lempengan yang tersebar di seluruh wilayah tanah air, terutama di pantai barat Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga bagian timur sampai Papua.
Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki potensi ancaman bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami secara beulang-ulang, cuaca iklim yang ekstrim, gelombang laut yang ekstrim (abrasi pantai/ berbahaya), letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan lahan, kekeringan, tanah longsor, banjir bandang, dan sebagainya.
Ada beberapa jenis ancaman, di antaranya:
Yang pertama adalah ancaman hidrometeorologis, yaitu sebuah bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.
Jika tidak dapat diatasi dan dikelola dengan baik, ancaman ini akan berpotensi menimbulkan bencana alam yang berdampak pada kerugian ekonomi, sosial, budaya, kerusakan infrastruktur, kerusakan pemukiman dan perumahan, kerusakan lingkungan, serta hasil pertanian dan pembangunan.
Yang kedua adalah ancaman biologis, seperti timbulnya wabah penyakit, korban jiwa atau kematian, serta kerugian ekonomi yang tidak sedikit.
Ketiga, ancaman non-alam, berupa ancaman kegagalan tekhnologi modernisasi, seperti kegagalan konstruksi bangunan, tekhnologi nuklir, biologi dan kimia, serta konflik sosial di masyarakat yang berbasis etnis, suku, agama, budaya, dan agraria (lahan pertanian, perkebunan, persawahan).
Sebagai seorang mukmin, adanya berbagai potensi bencana alam ini tentunya harus dipandang sebagai salah satu ujian kehidupan manusia di dunia yang harus disikapi secara tepat sesuai syariat Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 155-157, yang artinya:
"Dan sungguh akan Kami berikan ujian atau cobaan kehidupan kepada manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, serta buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa Inna ilaihi raji'un.
Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang orang yang mendapatkan petunjuk."
Musibah berupa bencana alam yang terjadi, bisa karena ulah tangan manusia, bisa juga karena kehendak Allah Swt. sebagai ujian atau peringatan bagi manusia karena sudah bertindak melampaui batas. Manusia melakukan banyak kezaliman dan kemaksiatan, sebagai akibat tidak mau menerapkan syariat Islam, sehingga mengundang kemurkaan dari Allah Swt.
Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 41, yang artinya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut dikarenakan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yg benar."
Dalam Islam, bencana alam merupakan sebuah musibah atau ujian yang datang dengan maksud untuk mengangkat derajat seseorang yang menerima ujian dengan penuh kesabaran, dengan semakin bertambahnya keimanan dan ketaatannya.
Musibah yang terjadi sesungguhnya disebabkan karena banyaknya kerusakan oleh segelintir orang serakah dari kalangan penguasa dan kapitalis (pemilik modal besar) untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan mengeluarkan modal sekecil-kecilnya. Hal itu mengganggu alam dan keseimbangannya sehingga menimbulkan bencana, seperti tanah longsor, banjir, polusi limbah industri, polusi asap pabrik, dan sebagainya. Tentu yang dirugikan adalah masyarakat banyak, baik berupa masalah ekonomi, kesehatan, dan sosial.
Seharusnya hal itu menyadarkan kita bahwa sudah saatnya pengaturan urusan kehidupan ini diserahkan pada Al Khalik, Allah Swt. yang sudah menjamin akan melimpahkan keberkahan-Nya:
"Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, sungguh akan Kami limpahkan keberkahan dari langit dan bumi ..." (QS. Al-A'raf: 96)
Selain itu, kita pun sangat membutuhkan hadirnya seorang pemimpin yang amanah, yang siap melayani rakyat semata-mata karena katakwaannya kepada Allah, bekerjasama dengan rakyat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dengan menerapkan Islam secara kaffah. Jikapun terjadi bencana alam, maka hal tersebut menjadi ajang muhasabah bersama yang dihadapi dengan kesabaran, hingga meningkatkan kualitas iman dan takwa.
Wallahu'alam bishshawab
Oleh: Yuli Shabira
Sahabat Tinta Media