Tinta Media - Terkait perjuangan Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan yang menggugat aturan ambang batas pencalonan presiden(presidential threshold) dalam UU Pemilu, Pengamat Kebijakan Publik Dr. Erwin Permana menilai, perjuangan mencari keadilan dalam demokrasi itu seperti mengejar fatamorgana. “Perjuangan mencari keadilan dalam demokrasi itu seperti mengejar fatamorgana,” tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/1/2022).
Menurutnya, keadilan nggak akan pernah didapatkan secara hakiki dalam demokrasi. “Sebab, asasnya sudah cacat. Bagaimana dia bisa melahirkan peradaban manusia yang berkeadilan? Asas demokrasi adalah kedaulatan ditangan manusia, manusia yang mana? Manusia yang berkuasa,” ujarnya.
Erwin menilai, ini saja sebenarnya sudah cukup bagi manusia yang berfikir untuk tidak tertarik mengadopsi demokrasi apalagi memperjuangkannya sebagai pandangan hidup. “Ketika di tengah-tengah kita ada ajaran hidup yang memanusiakan manusia dan penuh dengan keadilan yakni Islam. Maka, harusnya pak Gatot memperjuangkan sesuatu yang sudah jelas adilnya yakni Islam bukan berjuang untuk mengejar fatmorgana tersebut,” saran Erwin.
Terkait dengan alasan penolakan MK, bahwa penolakan itu dilakukan karena berbagai alasan, Erwin sependapat dengan Refly Harun (pengacara dari salah seorang penggugat) bahwa penolakan itu terjadi lantaran oligarki politik.
“Saya setuju dengan pandangan pak Refly Harun bahwa ada oligarki di balik kepentingan politik kekuasaan. Sebab, oligarki berperan besar dalam percaturan politik. Dengan kekuatan dana, merekalah yang memformulasikan siapa pasangan calon yang akan dipilih oleh masyarakat,” katanya.
Sehingga, menurutnya, tidak heran jika setiap kekuasaan politik akan berpihak pada oligarki, dalam bentuk peraturan perundangan sekalipun bertentangan dengan kehendak mayoritas masyarakat. “Kekuasaan akan berpihak kepada oligarki,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun