Tinta Media - Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. mengungkap ada dugaan pembunuhan karakter terhadap ulama di balik penahanan Habib Bahar.
"Muncul berbagai analisis adanya dugaan 'pembunuhan karakter' terhadap ulama atau aktivis yang kritis dengan dilekatkan sebagai orang yang berbohong, kriminal, residivis (berulang kali masuk penjara)," ujarnya.
Hal ini disampaikan Chandra saat memberikan pendapat (legal opini) terkait kabar yang beredar mengenai penahanan Habib Bahar dengan tuduhan menyebarkan berita bohong.
Menurut analisanya, ini tampak sesuai dengan rekomendasi Rand Corporation yakni serangan terhadap individu atau karakter dari tokoh-tokohnya. “Upaya ini dilakukan agar meminimalisir dukungan publik terhadap tokoh-tokoh tersebut," katanya.
Chandra melihat bahwa pasal yang dipakai dalam menjerat Habib Bahar bersifat karet, lentur dan tidak memuat defenisi pasti yang ketat. "Dalam hal ini, apa yang dimaksud 'berita atau pemberitahuan bohong' dan 'keonaran dikalangan rakyat' semestinya harus didefinisikan secara konkretdan memiliki batasan yang jelas," ungkapnya.
"Apabila tidak, maka dikhawatirkan bersifat karet/lentur, tidak bisa diukur, dan penerapannya dikhawatirkan berpotensi sewenang-wenang dalam menafsirkan," tambahnya.
"Hukum pidana mesti bersifat lex stricta, yaitu bahwa hukum tertulis harus dimaknai secara rigid, tidak boleh diperluas atau multitafsir," pungkasnya.[] Ajirah
