Hubungan Kesuksesan Anak dengan Privilege Keluarga - Tinta Media

Sabtu, 29 Januari 2022

Hubungan Kesuksesan Anak dengan Privilege Keluarga


Tinta Media - Akhir-akhir ini, publik dunia maya sedang ramai membicarakan hubungan kesuksesan anak orang kaya seperti Putri Tanjung dengan latar belakangan keluarga. Ada yang beranggapan orang sukses kebanyakan berasal dari orang kaya karena mereka punya privilege (hak istimewa yang didapatkan seseorang karena terlahir dari keluarga kaya), sedangkan yang berasal dari keluarga miskin akan sulit menjadi sukses. Benarkah demikian? 
 
Tentu saja jawabannya benar, karena saat ini, kita hidup di sistem yang segalanya akan mungkin kalau ada uang, semuanya dikomersialkan. Contohnya pendidikan yang semakin mahal, kesehatannya makin sulit digapai, bahan makanan pokok yang semakin tak terjangkau, dan semua itu hanya bisa diperoleh ketika mempunyai uang. Orang susah yatak bisa menggapainya.
 
Namun, apa hubungannya kesusahan tersebut dengan privilege keluarga? Tentunya mereka yang berasal dari keluarga kaya memiliki kesempatan yang lebih baik dari pada anak miskin. Anak orang kaya punya kesempatan mengakses edukasi yang berkualitas sangat tinggi. Sebab mereka punya duit untuk membayar pendidikan mahal, bisa ikutan les atau kursus di tempat yang bagus dan mahal, mendapatkan asupan nutrisi dan gizi yang cukup, serta lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
 
Nah, itu semua berpengaruh terhadap kemampuan berpikirnya. Sehingga, anak orang kaya punya kesempatan untuk kreatif, menjadi cerdas, tidak ada pikiran lain selain fokus mengejar impian, memperlebar kesempatan dan terus mengasah kemampuan sebab semua kebutuhan telah terpenuhi. Untuk coba-coba inovasi tidak perlu khawatir gagal atau utang bank karena uang sudah tersedia. Bahkan lingkaran pertemanan yang punya privilege itu jelas berbeda. Setidaknya, mereka lebih beruntung dan pastinya akan tetap berada di level yang lebih tinggi dari keluarga miskin.
 
Sebaliknya, orang yang miskin harus banyak bersyukur karena bisa sekolah di sekolah ala kadarnya. Beli buku pun harus mikir-mikir harga, akhirnya yang terbeli adalah buku standar dan murahan. Tidak bisa ikut kursus, tidak bisa makan bergizi, padahal makanan bergizi itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang otak. Si miskin jadi jarang bisa fokus belajar jadinya. Terlambat belajarnya, terlambat arah berpikirnya sebab sudah pusing dulu gara-gara mikir mau makan. Kemudian, mereka tidak punya kesempatan juga untuk mengembangkan inovasi-inovasi karena terhimpit kehidupan.
 
Kenapa bisa demikian? Ya, tentu saja bisa. Karena saat inikita sedang hidup di sistem yang memang membuat semua itu terjadi yaitu sistem kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme,terjadi gap yang semakin melebar. Orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin. Maka, benarlah jika kebanyakan orang sukses berasal dari keluarga elite.
 
Hal ini bukan tanpa bukti, ada penelitian dari smeru.or.id yang dalam bahasa Indonesia judulnya, “Pengaruh Tumbuh di Lingkungan Miskin terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia.” Hasil penelitian itu menyatakan bahwa anak usia 8-17 tahun yang hidup dalam kemiskinan akan memiliki pendapatan 87% lebih rendah dari mereka yang berasal dari keluarga tidak miskin. Peluang kerja si miskin pun lebih kecil dibandingkan si kaya, pilihan pekerjaan si miskin jauh lebih sedikit dibanding si kaya yang tak terbatas. Walaupun begitu,akan tetap ada kok orang tanpa privilege yang bisa sukses, tetapi biasanya usaha mereka sudah pasti jauh lebih besar danlebih sulit.
 
Di dalam sistem kapitalisme, akan selalu kita jumpai ketidakadilan semacam ini. Hal ini bukan berarti menyalahkan qadha Allah, bahwa kita lahir dalam keluarga berkecukupan atau miskin, itu semua bagian dari qadha Allah. Itu semua harus kita syukuri dan bersabar. Itu semua enggak bisadiubah. Tapi, ada hal yang bisa diubah, yakni penyebab ketidakadilan karena penerapan sistem kapitalisme.
 
Oleh karena itu, kita wajib berupaya untuk mengganti sistem kapitalisme kepada sistem Islam. Hanya dalam sistem Islam,kesejahteraan akan merata dan ketidakadilan akan sirna.Semua anak berhak mendapatkan pendidikan gratis berkualitas, bisa makan makanan bergizi, punya kesempatan untuk berinovasi, kreatif, dan berkarya untuk kemaslahatan umat.
 
Sebagai contoh, dalam masa peradaban Islam, banyak lahir ilmuwan dan ulama besar seperti  Imam Syafi'i. Beliau hanya dibesarkan ibundanya dan hidup miskin, tetapi besarnyasupport negara Islam dalam bidang pendidikan, kesehatan,dan keamanan membuat Imam Syafi'i kecil bisa mengenyam pendidikan terbaik yang juga didapatkan semua anak seusianya baik kaya maupun miskin. Hal inilah yang membuat semua generasi punya kesempatan yang sama dalam berperan lebih besar.
 
Maka, pada saat dewasa, Imam Syafi'i ternyata mampu menjadi seorang Imam mazhab dan komandan jihad. Inilahperpaduan antara kecerdasan dan keimanan. Kejadian seperti ini mustahil ada dalam sistem kapitalisme dan hanya ada dalam sistem Islam. []

Oleh: Saffanah Nurul
Mahasiswi/Anggota Komunitas Menulis Depok
 


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :