Tinta Media - Direktur FIWS (Forum on Islamic World Studies) Farid Wadji mengatakan, kawasan Asia Tengah merupakan paru-paru bagi Rusia, termasuk wilayah Kazakhstan.
“Bagi Rusia, kawasan Asia Tengah merupakan paru-paru Rusia. Rusia sebagai pewaris tunggal dari keruntuhan Uni Soviet yang komunis tentu akan menghadapi berbagai persoalan kalau wilayah Asia Tengah tidak dibawah kendalinya. Termasuk wilayah Kazakhstan ini,” tuturnya dalam Kabar Petang: Meneropong Kerusuhan Mencekam di Kazakhstan, Senin (10/1/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
Ia menjelaskan posisi Kazakhstan yang strategis karena terletak antara Rusia dan Cina dan berbatasan dengan tiga Republik Soviet lainnya memiliki sumber daya alam yang melimpah. “Kazakhstan ini merupakan negeri Islam yang dikenal dengan kekayaan alam yang luar biasa. (Terdapat) kandungan hidrokarbon dan logam yang kaya,” ungkapnya.
Menurutnya, secara geopolitik, posisi Kazakhstan sangat penting karena menghubungkan pasar Cina dengan Asia Selatan serta menghubungkan pasar Rusia dengan Eropa.
“Menjadi penting karena menghubungkan pasar Cina dan Asia Selatan yang besar dan berkembang pesat. Menjadi penting menghubungkan pasar Rusia dan Eropa melalui jalan darat kereta api dan pelabuhan di Laut Kaspia. Hal ini yang menjadikan posisi Kazakhstan sangat penting bagi Rusia. Apalagi Kazakhstan ini merupakan produsen uranium global tertinggi di dunia. Negara ini kalau kita lihat juga pengekspor minyak terbesar kesembilan di dunia,” bebernya.
Selain itu menurutnya, Kazakhstan juga merupakan negara penambang bitcoin terbesar di dunia setelah Amerika. “Kita jangan lupa, negara ini disebut-sebut sebagai negara penambang bitcoin terbesar sedunia setelah Amerika Serikat. Hal ini yang membuat Rusia tidak membiarkan Kazakhstan dan wilayah Asia Tengah lainnya lepas dari kendalinya,” imbuhnya.
Terakhir, ia mengungkapkan upaya Rusia dalam mempertahankan pengaruhnya di Asia Tengah dengan membentuk Organisasi Perjanjian Kemanan Kolektif. “Beberapa strategi yang dilakukan rusia antara lain membentuk apa yang disebut dengan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang dibentuk oleh Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1992,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif tersebut ditandatangani oleh Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan. “Kalau kita lihat perjanjian ini bertujuan untuk melestarikan pengaruh Rusia di negara Asia Tengah. Maka tidak mengherankan kalau kemudian Rusia sangat berkepentingan terhadap wilayah Kazakhstan,” pungkasnya. [] Ikhty