Wanita dalam Pusaran Krisis Mental - Tinta Media

Rabu, 08 Desember 2021

Wanita dalam Pusaran Krisis Mental


Tinta Media — Dua tahun sudah dunia dalam serangan pandemi Covid-19. Namun, hingga detik ini virus corona masih bertahta. Sistem kapitalisme yang diemban hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia gagal menyelesaikan masalah wabah. 

Kapitalisme yang mengagungkan nilai materi dan individualistis telah melahirkan kebijakan yang lebih mengutamakan ekonomi segelintir oligarki dibandingkan nyawa manusia. Akibatnya, muncul berbagai krisis di dalam krisis. Salah satu krisis yang tengah terjadi dan  tak bisa dipandang sebelah mata adalah terjadinya krisis mental.

Laporan WHO menyatakan bahwa banyak orang tertekan karena dampak kesehatan secara langsung dan konsekuensi dari isolasi fisik, sementara sebagian yang lain takut akan infeksi, meninggal dunia, atau kehilangan anggota keluarga.

Jutaan orang menghadapi kekacauan ekonomi, baik telah atau berisiko kehilangan pendapatan dan mata pencaharian. Informasi yang salah dan desas-desus tentang pandemi serta ketidakpastian mengenai berapa lama pandemi akan berlangsung, membuat orang merasa cemas dan putus asa terhadap masa depan.

Di Indonesia sendiri, hasil survei dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam lima bulan terakhir sejak pandemi Covid-19, yakni sejak April hingga Agustus tahun 2020 memperlihatkan bahwa depresi menjadi salah satu masalah psikologis terbanyak, yakni 62 persen, selain cemas (65 persen) dan trauma (75 persen) pada kelompok usia 17-29 tahun dan bahkan lebih dari 60 tahun. Data menunjukkan bahwa sebanyak 71 persen masalah ini dialami wanita.

Hasil survei yang menyatakan bahwa 71 persen depresi dialami oleh wanita seharusnya menjadi alarm bahaya tersendiri, khususnya untuk negeri ini. Mengapa? Karena bagaimanapun, nasib generasi penerus bangsa bergantung pada sosok wanita. Tinggi rendahnya kualitas generasi bergantung pada kualitas seorang ibu. Bagaimana mungkin akan terwujud generasi yang unggul jika para ibu yang mendidiknya mengalami krisis mental?

Sistem Kapitalisme Penyebab Derita Perempuan

Sistem kapitalisme yang menihilkan peran agama dalam kehidupan telah melahirkan sistem ekonomi pasar bebas yang mengakibatkan orang yang kuatlah (memiliki modal banyak) yang akan menguasai roda ekonomi. Bagi masyarakat yang lemah (tidak memiliki modal), maka mereka  harus menikmati kemiskinan, padahal jumlah mereka lebih banyak. Ditambah lagi, fungsi penguasa dalam paradigma kapitalisme hanya sebagai pembuat kebijakan, bukan penanggung jawab atas kebutuhan masyarakat.

Abainya penguasa serta adanya kemiskinan akibat sistem ekonomi kapitalistik inilah yang akhirnya membuat para wanita terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Akibatnya, beban para wanita semakin bertambah, yakni bekerja di luar rumah sekaligus mengerjakan tugas domestik rumah tangga. Belum lagi saat bekerja di luar rumah, para wanita rentan mengalami ekploitasi ekonomi dan pelecehan seksual. Akhirnya, tak heran jika para wanitalah yang lebih banyak  mengalami krisis mental. 

Sistem Islam Memuliakan Perempuan

Allah Swt. Sang Maha Pencipta alam semesta termasuk wanita di dalamnya, tentu lebih mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. Allah Swt. telah memberikan posisi yang mulia pada para wanita. 

Dalam Islam, para wanita diberikan amanah mulia, yakni menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. Kewajiban nafkah tidaklah dibebankan pada pundak-pundak para wanita. Wanita hanya diberikan kewajiban mengasuh anak, mendidik mereka dengan limpahan kasih sayang, menyiapkan anak-anak menjadi hamba-hamba Allah yang siap terikat dengan aturan-aturan Allah.

Namun, kalaulah ia ingin berkarya, mengamalkan ilmu yang telah ia punya, maka para wanita diperbolehkan untuk bekerja. Islam tidak melarang wanita bekerja, tetapi tidak juga mewajibkannya. 

Di dalam kehidupan domestik, Islam memberikan panduan dalam berkeluarga. Kehidupan suami dan istri dalam Islam adalah kehidupan persahabatan, bukan antara majikan dan bawahan. Sekalipun Allah Swt. telah menetapkan para laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga, tetapi bukan berarti para suami bisa menzalimi para istri.

Allah Swt. telah menetapkan hak dan kewajiban antara suami dan istri secara harmoni sehingga terwujudlah bangunan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Demikianlah Islam telah memuliakan wanita. Islam dengan seperangkat hukum-hukumnya akan mampu melindungi wanita dari pusaran krisis mental. Wallahu'alam.


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :