Tinta Media — Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin melihat bahwa target utama Amerika Serikat (AS) dalam proyek KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Demokrasi adalah ingin tetap mengokohkan dirinya sebagai pemimpin dunia.
“Amerika dalam KTT Demokrasi ingin mengokohkan dirinya tetap menjadi pemimpin dunia,” ungkapnya dalam _Kabar Petang: KTT Demokrasi dalam Spektrum Pertarungan Antar Kekuatan Kapitalis Global,_ Kamis (2/12/2021) di kanal _Youtube Khilafah News._
Menurutnya, itu yang didiktekan setelah kepercayaan terhadap Amerika melemah karena mengalami berbagai krisis politik, finansial dalam dua dekade terakhir. “Amerika terus bertekad mendiktekan keinginannya terhadap negara-negara lain, baik negara berkembang maupun negara maju,” ujarnya.
“Amerika terus mendiktekan keinginan politiknya terutama ke Eropa agar sinyal yang dikirimkan ke Uni Eropa (UE) di KTT nantinya, UE tidak bisa menggeser posisi Amerika,” imbuhnya.
Ia melihat secara lebih khusus AS ini menanggung beban yang cukup berat dalam berbagai situasi politik terakhir setelah AS mendapat banyak sekali perlawanan dari berbagai negara. “Hal ini menyebabkan kepercayaan kepada AS dan dokter kapitalisme secara lebih umum termasuk demokrasi semakin lama semakin melemah,” tegasnya.
Menurutnya, banyak sekali negara demokrasi yang digunakan sebagai kedok untuk mempertahankan hegemoni Amerika. “Termasuk perang melawan terorisme yang diusung oleh Amerika kepada seluruh negara dan seluruh penguasa satelitnya itu bisa dimaknai oleh kaum muslimin khususnya di dunia Islam sebagai perang melawan Islam dan kaum muslimin sendiri,” katanya.
Ia menjelaskan, salah satu alat untuk memuluskan imperialisme Amerika khususnya di dunia Muslim adalah _global war on radikalism_ dan _global war on terorrism._ “Hal ini bertujuan agar peluang potensi dunia Muslim tidak direbut oleh Uni Eropa, Asia maupun China.
Umar menjelaskan bahwa dunia Muslim memiliki potensi yang strategis dalam berbagai aspek yang dibutuhkan oleh eksistensi Amerika dengan ideologi kapitalisme dan demokrasi. Sehingga dibaca oleh Amerika sebagai peluang agar potensi dunia Muslim tidak direbut oleh Uni Eropa. Apakah Rusia maupun Cina,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Umar, pasca runtuhnya Uni Soviet dengan ideologi komunisnya, justru Islam yang dianggap Amerika memiliki potensi kebangkitan. “Islam yang dianggap menduduki posisi paling potensial terhadap keberlangsungan ideologi kapitalisme-demokrasi dan kepentingan kapitalisme global,” pungkasnya.[] Ageng Kartika