Tinta Media — Imam Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin membuat sebuah bab "Keutamaan Ilmu: Belajar dan Mengajarkannya". Ibnu Allan menjelaskan dalam kitabnya Dalilul Falihin bahwa yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu agama (al-ilm al-syar'i), yaitu hadis, tafsir, fikih dan alat-alatnya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَقُل رَّبِّ زِدۡنِی عِلۡمࣰا
"Katakanlah (wahai Muhammad): Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku." (QS. Tha-Ha: 114)
Ibnu Allan mengatakan:
هذا من أعظم أدلة شرف العلم وعظمه، إذ لم يؤمر - صلى الله عليه وسلم - أن يسأل ربه الزيادة إلا منه.
"Ayat ini termasuk dalil terbesar yang menunjukkan keutamaan dan keunggulan ilmu. Sebab, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah disuruh meminta tambahan kepada tuhannya kecuali tambahan ilmu."
Abu Hurairah berkata, "Dahulu Rasulullah selalu berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
"Ya Allah, jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku. Ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku. Tambahkanlah kepadaku ilmu." (HR. Ibnu Majah)
Jadi jangan hiraukan perkataan orang yang mengatakan, "Jangan terlalu dalam mempelajari agama". Itu pernyataan yang bodoh dan membodohi. Padahal obat kebodohan adalah ilmu. Ilmu diraih dengan belajar agama secara mendalam.
Referensi: https://t.me/yuanaryantresna